Sepulang dari Mall Taman Anggrek, Okan mengajak Aurel makan di kaki lima. Mereka membeli pecel lele dan es jeruk manis agak kecut. Herannya, Aurel oke-oke saja diajak makan di tempat nggak bergengsi seperti itu. Padahal biasanya, Aurel lebih suka makan di kafe, meski harus merogoh kocek lebih dalam.
Sekarang, mereka sibuk membaca-baca buku yang diborong Aurel. Lebih tepatnya, Okan yang membaca teliti, sedangkan Aurel cuma skimming saja, dia merasa cukup dengan melihat-lihat gambar berwarna-warni di halaman buku.
"Macaroni schottel?" tanya Aurel tak yakin, setelah mendengar usul Okan tentang menu yang harus mereka buat.
Okan duduk bersila di lantai ruang tamu yang pintunya dibiarkan terbuka, sebab mereka hanya berdua di rumah. Pak Primus dan Bu Soraya sedang pergi. Okan menunjukkan resep yang dia maksud dari buku kumpulan resep hidangan berbahan dasar pasta.
"Kita ganti saja daging sapi di resep ini dengan daging ikan gurami," saran Okan antusias.
Aurel berpindah duduk ke sisi Okan. Lho, seharian kena panas di luar kok Okan nggak bau badan, ya? Hidung Aurel mengendus. Aroma tubuh Okan enak. Wanginya lembut tapi maskulin. Bikin Aurel gagal fokus.
Aurel berdeham demi bisa mengembalikan konsentrasi. "Kalau schottel berarti perlu oven ya? Nggak masalah sih, dapur rumah Nagita serba lengkap."
"Kenapa nggak kita coba bikin dulu sekarang? Memanggang makanan nggak harus pakai oven listrik, kok. Bisa juga pakai teflon yang ditutup rapat. Atau pakai double pan."
"Bisa gitu, Mas?" Aurel kagum dengan pengetahuan Okan.
Okan berdiri dan mengacak puncak kepala Aurel. "Bisa. Mau praktek sekarang?"
Aurel mendongak. Hatinya berdesir aneh. Ada perasaan senang saat Okan mengacak rambutnya. "Bahan-bahannya gimana?" tanyanya.
Okan memutar sendi bahu. Tatapan Aurel otomatis hinggap di otot bisep pria itu. "Fillet gurami yang kemarin masih ada?" tanya Okan.
"Coba aku cek di kulkas." Aurel pergi ke dapur dan membuka kulkas. "Masih ada, Mas," serunya seraya mengeluarkan daging gurami dari feezer.
"Kamu rendam dulu di air. Biar saya beli bahan-bahan lainnya."
Okan pun pergi dengan layanan ojek online. Membuat Aurel merasa bersalah karena bersikeras meminta Okan menjemputnya dengan taksi online. Jika tadi Okan datang mengendarai motornya sendiri, tentu sekarang pria itu tidak perlu keluar uang lebih untuk ongkos ojek.
Rasa menyesal Aurel tidak bertahan lama karena tetangga sebelah, Kang Raul tiba-tiba datang sambil menggandeng putri kecilnya, Amore.
"Rel, Mami lo mana?" tanya Raul.
"Mami Papi lagi kondangan ke Bekasi, Kang."
"Aduh, gimana ye?" Kang Raul kelihatan bingung.
"Kenapa, Kang?"
"Gue harus ambil pesanan termos. Ada orang mau beli termos seratus, katanya buat sovenir pernikahan. Tapi Amore kagak ada yang jagain."
Raul dijuluki Raul Termos karena sehari-hari dia berjualan termos. Warga Kampung Durian Manis sengaja memberinya julukan itu untuk membedakan dengan Raul Gonzaples, pemuda blasteran Spanyol-Purwokerto yang tinggal di sebelah rumah Pak RT.
"Mbak KD ke mana, Kang?" tanya Aurel. KD alias Kusni Dahlia adalah istri Raul Termos, yang berprofesi sebagai biduan dangdut sebuah organ tunggal.
"KD lagi ada job nyanyi di acara sunatan. Gue nitip Amore sebentar ya," pinta Raul sambil menunjuk Amore yang asyik mengemut Milkita, padahal gigi susunya sudah geripis semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Gue Tukang Ikan
Romansa[Komedi Absurd dan Gaje] Aurel Latuconsina punya dua kriteria calon suami, yaitu tajir dan hot. Namun, Andika Saputra, cowok tajir incarannya malah menolak Aurel dan membuatnya malu bukan kepalang. Panas hati, Aurel bersumpah bakal dapat cowok yang...