Torn

1.4K 86 14
                                    

Nothing's fine, I'm torn

I'm all out of faith
This is how I feel, I'm cold and I am shamed
Lying naked on the floor
Illusion never changed
Into something real
Wide awake and I can see the perfect sky is torn
You're a little late
I'm already torn
(Natalie Imbruglia "Torn")

2004
Ziandra dan Jenny sudah berteman akrab sejak kepindahan Jenny ke sekolah negeri di mana Ziandra juga sekolah di sini. Setiap pagi sebelum bell masuk tanda pelajaran dimulai, Ziandra dan Jenny menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang. Begitu juga saat pulang sekolah. Sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing, mereka masih menyempatkan diri bertemu di koridor sekolah atau di belakang kelas Ziandra. Jenny selalu pulang lewat depan sekolah, dia harus mengambil motornya di bangsal dan keluar melewati gerbang sekolah. Sedangkan Ziandra, dia bukanlah siswa yang istimewa dan populer. Ziandra selalu pulang lewat pagar belakang pekarangan sekolah. Pintu pagar belakang sekolah itu langsung tembus ke komplek perumahan guru. Ziandra sering menitipkan sepedanya di salah satu rumah gurunya saat ia masih SMP. Komplek perumahan tersebut adalah gabungan komplek perumahan guru-guru SMP dan SMA negeri yang mana kedua sekolah tersebut bersebelahan, hanya dibatas pagar tembok setinggi 2 meter. Sejak mendaftar ke SMA negeri 1 ini Ziandra sudah memilih jalan belakang sekolah ini karena ia sadar kalau ia bukan anak populer dan bukan anak orang kaya yang dibekali kendaraan bermotor oleh orang tuanya untuk berangkat dan pulang sekolah. Bahkan bisa menggunakan kendaraannya untuk sekedar jalan-jalan dengan teman-teman sekolahnya.
Tanda sebagai anak populer di SMA negeri 1 ini adalah kalau ia memasuki lingkungan sekolah dari gerbang depan sekolah menggunakan kendaraan bermotornya atau diantar oleh orang tua atau kakaknya di depan gerbang sekolah. Intinya masuk sekolah dari gerbang depan. Kemudian anak populer biasanya di pagi hari atau jam istirahat nongkrongnya di warung yang ada di depan sekolah. So, automatically anak-anak populer selalu berada di depan sekolah dan berinteraksi di sana. Entah itu di gerbang sekolah, bangsal, warung depan, atau lapangan basket yang memang letaknya di depan juga. Hanya Jenny yang setia dan tulus berteman dengan Ziandra. Jenny tidak pernah meminta Ziandra membuatkan tugas, meminta contekan PR yang kebetulan sama, ataupun meminta Ziandra mengajarinya di mata pelajaran yang susah baginya. Kadang-kadang Ziandra sendiri yang menawarkan diri untuk membantu Jenny mengerjakan tugas sekolah atau PR karena prihatin dengan nilai-nilai yang ada di buku latihan Jenny. Setiap hari mereka berdua menyempatkan untuk bertemu, saat jam istirahat juga Jenny selalu setia menjemput Ziandra ke kelas excellent untuk bisa pergi ke kopsis atau makan bareng ke kantin belakang. Kantin yang ada di belakang sekolah memang tidak terlalu banyak pembeli dan Jenny paham betul kalau Ziandra suka tempat itu. Beberapa teman Jenny dari kelasnya dan dari kelas lain juga sudah kenal dengan Ziandra. Kebanyakan mereka memang perempuan. Berawal dari situ, banyak siswa laki-laki yang iseng menggoda memanggil-manggil Ziandra dengan gaya panggilan laki-laki ke perempuan. Sering sekali Ziandra mendengar panggilan "Hai...", atau "Hai manis..." saat ia lewat di dekat gerombolan anak laki-laki di sekolah. Beruntung teman-teman sekelasnya tidak melakukan itu. Jadi bagaimanapun ia mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan di luar kelasnya, ia akan tetap merasa nyaman saat ia kembali ke dalam kelasnya. Gerald juga semakin sibuk dengan tim basketnya sejak ia masuk sebagai anggota tim basket sekolah. Selama satu minggu ini ia bahkan belum menemui Ziandra untuk belajar. Ia hanya menyuruh Ziandra mengerjakan tugas-tugas sekolah dan PRnya. Saat sudah selesai biasanya ia akan datang ke kelas Ziandra untuk mengambilnya. Tentu saja ia juga mendengar desas-desus bahwa Ziandra hanya berteman dengan para siswa perempuan saja. Ia tidak begitu mempermasalahkan hal itu. Selagi tidak ada yang tahu kalau ia sangat tergantung kepada Ziandra, ia merasa masih aman. Namun semakin lama ia juga tertarik untuk membully Ziandra yang selama satu tahun lebih ini membantunya dalam tugas-tugas sekolahnya. Apalagi sejak ia menjadi salah satu anggota tim basket sekolah, banyak yang mengidolakannya dengab skill permainannya dan yang pasti juga dengan fisiknya. Maklum di SMA negeri 1 ini ia terlihat berbeda, ia yang paling mencolok. Tentunya paling mencolok dalam hal goodlooking. Bukan seperti Ziandra, berbeda dalam hal tidak menarik.

Senin pagi ini seluruh siswa melaksanakan upacara bendera. Sebelum upacara dimulai, semua kelas sibuk mengatur barisan. Gerald sengaja masuk ke barisan kelas excellent dan mengambil topi yang sedang dipakai oleh Ziandra. Tentu saja Ziandra kaget dan meminta Gerald mengembalikan topinya tersebut. Namun Gerald malah menjulurkan lidahnya kepada Ziandra dan pergi lagi ke barisan kelasnya. Sebelum upacara dimulai, wakil kesiswaan mengumumkan bahwa siswa yang tidak beratribut lengkap harus berbaris memisahkan diri. Dengan terpaksa Ziandra berjalan lesu ke ujung barisan dan berdiri sendiri di sana. Pikirannya sudah berkecamuk, pasti seluruh siswa sedang melihatnya dan mentertawakannya kali ini. Ia hanya berdo'a supaya waktu cepat berlalu dan upacara bendera ini cepat selesai sehingga ia bisa kembali ke kelasnya. Tak lama kemudian seseorang datang berdiri di sampingnya. Ia mengira kalau itu kakak kelasnya. Setelah ia melihat orang itu ternyata Gerald. Ziandra tidak mengerti bagaimana bisa Gerald berdiri di situ dengannya tanpa mengenakan dasi.
"Ah, sama saja. Dia mengambil topiku, tapi dia bahkan juga tidak punya dasi", kata Ziandra dalam hati.
Seperti biasa, setelah upacara bendera selesai, barisan siswa yang tidak beratribut lengkap masih tinggal di lapangan sampai guru piket datang dan memproses mereka. Akhirnya Ziandra dan Gerald dihukum oleh guru piket. Mereka berdua disuruh memungut sampah-sampah yang ada di sekitar lapangan upacara sebelum diizinkan masuk kelas. Saat selesai memungut sampah dan mencuci tangan, seorang siswa perempuan kelas 3 datang dan memberikan dasi kepada Gerald.
"Gerald, terimakasih ya... Ini dasinya aku kembalikan. Untung kamu pinjamin, kalau nggak, pasti aku yang memungut sampah sekarang", kata siswa perempuan itu.
"Iya, sama-sama. Lain kali jangan lupa lagi ya. Lagipula aku nggak sendiri kok. Tuh kami berdua mungut sampah", jawab Gerald.
Mereka berdua tertawa, Ziandra kesal dengan situasi ini. Bagaimana bisa Gerald memberikan dasinya demi anak ini dan mengambil topi Ziandra supaya Ziandra juga dihukum untuk menemaninya.
"Kamu sengaja ambil topiku supaya aku juga dihukum ya??, tanya Ziandra".
"Iya, emang kenapa?? Lu pikir gwa mau berdiri terpisah sendiri dan mungut sampah sendiri gitu?? Ini gwa kembalikan topi lu", jawab Gerald.
Ziandra mengambil topi itu dan segera berjalan ke kelasnya. Semakin hari semakin Ziandra merasa kalau Gerald berubah menjadi anak nakal. Biasanya Gerald hanya terkesan dingin dan cuek, tapi sekarang bahkan lebih buruk dari itu. Setiap hari kata-kata dan ejekan Gerald semakin membuat Ziandra kesal dan bahkan sakit hati. Di saat banyak siswa yang membully Ziandra, Gerald bahkan tidak bisa memberikan simpatinya sedikitpun. Itu membuat Ziandra merasa hatinya terluka dan sakit seperti kertas robek.

The Perfect 30 (Match)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang