A/n: Darcy is 3Senin pagi,
Beberapa orang pastinya membenci hari senin, terlebih senin pagi. Banyak orang yang masih terbuai dengan kemalasannya, sisa-sisa bekas weekend selama tiga hari kemarin. Layaknya orang-orang normal lainnya, Kendall pun merasakan hal yang serupa.Dirinya terpaksa membuka matanya pada pukul setengah tujuh pagi lantaran suara bising dikamarnya. Entah itu langkah seseorang, suara pintu yang tak sengaja terbanting ataupun wangi parfum yang menusuk indra penciumannya.
"Ken, kau lihat bootsku yang coklat tidak?"
Baru saja Kendall mendudukkan dirinya diranjang, Harry sudah menyosornya dengan pertanyaan. Bahkan nyawa Kendall belum sepenuhnya terkumpul.
"Hey, Ken."
"Kendaaaaalll,"
Harry terus memanggil-manggil namanya membuat Kendall menggeram kesal, tidak bisakah suaminya itu bersabar sedikit?
"Astaga Harold! ya, aku dengar. Tunggu sebentar okay? kepalaku jadi pusing kalau kau cerewet seperti itu!" sentaknya kesal.
Turun dari ranjangnya, Kendall lantas mengikat rambutnya secara asal. Dihampirinya Harry yang ternyata sudah rapih dengan pakaian casualnya. Kendall mengerutkan kening, "Eh? rapih sekali pagi-pagi, kau mau kemana?"
Harry menggeram rendah sedikit kesal dengan istrinya, bukannya menjawab pertanyaanku dulu yang tadi batinnya. "Kau lupa? aku harus kembali ke studio hari ini." jawab Harrry.
Kendall berusaha mengingat-ingat, kemudian mengangguk. "Oh iya." katanya dengan wajah tak berdosa. Harry kemudian menatapnya dengan tatapan 'lalu bootsku dimana?' yang untungnya Kendall mengerti.
"Boots coklatmu yang mana, Saint Laurent atau Gucci?"
"Gucci."
"Ada dibawah, rak sepatu dekat pintu masuk. Kemarin kan kau memakainya," terang Kendall. Harry pun dengan cepat mencium pipi Kendall dan berjalan menjauhinya.
"Thanks babe." ujar Harry yang justru membuat Kendall memutarkan kedua bola matanya. Meskipun sudah memiliki Darcy, terkadang Harry masih suka bersikap layaknya seorang remaja yang sedang kasmaran dengannya.
Dan itu membuat Kendall terkadang merasa geli dengan suaminya sendiri. Oh astaga, jangan ada yang membocorkan tentang ini kepada Harry, okay?
Kendall pun beralih dengan membereskan tempat tidurnya yang sedikit berantakan, kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk menggosok gigi dan membasuh wajahnya.
Hal pertama yang ia wajib lakukan setelah keluar dari kamarnya dipagi hari adalah mengecek keadaan anaknya dikamar sebelah, meskipun ia yakin Harry pasti sudah membangunkan malaikat kecilnya itu.
Membuka pintu kamar Darcy, dugaannya benar, Darcy sudah terduduk di cribnya sambil bermain dengan beberapa boneka hewan kesayangannya.
"Good morning, baby." Kendall menghampiri Darcy dan segera mengangkat tubuh Darcy kedalam gendongannya. "Where's mommy morning kisses?"
Paham dengan apa yang dimaksud sang ibu, Darcy mulai menciumi wajah Kendall secara bertubi-tubi. Anaknya itu sangat persis dengan Harry kalau sudah disuruh mencium mommy-nya.
"Mommy..." Darcy merengek sambil mengangkat botol susunya yang sudah kosong. "Ha...bis."
Kendall melihat botol susu Darcy yang memang sudah kosong, anaknya itu pasti lapar sekarang. "Kita sarapan dibawah yuk, Darcy lapar ya?" Darcy menganggukkan kepalanya semangat, "Yes! yes!"
Kendall pun membawa Darcy keluar dari kamarnya untuk menuju ruang makan yang ada dilantai bawah. Begitu sampai disana, mereka dikejutkan oleh Harry yang sedang menyiapkan sarapan dibantu dengan Kate, asisten rumah tangga mereka sekaligus baby sitter Darcy jika Kendall atau Harry tengah sibuk dengan pekerjaan mereka.
Menyadari kehadiran Kendall, Harry pun mengembangkan senyumannya. Apalagi ditambah dengan putri kesayangannya yang ada digendongan Kendall, Harry kian mengembangkan senyumannya.
"Good morning angles," Harry mengecup dahi dan bibir Kendall kilat kemudian mengambil Darcy dari gendongannya.
Melakukan hal yang sama kepada anaknya, namun kali ini bukan sekedar kecupan yang ia berikan. Harry mencium setiap bagian wajah Darcy sampai nyaris tidak ada satupun yang terlewat.
"Daddy stop!" teriak Darcy menjauhkan wajahnya. Tapi Harry tetaplah Harry, ia masih saja hobi mengganggu anaknya.
"Darcy masih bau, belum mandi ya?" goda Harry. Yang ditanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tak berniat menjawab pertanyaan Daddy-nya.
"Kok diam saja?" tanya Harry lagi.
Well, semenjak menikah Harry memang menjadi sedikit lebih cerewet dari biasanya. Tidak ada lagi istilah Harry Styles yang arogan dan cool saat dirinya sudah ada dihadapan Kendall dan juga Darcy.
Seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda, Harry Styles yang terlihat diluar sangat berbanding terbalik dengan Harry Styles yang ada dihadapan Kendall sekarang ini.
"Darcy lapar Harold, sudah jangan diajak berbicara terus." jawab Kendall seolah mewakili anaknya.
Harry pun mengerti kemudian mendudukkan Darcy di kursi khususnya. Kendall langsung duduk disamping kanannya dengan satu mangkuk kecil dan juga sippy cup kepunyaan Darcy, siap menyuapi anaknya.
"Hari ini kau ada jadwal tidak?" tanya Harry seraya memasukan makanan kedalam mulutnya.
"Hmm.." Kendall yang masih fokus menyuapi Darcy mulai berfikir. "Hanya mengecek keadaan toko bersama Kylie siang ini,"
"Setelah itu?" Harry kembali bertanya. "Tidak ada lagi?"
Kendall menggeleng, "Tidak." Harry mengangguk paham dengan senyuman kecil. "Memangnya kenapa?" kini gantian, Kendall yang bertanya kepada Harry.
"Tidak apa, aku hanya khawatir Darcy akan kesepian jika kita berdua terlalu sibuk." jelas Harry.
"Tenang saja, jika keadaannya memungkinkan aku pasti membawa Darcy bersamaku kok," Kendall menjawab, bertepatan dengan habisnya makanan dimangkuk kecil Darcy.
Anak itupun bersorak senang, "I'm fuuuullll!"
Harry yang juga baru menghabiskan sarapannya menyodorkan telapak tangannya kepada Darcy, "Good girl! high five!" Darcy menepuk telapak tangan sang Ayah dengan girang membuat Kendall tersenyum sendiri melihatnya.
.
.
.
WOOHOOO! asikkk gue libur makanya bisa update🤗🤗 keep vomments for next!!!👅♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of us
Fanfiction"They only see what we allow them to see." Copyright© 2018 by kennyzzlexo