Sleep Over

202 10 12
                                    

2005

Ziandra berangkat sekolah menggunakan sepeda pagi-pagi sekali. Selama mengayuh sepedanya di perjalanan ia hanya berharap semoga kejadian kemarin tidak dibesar-besarkan oleh teman-temannya di sekolah. Ziandra tidak ingin jika kejadian yang agak memalukan tersebut menjadi berita heboh di sekolah dan semua orang jadi membicarakan dirinya.

Sementara itu Gerald baru saja selesai berpakaian sekolah pada waktu yang sama di mana Ziandra sudah mengayuh sepedanya di jalan. Gerald memeriksa penampilannya di cermin. Barangkali ada yang salah atau kurang rapi, Gerald tidak ingin terlihat aneh. Gerald menjadi ingat apa yang dikatakan Jenny kemarin kalau dirinya sekarang berbeda, menjadi lebih ramah dan lebih sering tersenyum. Gerald berpikir sambil mengingat-ingat apa mungkin beberapa hari ini ia benar-benar menjadi orang yang murah senyum, tapi kenapa?

"Apa itu karena anak itu?", tanya Gerald dalam hati.

"Tapi kenapa dengan dia? Bukankah dia tidak melakukan apapun?", tanyanya lagi di dalam hatinya.

"Ah, tidak. Mungkin ini karena aku juga merasa senang karena bisa masuk di kelas IPA pada kelas 3 ini. Mama juga senang, aku juga senang bisa bikin mama bangga", Gerald meyakinkan dirinya.

Tapi sekejap kemudian ia menyadari kalau ia akan ke sekolah pagi ini juga ada hubungannya dengan Ziandra. Ya, ia ingin menanyakan keadaannya apakah ia baik-baik saja setelah jatuh ke kolam kemarin. Gerald melihat sendiri kalau Ziandra batuk dan memuntahkan air dari mulutnya. Gerald mengingat beberapa saat sebelum Ziandra jatuh ke kolam, mereka duduk berhadapan agak menyamping dan sama-sama tertangkap sedang saling memandang. Gerald mengakui kalau kemarin itu Ziandra terlihat manis dan menarik. Semakin lama semakin Gerald ingin sering-sering melihat Ziandra, ingin di dekatnya, tapi sudah dua hari terakhir dia merasa gugup kalau di dekat Ziandra.

Gerald turun ke dapur untuk sarapan. Mamanya masih ada di rumah, kebetulan belum berangkat bekerja. Gerald menikmati sarapannya sementara mamanya masih mondar-mandir di dapur mengerjakan pekerjaan dapur sambil mengurus cucian pakaian di mesin. Gerald mulai bangkit dari duduknya setelah selesai sarapan.

"Ger, kamu bawa bekal sekalian untuk makan siang ya. Sekarang kan kamu pulang sekolah sore terus", ucap mamanya saat Gerald berdiri dari duduknya.

"Sudah mama siapkan itu bekalnya, tinggal bawa masukkan ke dalam tas", lanjut mamanya.

Gerald melihat ada kotak makanan di atas kulkas yang ia tahu kalau itu adalah bekal yang disiapkan oleh mamanya. Gerald mengambil bekal makanannya dan berangkat ke sekolah. Saat sampai sekolah, ia langsung ke kelasnya dan mengikuti pelajaran. Pada jam istirahat ia ingin ke kelas Ziandra menanyakan kalau Ziandra baik-baik saja atau bahkan Ziandra hari ini masuk sekolah atau tidak Gerald juga belum tahu. Gerald dengan ragu melangkah ke pintu kelasnya yang terbuka, ia duduk di depan kelasnya dengan teman-temannya yang lain sambil mengobrolkan hal-hal yang tidak terlalu penting. Di tengah obrolan ia melihat Ziandra keluar dari kelasnya dan sepertinya akan menuju ke kopsis. Gerald ingin mengikutinya ke kopsis tapi ia mengurungkan niatnya tersebut dan tetap di tempat duduknya sambil menunggu Ziandra kembali. Benar saja, Ziandra hanya membeli pena berwarna merah lalu kembali lagi ke kelasnya. Gerald beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Ziandra masuk ke kelas Ziandra. Gerald melihat Ziandra sedang menggunakan pena berwarna untuk membuat garis-garis dan kotak pada bukunya.

"Pelajaran apa ini Zi?", tanya Gerald kepada Ziandra.

"Fisika, disuruh bikin mapping dari materi yang kemarin sama sekarang", jawab Ziandra.

"Ah, kami pasti juga disuruh nanti. Bantuin ya Zi. Gwa nggak terlalu bagus kalau buat garis-garis gitu", ucap Gerald.

"Iya, tapi nanti ya. Aku selesaikan ini dulu", jawab Ziandra yang dari tadi masih belum mengangkat wajahnya.

The Perfect 30 (Match)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang