"You literally don't need this, don't you?"Kendall mengambil kotak makanan pemberian Nadine dari tangan Harry, kemudian membuka isinya. Ia tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya.
Hafal betul dengan makanan favorit suamiku, batin Kendall.
"Mengapa tidak memberitahuku jika kau ingin kesini?" Harry yang nampaknya masih sedikit terkejut dengan kehadiran Kendall mulai berani mengeluarkan suaranya. Tak menjawab pertanyaan Kendall sebelumnya.
Kendall menaruh kotak makanan pemberian Nadine di meja yang berada dipojok ruangan, kemudian menatap Harry dengan tatapan yang sulit diartikan. Kedua sudut bibirnya masih tertarik ke atas, menampakan senyum angkuh.
"Well, surprise?"
Melipat kedua tangannya didada, Kendall semakin mendekati Harry. Tatapan mata yang biasanya teduh, kini kian tajam bak mata seekor elang. Ketika jarak antar mereka hanya beberapa inci saja, Kendall berhenti.
"Awalnya aku kesini ingin meminta maaf," Kendall berkata dengan suaranya yang kembali lembut, seperti biasanya.
Harry menatap mata coklat itu dengan serius, seperti mencari tahu sesuatu. Apakah Kendall sudah kembali menjadi dirinya yang asli? hatinya bertanya-tanya.
"Tapi..." Kendall melanjutkan ucapannya. "Ternyata dia ada disini, menemanimu?"
Mendengar pertanyaan yang mulai tidak beres, Harry sontak menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ken. Nadine hanya ingin mengantarkan makanan itu, tidak lebih."
Harry merogoh kantung celana yang dikenakannya, mengeluarkan benda pipih berwarna abu-abu miliknya, kemudian menunjukan sesuatu kepada Kendall. Seperti sebuah percakapan.
Kendall membaca isi percakapan tersebut dengan teliti. Setelahnya, ia menaikkan kedua alisnya dan mengangguk. "Aku percaya." jawabnya.
Harry menghela nafasnya lega.
"Aku percaya padamu, Harry." ucap Kendall lagi.
Harry tersenyum, ia langsung merentangkan tangannya dan membawa wanita kesayangannya itu kedalam pelukan hangatnya. Ia senang akhirnya Kendall tidak marah lagi padanya, bahkan Kendall juga kembali percaya padanya.
"Aku percaya padamu, tapi tidak dengan perempuan itu." Kendall melanjutkan ucapannya dengan nada dingin.
Didalam pelukan Harry, wanita itu secara tak sengaja kembali pada karakter arogannya. Harry yang mendengar juga menyadari perubahan dari istrinya itu hanya bisa terdiam, sambil mengusap pelan belakang tubuh Kendall. Memberinya sedikit ketenangan.
"Ya, sayang. Maafkan aku,"
✖️✖️✖️
"Where are we going, mommy?" Darcy, dengan semangat melihat kearah jendela pesawat pribadi yang akan membawanya terbang ke negara selanjutnya, Singapore.
"We are going to Singapore, sweety. Are you excited?" jawab Kendall, berusaha membuat anaknya itu duduk di kursinya. Setidaknya, sampai pesawat ini sudah stabil di udara nanti.
Darcy mengangguk dengan semangat, ditambah dengan sorak-sorak kebahagian yang mampu membuat siapa saja yang mendengarnya menutup telinga. Termasuk Harry, ayahnya sendiri.
"Shh baby, jangan berisik okay? kasihan yang lain terganggu." tegur Harry.
Selepas konser di Manila selesai, Harry beserta para krunya memang diharuskan untuk segera terbang ke negara berikutnya. Kurang lebih, sekitar 2 negara di Asia lagi baru Harry bisa menikmati day-off nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of us
Fanfic"They only see what we allow them to see." Copyright© 2018 by kennyzzlexo