Eucalyptus

106 7 2
                                    

2005

Gerald
Minggu-minggu pertamaku sebagai siswa kelas 3 telah aku lalui dengan baik, awalnya aku merasa perlu menysuaikan diri dengan kelas baru ini. Teman-teman kelas baru, dari semua kelas 2 yang ingin mengambil jurusan IPA semua ada di sini. Kalau kelas Ziandra memang sudah diprogram oleh ekolah dari awal masuk d kelas 1 untuk nantinya di kelas 3IPA1. Tapi karena Ziandra sering mengajariku belajar akhirnya aku bisa juga ada di kelas IPA ini, tidak begitu jelek di 3IPA2. Bersebelahan dengan kelas Ziandra. Sekarang aku tidak perlu jauh-jauh lagi melihat anak itu. Tapi aku sendiri juga tidak mengerti kenapa aku harus melihatnya dan memantaunya? Apa karena pesan dari papanya kalau aku harus mengawasinya? Kurasa tidak, karena aku tahu kalau papanya waktu itu hanya sedang berusaha mengajakku bercanda. Ah, aku tidak tahu kenap, tapi yang penting sekarang kelas kami bersebelahan dan akan semakin mudah bagiku untuk meminta bantuannya. Pagi tadi juga ada pemberitahuan dari guru kalau kami sesama kelas jurusan IPA akan sering terlibat kegiatan bersama, juga setiap Senin sampai Jum'at semua kelas 3 ada kelas tambahan setelah pulang sekolah dari jam 3 sampai jam 5 sore dan itu dimulai pada hari ini.

Sore ini sudah mulai kelas tambahan setelah pulang sekolah. Aku sengaja tidak pulang setelah jam pulang sekolah, aku menunggu sekalian untuk masuk kelas sore tambahan. Di kelas sebelah juga banyak anak yang tidak pulang karena waktunya sedikit sekali dari jam pulang sekolah jam 2 sedangkan jam 3 sudah masuk lagi. Aku hanya ke kantin sekolah sekedar membeli makan siang untuk mengisi perut sampai jam 5 nanti. Saat aku keluar kelas, aku melihat Ziandra juga tidak pulang. Anak itu sedang duduk di tempatnya, seperti biasa ia memilih tempat duduk paling depan di kelas. Aku tidak tahu apakah ia membawa bekal makanan atau juga hanya membeli makanan di kantin sekolah sama seperti aku. Di kantin depan sekolah aku ingn memesan makanan berkuah dan agak hangat karena aku rasa agak kurang enak badan. Cuaca hari ini juga kurang bagus setelah tadi malam hujan, sekarang masih mendung dan agak dingin. Tadi pagi aku juga agak kedinginan karena berangkat sekolah naik motor di pagi buta. Akhirnya aku hanya makan mie instant kuah dengan telur di kantin. Aku juga meminum teh panas dengan harapan rasa nyeri di pundakku juga hilang. Sudah lumayan mendingan. Aku kembali ke kelas untuk mengikuti kelas sore, tapi ternyata di kelas aku bertambah merasa tidak nyaman dengan kondisi kesehatan badanku.

Guru dan teman-teman yang menyadari dan melihat keadaanku menyarankan aku untuk istirahat di ruang UKS saja. Aku tidak ada pilihan selain ke ruang UKS dan tidur di sana. Aku tidak ingat baru berapa menit aku tertidur di ranjang dan matras UKS itu, tapi aku sudah tidur sejenak dan tidak merasa apa-apa sampai akhirnya aku tersentak terbangun saat mendengar ada yang sedang bicara di luar ruangan dan suara langkah-langkah kaki. Aku melirik jam dinding di ruangan itu.

"Apa?!! sudah jam 5 sore??", ucapku dalam hati karena terkejut.

Baru saja aku akan beranjak dari ranjang UKS tempatku taddi tidur, aku mendengar suara pintu ruangan diketuk-ketuk. Aku sempat berfikir yang tidak-tidak, di jam sore seperti ini dan sendirian di ruang UKS, jangan-jangan itu penunggu ruangan ini yang tidak suka akan keberdaanku. Aku memberanikan diri bertanya dengan suara keras, "Siapa itu yang ketuk pintu?".
Tidak ada jawaban, aku sudah ingin teriak lagi, tapi pintu dibuka dan Ziandra muncul dari balik pintu sambil membawa tas dan jacketku yang tadi kutinggalkan di kelasku. Anak ini menakutiku saja, tapi aku juga lega karena itu dia. Dia berjalan mendekat ke ranjang tempat aku masih berbaring. Aku segera bangkit duduk menyandarkan punggungku ke dinding. Ziandra ikut duduk di ranjang itu.

"Kamu sakit Ger?? Sejak kapan? Kenapa nggak pulang aja tadi siang?", tanyanya.

"Ini tasmu sama jacketmu, di kelasmu sudah tidak ada orang. Tadi aku dengar ada yang kebingungan bagaimanadengan tasmu ini, mereka bilang kamu masih di UKS tapi mereka tidak mau mengantarkan ke sini" dia melanjutkan.

The Perfect 30 (Match)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang