6 months later"Daddy, boleh ya?"
Suara si kecil Darcy dengan nada memohonnya terdengar jelas di telinga Harry.
Sekali lagi, Harry hanya menatap wajah putrinya itu sebelum tersenyum dan mencium pipi Darcy gemas. Tidak ada jawaban yang lontarkan sejak tadi, hanya melihat Darcy lalu menciumnya. Itu ia lakukan berulang-ulang, selagi Darcy masih melontarkan pertanyaan yang sama padanya.
"Daddy!!!" rengek Darcy memajukan bibir bawahnya. Linang-linang air mata nampaknya akan segera turun bersamaan dengan air hujan yang juga mulai menjatuhkan rintik-rintiknya diluar sana.
Harry dan Darcy tengah menikmati sore hari di ruang santai keluarga yang berbatasan langsung dengan halaman belakang rumah mereka. Cuaca diluar tengah mendung dan hujan yang awalnya hanya rintik-rintik pun sekarang sudah cukup deras.
Entah ide darimana, Darcy tiba-tiba meminta Harry untuk bermain hujan-hujanan bersamanya di halaman belakang. Keduanya baru saja terbangun dari tidur siang yang cukup panjang hari ini. Tak biasanya, Darcy meminta keluar disaat turun hujan.
"Nanti, sweetheart. Tunggu mommy bangun dulu, baru nanti Darcy izin sama mommy, ya?" akhirnya Harry membuka suaranya, setelah melihat raut wajah Darcy yang ingin menangis, ia merasa tak tega.
Mendengar jawaban sang ayah, Darcy semakin menekuk wajahnya cemberut. Tentu saja ia tahu, mommy-nya tak akan mengizinkan dirinya bermain hujan-hujanan. Hanya daddy-nya lah yang biasanya selalu menuruti semua keinginannya.
"Sekarang saja, daddy. Ayo!!" Darcy menarik-narik tangan Harry yang tengah duduk santai diatas sofa, sementara Darcy yang sedari tadi tak bisa diam berlarian kesana kemari di karpet berbulu yang ada dibawahnya.
Harry hanya memperhatikan anaknya itu dengan tatapan biasa, bingung harus bagaimana lagi. Jika ia mengikuti kemauan Darcy, Kendall pasti akan marah. Tapi jika tidak, Darcy akan mengamuk dan menangis tentu saja Harry tak akan tega melihat anaknya menangis seperti itu.
Akhirnya, Harry pun bangkit dan mengikuti arah tarikan tangan Darcy. Meskipun ia harus sedikit membungkuk agar Darcy bisa tetap memegang tangannya.
"Yeay! Ayo ambil sepatu boots kita, daddy!!" seru Darcy semangat.
Harry hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Darcy. Namun, tak berapa lama dikepalanya terbesit sebuah ide brilliant yang mungkin bisa mengalihkan perhatian putrinya tersebut dari bermain hujan-hujanan.
"Tunggu," ucap Harry memberhentikan langkahnya. Darcy menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Princess harus makan sesuatu dulu, jangan hujan-hujanan dengan perut kosong." lanjut Harry lagi. Kali ini mengajak Darcy menuju dapur.
Darcy hanya menuruti apa yang Harry katakan hingga mereka sampai di dapur.
Mengangkat tubuh putrinya yang sedikit gempal itu diatas meja pantry, Harry kemudian duduk dengan kursi berkaki panjang tepat dihadapan Darcy.
"Princess, mau apa?" tanya Harry menatap Darcy dengan penuh kasih sayang.
Darcy melirik kesekitarnya, memperhatikan beberapa pekerja rumahnya tengah sibuk membersihkan rumah dan menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam yang bahkan masih 3-4 jam lagi.
"Chocolate cookies and milk?" ucap Darcy dengan mata yang berbinar.
Harry mengangguk mantap kemudian memanggil beberapa pelayan, untuk menyiapkan beberapa cookies dan susu hangat sesuai permintaan Darcy.
"There you go, sweety." Harry menaruh sepiring kecil chocolate cookies dan segelas mug susu hangat disebelah Darcy.
Darcy memakan cookies nya dengan semangat diiringi dengan candaan-candaan ringannya bersama sang ayah. Tak sampai lima belas menit, kukis itu sudah ludes dimakan Darcy. Sekarang ia tengah menghabiskan susunya dengan sedikit bantuan Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of us
Fanfiction"They only see what we allow them to see." Copyright© 2018 by kennyzzlexo