2006, he dies.

15.7K 425 3
                                    

"Papa, maafkan aku. Adik-adikku, maafkan aku. Gerald, maafkan aku. Semuanya, tolong maafkan aku". Ucapnya dengan suara lirih dengan badan penuh luka, darah mengalir dari dahinya. Sambil memegangi perutnya sebelah kiri yang darahnya mengalir merembes keluar seragam SMAnya, mungkin Zian merasakan perutnya robek. Sementara dia masih merasakan banyak tangan yang menyentuhnya, berusaha mengangkatnya, menyeka darahnya. Pandangannya gelap, tak ada cahaya sedikitpun yang bisa ia lihat. Mendengar beberapa orang berteriak mengkomando untuk membawa ke Rumah Sakit terdekat. Ada yang berteriak panik mencari kartu identitas atau handphone. Dari sekian banyak suara, Zian sangat mengenali salah satu suara yang berteriak panik sambil menangis, "Pak!! Bang!! Tolong bawa ke Rumah Sakit Dharma Gupta aja yang dekat!! Dia teman saya pak!! Nanti saya hubungi orang tuanya pak!! Pak, tolong!!". Zian tidak ingat lagi suara siapa itu, yang jelas dia sangat mengenali suara itu dan masa bodoh baginya untuk mengingat-ingat menerka. Rasa sakit yang mendera seluruh sarafnya membuat dia yakin bahwa ini semua bukan mimpi. "Aku menyerah. Aku tidak sanggup lagi. Lebih baik aku tidur", gumamnya dalam hati.

The Perfect 30 (Match)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang