It's okay

1.5K 76 11
                                    

2004

Sun is up should be feeling great,
Your feeling rough got too much on your plate,
A busy day got a lot to do,
A heavy head you think you've caught the flu.

Something deep inside begins to stir,
Spirit, conscience your not really sure.
It's gonna be okay...
It's gonna be okay...
(Des'ree "It's okay")

Ziandra
Di mana aku sekarang? Oh, kepalaku berat sekali. Nyaman sekali rasanya tidur di kasur ini, apalagi dengan selimut hangat ini. Ini mungkin kamar Gerald. Ada photo-photo dia dengan latar belakang lapangan basket. Aku harus segera pulang, aku bisa makan yang banyak di rumah nanti. Mungkin Gerald ada di ruang depan. Kenapa rumah sebesar ini sepi sekali?

"Permisi!!", ucapku.
"Gerald!!", panggilku sekali lagi.

Tapi tidak ada orang sama sekali bahkan di ruang depan. Itu tasku di sofa. Apa lebih baik aku pulang sendiri saja?? Tapi kalau aku jalan kaki sudah jauh sekali dari sini. Kalau dari sekolah cuma sekitar 3 kilometer. Mungkin aku bisa naik ojek dan bayar di rumah saja. Ah, tapi kenapa pintu ini dikunci?? Apa Gerald sengaja mengurung aku di dalam rumahnya?? Lebih baik aku kembali ke kamarnya saja di lantai 2. Kamar ini berantakan sekali. Aku rapikan saja sambil menunggu Gerald datang.

Gerald
Semoga Ziandra sudah sadar, aku bisa suruh dia makan dan minum obat ini. Kalau dia tidak sadar-sadar juga kan bahaya. Aku check dulu ke kamar apakah keadaan dia sudah membaik. Saat aku membuka pintu dan masuk ke kamar, dia sudah berdiri di samping tempat tidur. Kamarku sudah rapi sekali. AC sudah dimatikan tapi jendela dan kordennya juga dibuka. Tidak ada lagi buku-buku dan baju-baju kotorku yang berserakan.

Aku maju selangkah dan bertanya, "Kamu yang merapikan kamar ini?".

"Iya, sambil menunggu ada orang yang datang ke sini. Karna tadi pintu depan terkunci", jawabnya.

Aku mendengar perutnya berbunyi tanda dia lapar. Oh, ya ampun pasti dia kelaparan. Apalagi dia memang sedang sakit sekarang. Aku harus suruh dia makan, kemudian dia bisa minum obat. Untung saja aku datang tepat waktu.

"Tadi aku keluar sebentar beli obat kamu ke apotek, tadi kamu tiba-tiba pingsan. Aku telepon dokter, katanya nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Kamu cuma kelelahan dan sakit maag", aku coba menjelaskan. Dia hanya diam mematung.

"Ya sudah sekarang kamu makan dulu. Ayo ke dapur! Semua akan baik-saja kok", tambahku.

"Kamu nggak harus beli obat itu, aku nggak sakit kok. Mungkin karna dari tadi pagi aku nggak makan, makanya aku pingsan", dia mencoba memberi penjelasan.

"Oh, kamu nggak makan dari pagi? Tadi waktu sampai di sini kenapa nggak bilang kalau lapar?", tanyaku lagi.

"Nggak apa-apa, aku mau pulang sekarang saja. Aku harus pulang cepat. Nanti keburu papaku pulang dari kerja", jawabnya. Tentu saja aku tidak mengizinkannya langsung pulang.

"Kamu makan dulu sedikit ya. Kalau tidak, nanti aku yang dimarahi papaku. Papa tahu kalau tadi kamu pingsan", aku berusaha membujuk. Akhirnya dia mau aku ajak makan di dapur, walaupun sedikit. Aku tahu dia malu karna bagaimanapun juga hubungan kami selama ini hanya sebatas teman sekolah yang tidak terlalu akrab. Hanya semacam pengajar private dan murid.

Aku mengantarnya pulang dengan motor, seperti janjiku tadi waktu mengajaknya ke rumahku. Akhirnya aku tahu jalan ke rumahnya. Lumayan jauh kalau dari rumahku. Berbeda dengan rumahku yang berpagar tembok tinggi dengan jeruji dan kawat di atas sepanjang pagar, di sini aku cuma melihat pagar besi saja. Rumahnya bagus dan lumayan besar. Sepertinya dia juga anak orang yang lumayan berada, tapi aku tidak tahu kenapa dia menjadi anak nerd di sekolah. Dia tidak punya teman sama sekali. Dia hanya kenal dengan anak-anak yang ada di kelasnya dan itu kebanyakan perempuan. OK, itu bukan urusanku. Yang penting tetap perlakukan dia dengan baik karna dia yang membantuku dalam pelajaran sekolah dan papaku membayar ke sekolah untuk itu.

The Perfect 30 (Match)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang