Photograph

2.4K 141 5
                                    

We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts are never broken
Times forever frozen still

So you can keep me
Inside the pocket
Of your ripped jeans
Holdin' me closer
'Til our eyes meet
You won't ever be alone
Wait for me to come home
(Jessica Maubuoy "Photograph")

2018

Gerald
Sampai di rumah aku langsung menuju kamarku. Aku segera melepas semua pakaian dan menuju kamar mandi. Aku hidupkan shower, di bawahnya aku ingin mencuci semua ingatan yang sudah aku lihat dari tadi pagi hingga sore ini. Bayangan wajah Zizi yang agak berbeda sekarang. Mungkin juga orang yang berbeda. Kalau dia orang yang berbeda, lalu apakah mungkin dia akan bersedia berteman denganku?? Sedangkan dia adalah seorang guru yang sangat elegant dan tampaknya dia mengajar di sekolah ternama di kota ini. Besok akan kusuruh orang-orangku untuk cari tahu tentang lelaki itu.
Setelah puas mandi dan fikiranku agak segar, aku kembali berpakaian dan duduk di kursi kerjaku. Kubuka laci dan kuambil selembar photo yang masih kusimpan dengan baik sampai sekarang. Di dalam photo itu terlihat dua remaja laki-laki. Satu orang berpakaian seragam polisi lengkap dengan topinya. Seorang lainnya berpakaian seragam SMA putih abu-abu sangat rapi lengkap dengan topi dan dasinya. Keduanya tampak memamerkan senyum termanisnya. Mataku kembali panas memandang photo itu. Apakah kesalahanku di kehidupan yang lalu sehingga aku harus menjalani karma siksa penyesalan seperti ini?? Kembali kupandangi photo itu. Masih teringat jelas di benakku masa itu. Saat selesai upacara penurunan bendera HUT RI dan berakhirnya pawai, aku menarik tangannya dan memaksanya untuk berphoto denganku. Siswa berseragam SMA lengkap itu tergabung di grup paduan suara sekolah, sedangkan siswa mata sipit berseragam polisi itu hanya ikut pawai meramaikan perayaan HUT RI. Aku merindukan siswa berseragam SMA itu. Dia anak baik yang selalu membantu semua orang di sekitarnya. Dia memikul beban yang sangat berat bahkan di usianya yang masih sangat muda. Selama 12 tahun ini aku memjalani hidup yang penuh penyesalan karena sudah menyia-nyiakan teman yang sangat baik sepertinya. Aku hanya bisa memandang photo ini sekarang. Ya, ini kebiasaanku dari dulu. Aku bisa menghabiskan waktuku selama bahkan 2 jam untuk memandang photo ini dan mengingat kembali masa SMA yang semuanya masih sangat jelas terasa. Hari ini aku melihat wajahnya kembali. Wajah dan tubuhnya yang pendek dan kecil. Ingin sekali aku menyentuhnya. Tapi aku lihat dari tingkah laku dan cara dia bergerak, itu bukan dia. Ah, bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan informasi tentang laki-laki itu. Fix!! Aku akan meminta bantuan teman-temanku untuk itu.

Ziandra
Huh... Alhamdulillah... Pagi ini aku tidak mengalami kejadian seperti kemarin lagi. Yang paling penting aku juga tidak terlambat. Ya, meskipun aku harus menggunakan transportasi yang kupesan secara online. Hari ini aku harus semangat membagi ilmu dan keahlian kepada siswa-siswi tersayang. Aku harus lebih ceria lagi dari hari kemarin. Okay, mari dimulai dengan menyapa semua orang yang aku temui di lingkungan yayasan ini meskipun mereka adalah guru-guru dari tingkat sekolah yang berbeda. Good morning miss, how are you? Good morning sir, how are you? Lau shi cau an... Ternyata menjadi orang baik dan ramah itu sangat menyenangkan. Sekarang aku tiba di gedung tingkat SMK di mana aku bekerja mengajar dan mendidik siswa-siswi yang terkenal luar biasa nakalnya. Tapi sebagai guru, aku selalu saja bisa menaklukkan mereka. Bukan seorang guru namanya jika harus bertekuk lutut kalah di hadapan siswanya.
"Good morning, sir...", miss Camile yang selalu menyapa dengan sangat ramah dengan warna lipstick yang merah mengkilat terlihat sensual.
"Sir, minta minyak kayu putih donk. Agak pegel nih leherku karna dari tadi malem kerja di depan layar laptop terus", sambungnya lagi.
"Ini miss, silahkan... Makanya miss jangan terlalu maksain diri untuk pekerjaan. Jaga kesehatan miss, kesehatan itu di atas segalanya", jawabku dengan senyum.
Aku pun juga segera membuka laptopku dan melanjutkan pembuatan perangkat pembelajaran. Tak lama kemudian terdengar bell tanda berkumpul untuk apel pagi. Saat aku menuruni tangga ke lapangan apel pagi, aku lihat beberapa guru piket sudah berbincang dengan orang-orang berseragam warna coklat itu. Untuk apa mereka ada di sini, apa mereka rindu untuk berada di sekolah lagi? Pikirku. Setelah mengatur barisan para siswa, salah satu guru piket memberikan amanat dan dari situ aku tahu bahwa pagi ini akan ada sosialisasi dari kepolisian. Oh, gosh!! Pagi ini seharusnya aku punya jam mengajar. Itu artinya jam KBM-ku akan terpakai. Artinya juga aku harus mendampingi sosialisasi ini bersama guru-guru lain yang juga mempunyai jam mengajar pagi ini.

The Perfect 30 (Match)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang