14. Mulai Panas

1.2K 181 11
                                    

"Berarti selama ini abang Gojek keenakan ya sering kena senggol tetek gue? Sialan." Aurel tengah bermonolog sambil menunggu personel Dara SGM yang lain datang. Ruangan kelas masih relatif sepi. Aurel berangkat terlalu pagi tadi. Gara-gara Okan. Maksudnya, Aurel kepikiran ucapan Okan waktu membeli boneka Rilakkuma kemarin, sampai nggak bisa tidur.

Aurel sangat menghargai kejujuran tunangannya. Pria lain mungkin akan diam saja, malah mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Aurel jadi ngeri sendiri memikirkan apa yang mungkin terlintas di pikiran para tukang ojek yang pernah dia gunakan jasanya. "Semoga gue nggak dijadiin fantasi buat coli." Aurel bergidik ngeri. Susah juga jadi orang cantik.

"Aurel? Tumben lo udah di kampus jam segini." Syahdini masuk kelas dengan gaya hebohnya. Wajar kalau dia heran karena Aurel memang lebih sering datang terlambat daripada tepat waktu.

"Gue gabut di rumah sendirian."

Aurel dibangunkan oleh Okan via telepon, tepat saat adzan Subuh berkumandang. Mungkin karena teringat peristiwa kemarin, begitu mendengar suara Okan, mata Aurel langsung melek, pipinya merona secara otomatis. Dia masih malu.... Lalu Aurel segera mengambil air wudhu. Katanya kalau jantung jedag-jedug nggak jelas, bisa ditenangkan dengan sembahyang. Jika Soraya melihatnya, pasti sudah sujud syukur saking terharunya mendapati Aurel salat Subuh tepat waktu. Memilih untuk sarapan di kantin kampus, Aurel pun berangkat naik Gojek. Kali ini dia membawa tas ransel yang dipakai di depan dada. Aurel nggak mau bukit kembarnya membentur punggung abang Gojek.

"Bokap nyokap lo ke mana?" tanya Syahdini kepo.

"Bokap nyokap gue lagi honeymoon kedua," jawab Aurel asal-asalan. Malas dia menjelaskan detail pada Syahdini. Nanti disangkanya Primus dirawat di rumah sakit karena korona. Orang Indonesia kan sukanya nge-judge. Aurel enggak mau keluarganya dikucilkan.

"Asyik, dong. Lo bisa puas-puasin berduaan sama Okan. Omong-omong, tunangan lo itu kok nggak pernah antar jemput lo ke kampus? Doi sibuk banget ya?" Syahdini memang punya insting wartawan investigasi. Nanya mulu.

"Ya iyalah. Okan bekerja keras dong untuk memenuhi kebutuhan gue nantinya."

"Gaji Okan berapa sebulan, Rel? Lo udah pernah dikasih apa aja?"

Dikasih boneka penahan susu. Aurel memutar bola mata. Kenapa sih Syahdini sangat penasaran dengan Okan? Beruntung kehadiran Nagita, Isyana, dan Jennifer menyelamatkan Aurel dari interogasi Veni Rose KW itu.

Namun pertanyaan dari Syahdini terus membebani pikiran Aurel seharian itu, sampai jam makan siang yang dia lewatkan bersama sahabat-sahabatnya. Jennifer memesan empat porsi bakso beranak untuk mereka.

Di sudut kantin, tampak sepasang cowok cewek. sedang makan ketoprak, sepiring berdua. Minumnya pun segelas untuk berdua, terlihat dari adanya dua buah sedotan di gelas tersebut. Mereka itu kebangetan ngiritnya atau kebangetan romantisnya? Ternyata tindakan romantis dan pengematan ala mahasiswa cuma beda tipis.

Namun, pemandangan itu sukses bikin Aurel mupeng. Jika dia ingin agar orang-orang percaya bahwa Okan adalah kekasihnya, maka Aurel harus sering menunjukkan kemesraan. Tak mau berpikir lagi, Aurel cepat mengirimkan pesan pada Okan.

Aurel: Mas, bisa jemput Aurel di kampus? Jam tiga.

Aurel meniup poninya sebagai pelampiasan kesal karena pesannya belum juga dibaca oleh Okan.

"Lo galau banget, Rel. Sakitnya Om Primus parah?" tanya Jennifer sambil mengaduk kuah bakso pesanan mereka yang baru saja diantarkan oleh pelayan kantin.

"Nggak, kok. Papi cuma butuh istirahat dan jaga pola makan. Sore ini udah boleh pulang."

"Baguslah," sahut Nagita. "Tugas kalian buat Kewirausahaan udah beres? Tinggal sebulan lagi nih."

"Udah lima puluh persen. Kita sedang survei."

"Gue dan Aurel juga udah mulai riset. Beruntung banget kita dibantuin Okan. Cowok lo serba bisa, Rel," sanjung Nagita.

Aurel tersenyum tipis. Disantapnya bakso yang mengandung aib itu. Kok aib? Yaiyalah, kan dia  beranak tanpa suami.

Ponsel Aurel bergetar, saat dia sudah menghabiskan baksonya, plus segelas air mineral. Aurel sedang mengurangi konsumsi gula. Takut diabetes kayak Papi, apalagi sejak orok Aurel sudah manis. Aurel mengusap layar gawai dan melihat ternyata Okan sudah mengirimkan balasan.

Okan: Bisa. Nanti saya jemput.
Okan: Kamu jangan lupa makan dan salat.

"Eh, gue ke musola sebentar ya," ucap Aurel pada teman-temannya.

Ketiga sahabatnya melongo mendengar ucapan itu. Isyana bahkan menyerukan keheranannya.  "Lo mau numpang gegoleran di musola?"

"Gue mau salat Dzuhur."

***

Okan muncul di kampus Usama dengan sebuah mobil Honda Brio warna kuning, persis kayak Bumblebee di film Transformers. Aurel sendiri sampai takjub. Gaya Okan benar-benar keren. Kesiap kagum dari para mahasiswi, mata-mata yang melotot melihat Okan turun dari mobil, membuat Aurel puas dan ingin menjerit bahagia. Saat Okan menghampiri Aurel, cewek-cewek yang lain tidak bisa menutupi tatapan iri mereka.

"Pulang sekarang?" tanya Okan. Pria itu mengangguk sopan pada Nagita, Isyana dan Jennifer.

"Iya." Dari mana Okan dapat mobil ini? Aurel ingin bertanya, tapi malu.

"Mobil baru?" Jennifer-lah yang akhirnya bertanya.

"Bukan. Saya pinjam dari teman, khusus untuk menjemput Aurel. Sekalian mampir rumah sakit untuk menjemput Pak Primus."

Aurel sedikit dihinggapi perasaan bersalah. Dia tahu pasti mengapa Okan harus repot-repot mencari pinjaman mobil. Sebab, Okan ingin menjaga harga diri Aurel di depan teman-teman kampusnya.

Angin tiba-tiba berembus, menerbangkan beberapa helai rambut Aurel hingga menutupi wajah. Okan dengan lembut menyingkirkan anak rambut Aurel dan menyelipkannya ke balik telinga gadis itu.  Sorot mata dan senyum Okan, sukses bikin jantung Aurel berdisko di balik tulang rusuk, dan rasa hangat yang bersaing dengan panas matahari menyebar di relung hatinya.

"Ya udah, mending jalan sekarang, Kan. Sebelum kena macet jam pulang kantor," saran Nagita. "Titip salam buat Om Primus dan Tante Soraya. Besok kita tengok di rumah."

***

Ada yang ganjil dengan para mahasiswi Fakultas Ekonomi Usama sore ini. Kening Andika mengernyit begitu dia keluar dari ruangan Prof. Rizal, dosen pembimbingnya. Biasanya para cewek akan mencuri pandang ke arahnya, tapi sekarang mereka sedang fokus memandang ke arah parkir mobil.

Apa ada artis yang sedang syuting FTV? Andika bertanya-tanya. Menuruti rasa penasarannya, dia lalu berdiri di belakang tubuh seorang mahasiswi dan ikut memandang ke titik yang sedang menjadi fokus perhatian khalayak. Ada cowok berkemeja flanel sedang menggandeng tangan seorang cewek menuju mobil berwarna kuning. Andika memincingkan mata dan melihat jelas sosok perempuan itu adalah Aurel. Kalau dia Aurel, berarti cowok itu pastilah Okan.

Okan membukakan pintu mobil untuk Aurel lalu dia sendiri mengitari mobil dan masuk ke dalam kendaraan roda empat itu. Tindakan kecil yang sering membuat cewek merasa diperlakukan seperti putri. Andika mendengus kasar, kesal dengan pameran kemesraan yang disuguhkan oleh cewek yang pernah dia tolak.

"Cowoknya Aurel ganteng banget. Kalau penggantinya sekece itu, gue juga nggak bakal sulit ngelupain Kak Dika. Malahan, bisa jadi gue nggak bakal ngelirik Kak Dika kalau ada Okan." Mahasiswi yang berdiri di depan Andika bergumam. Dia rupanya tidak sadar bahwa Andika berdiri di belakangnya.

Andika mengepalkan tangan. Dadanya mendadak dilanda gelombang panas. Dia geram luar biasa. Tidak bisa begini. Tidak ada cewek yang bisa melupakan seorang Andika Saputra semudah itu.



-------

Colek SukiGaHana, HalamanBaru, kimnurand_

Ayo ngebut nulis NLJ.

Cowok Gue Tukang Ikan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang