2. Video Spiral

2.1K 245 67
                                    

Aurel sudah menghabiskan waktu 12 jam, 34 menit, 56 detik untuk menangisi penolakan Andika. Sengaja dipas-pasin begitu, biar jadi angka cantik.

Dia tidak makan, tidak minum, tidak mandi, hanya mendekam di dalam kamar. Tidak ingin tahu dengan dunia di luar sana yang terus berputar. Aurel cuma ingin mengurus hatinya yang sedang patah berkeping-keping. Sekali dua kali Aurel beranjak dari tempat tidur lalu duduk di depan meja rias dari kayu jati, warisan Eyangnya di Jawa. Tangannya bergerak mengambil pelembab wajah. Meski hatinya hancur, kecantikan tetap nomor satu.

Aurel mencoba mengingat-ingat lagi momen-momen yang dia habiskan bersama Andika. Di bagian mana dia salah membaca gelagat? Selama ini Aurel yakin 1000% bahwa Andika naksir padanya.

Waktu Aurel kejebak hujan, Andika menghentikan mobil dan meminjamkan payung untuknya. Ya emang sih, Andika nggak nawarin Aurel naik ke mobil, tapi itu kan pasti cuma akal-akalan cowok itu supaya Aurel punya alasan untuk menemuinya lagi dengan dalih mengembalikan payung. Iya kan?

Terus lagi, waktu mereka makan siang berdua di kedai bakso, Andika langsung memesan bakso untuk Aurel, tanpa bertanya terlebih dulu, "Lo mau makan apa, Rel?" Andika tahu dari mana kalau Aurel suka bakso coba? Pasti Andika udah stalking kecil-kecilan. Iya kan? Iya dong.

Suara ketukan di pintu membuat Aurel menoleh. Pintu kamarnya yang ditempeli poster Si Manis Jembatan Ancol, terkuak. Aurel itu ngefans sama Si Manis, karena menurutnya Si Manis itu lambang kecantikan abadi. Gimana enggak? Udah mati aja tetep cantik dan seksi.

Kepala Soraya menyembul di antara celah pintu. Mami Aurel memasang senyum pengertian. Dia paham betul ada sesuatu yang tidak beres dengan anak gadisnya. "Aurel, ada teman-temanmu tuh. Mami suruh masuk ya."

Sejurus kemudian, Nagita, Jennifer dan Isyana menghambur masuk ke kamarnya. Nagita membawa sekeranjang camilan rendah kalori; Fitbar, Soyjoy, Kuaci Rebo, dan Quacker Oats Oatmeal Cookies.

"Makan gih. Gue tau lo belum makan dari kemarin. Di mana-mana cewek kalau stres pasti butuh makanan buat pelampiasan." Nagita meletakkan keranjang di pangkuan Aurel, sebelum menyusul Isyana dan Jennifer yang sudah duduk lesehan di atas karpet plastik bergambar Dora the Explorer.

"Jangan remehkan camilan rendah kalori. Makan ini bisa bikin lo terhindar dari berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, serangan jantung, dan lainnya. Kebanyakan cewek salah milih makanan. Harusnya mereka menghindari camilan berkalori tinggi karena bisa berakibat fatal bagi tubuh. Bisa ganggu pernapasan, peredaran darah, belum lagi risiko gangguan pencernaan. Lo nggak mau kan udah patah hati pake ditambahin napas sesek dan perut mules," papar Nagita panjang lebar selayaknya seorang dokter ahli gizi.

Dengan malas, Aurel mengambil satu bungkus Fitbar rasa cokelat. Dikunyahnya sereal bar itu tanpa semangat. "Kenapa, Ya Tuhan?" Aurel meratapi nasib. "Kok bisa-bisanya Kak Dika nolak gue?"

Isyana bergerak ke samping Aurel dan meremas bahunya, mencoba menyalurkan semangat.

"Gue nggak miskin-miskin amat. Buktinya keluarga gue nggak pernah masuk dalam daftar penerima BLT. Gue bisa kuliah di Usama. UKT di sana mahal dan bokap gue bisa bayar tanpa minjem duit di renternir. Tapi kenapa Kak Dika nolak gue dengan alasan gue miskin?"

"Sabar, Rel. Lo nyebut, nyebut," nasihat Isyana.

"Padahal gue yakin banget Kak Dika nggak kebal sama kecantikan gue."

Cowok Gue Tukang Ikan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang