Chapter 17 : 'Terlanjur terlibat'

300 34 15
                                    

Perlahan Tae Yeon berjalan mendekati pintu rumah yang cukup jauh dari gerbang, beberapa kali Yu Ri menariknya untuk cepat. Dia sangat mengerti kalau adiknya itu sangat gugup, tapi jika dia mengulur waktu seperti itu pun percuma. Akhirnya keduanya telah berada tepat di depan pintu, tanpa menunggu lama Yu Ri menekan bel.

Melihat siapa yang datang Ji Woo yang kebetulan melihat dari layar pemantau, segera membukakan pintu. Yu Ri menyapa tuan rumah, dengan ramah. Sedang Tae Yeon hanya diam, tanpa membalas perkataan Ji Woo yang menanyakan kabarnya.

Ruang tamu begitu hening, tanpa ada yang berniat membuka pembicaraan. Yu Ri sudah cukup bosan dengan suasana seperti ini, dia mencoba mencari kalimat apa yang akan ia lontarkan. Sulit sekali bertemu keluarga yang tak pernah bertemu, benar-benar terasa canggung.

"Aku sangat mengenal Tae Yeon, dia baik, periang, sabar, ramah bahkan kuat. Tapi satu kelemahannya, ia selalu merindukan ibunya." Ji Woo tidak yakin bahwa yang Yu Ri maksud adalah dirinya, tapi dia sangat berharap puterinya itu memeluknya sambil memanggil ibu.

"Semenjak ibu yang mengasuhnya meninggal dia hidup dengan ayahnya yang seorang pemabuk dan suka berjudi, bahkan lelaki itu tak segan memukul Tae Yeon yang masih berumur 7 tahun. Aku melihatnya sedang dikejar-kejar, dan dia dengan polosnya bersembunyi di balik punggungku. Saat itu aku juga masih berumur 10 tahun, entah dari mana aku mendapatkan keberanian untuk melindunginya."

"Eonni..." panggil Tae Yeon lirih, Ji Woo dan Yong Joon merasa sedih mendengar anak kandungnya hidup seperti itu.

Mereka merasa sangat bersalah, sedetik kemudian Ji Woo sudah menangis. Ia mendekati Tae Yeon, lalu memeluknya. Awalnya Tae Yeon masih ragu untuk membalas pelukan ibu kandungnya itu, setelah ia mendengar permintaan maaf yang tulus terlontar dari mulut ibunya... Tangannya tergerak untuk merengkuh tubuh Ji Woo, bibirnya bergetar. Satu kata yang sangat sulit diucapkan saat ini...

"Eomma," akhirnya keluar begitu lancar dari mulut Tae Yeon, Ji Woo merasa sangat tersentuh mendengarnya. Ia juga merasa bersalah pada Jung Mi, yang telah ia anggap Seo Hyun selama belasan tahun.

Yong Joon tersenyum melihat kedua wanita yang ia sayangi, dia masih berharap bahwa Seo Hyun yang telah lama bersamanya berada disini. Seharusnya dia juga bertemu dengan orangtua kandungnya, dan dapat memaafkan kesalahan istrinya. Mungkin dia juga harus minta maaf pada Jung Mi, cukup sulit menyebut nama yang sebenarnya.

***

Gang-gang sempit memudahkan Kyu Hyun dan Seo Mi untuk menghindari kedua lelaki yang mereka yakini anak buah Do Jin. Di persimpangan mereka bersembunyi di balik kardus-kardus yang entah apa isinya, Kyu Hyun masih memegang erat pergelangan tangan Seo Mi dari awal ia mengajaknya berlari.

Napas keduanya tidak beraturan, terlihat wajah gugup mereka yang harap-harap cemas akan lelaki yang berdiri tak jauh dari tumpukan kardus tempat mereka bersembunyi. Dering telepon berbunyi, membuat kaget Kyu Hyun dan Seo Mi. Mereka mengira handphone dari salah satu miliknya –lah yang berbunyi, detik berikutnya mereka segera mereka bernapas lega setelah mendengar ucapan salam dari orang yang sedang mengejarnya melalui handphone yang baru ia hentikan dering pemanggilnya.

"Baiklah aku mengerti." hanya terdengar sahutan dari penerima telepon, setelah ia menutupnya. Langkah kakinya berlari menjauhi Kyu Hyun dan Seo Mi yang segera menghela napas lega. Senyum mengembang diwajah keduanya.

"Sepertinya kau sangat takut?" mereka berdiri dari jongkoknya, dan saling menatap. Kyu Hyun bersyukur tidak terjadi hal-hal buruk yang menimpa Seo Mi, dia tersenyum mendengar pertanyaan wanita yang tangannya masih dicengkramnya erat.

"Aku tidak takut, hanya saja merasa gugup. Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu." kekhawatiran terlihat jelas dari wajahnya, Seo Mi senang melihat ekspresi itu.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang