10. Rumah Okan

1.2K 183 16
                                    

"Rel, anterin rengginang buat Okan gih."

Perintah Soraya resmi merusak suasana sore Aurel yang penuh kedamaian. Maminya sepertinya tidak paham bahwa sang putri semata wayang sedang mencari ilham untuk tugas mata kuliah Bu Susi dengan cara rebahan di kasur sambil ditemani sepoi angin kipas angin.

"Males," jawab Aurel kurang ajar. "Lagian Aurel nggak tahu rumah Okan di mana."

Soraya tak mau kalah. "Mami udah suruh Okan share location ke nomor WA-mu."

Benar saja. Dua detik kemudian notifikasi WA di hape Aurel muncul. Siapa lagi kalau bukan Okan. Aurel membuka share location yang dikirim Okan. Hmm... Nggak jauh sih rumahnya. Aurel mulai menimbang-nimbang. Mungkin tidak ada salahnya jika ia menyambangi Okan si rumah. Sebenarnya Aurel juga ingin tahu seperti apa kehidupan Okan selain di pasar.

"Ya udah. Aurel siap-siap dulu. Jangan lupa uang saku buat Aurel ditambahin."

"Beres. Nanti Mami tambahin goceng." Soraya tersenyum senang. Jarang-jarang Aurel mau disuruh mengantar rengginang. Boro-boro membantu berjualan rengginang, mencuci piring bekas makannya sendiri saja Aurel tak mau. Satu-satunya benda yang Aurel cuci sendiri hanya pakaian dalamnya.

Aurel menutup pintu kamar. Cepat ia menukar tangtop Hello Kitty-nya dengan kemeja longgar lengan tiga perempat warna abu-abu. Celana hotpants dia ganti dengan jelana jin. Flat shoes yang masih tampak bagus meski murahan melengkapi penampilannya.

Soraya sudah menunggun di ruang tamu dengan sekaleng besar Kong Guan yang tentu saja berisi rengginang. Disimpannya kaleng legendaris itu ke dalam tas kresek berlogo Alfamart. "Nanti kalau Okan nitip ikan apa gitu, diterima ya," pesannya seraya mengulurkan kresek.

"Mami ih. Kayak kita nggak mampu beli ikan aja," sergah Aurel tak suka.

"Nggak boleh nolak rezeki. Pamali."

Aurel pun hanya bisa mengerucutkan bibir. Jiwa emak-emak memang tidak bisa lepas dari pengiritan. Kesempatan apa saja yang bisa meminimalkan jumlah pengeluaran rumah tangga, akan disambar. 

Aurel gegas memesan taksi online tapi mendadak sadar bahwa tambahan uang lima ribu rupiah yang diberi Soraya tidak mencukupi untuk ongkos Grab. Jadi Aurel terpaksa meng-cancel order dan beralih ke Gojek, untung nggak ada jalanan becek.

Mengikuti petunjuk arah di fitur share location, Aurel pun memerintahkan driver ojek berbelok di perempatan di mana ada mbak-mbak berbaju merah sedang berdiri.

"Diingat-ingat, Neng. Kalau ada mbak-mbak baju merah, belok kanan," nasihat sang driver ojol yang sepertinya paham benar bahwa ini pertama kalinya Aurel pergi ke kampung Durian Berduri, kampungnya Okan.

"Yee... emangnya mbak-mbak tadi bakal di situ terus, Bang?" sahut Aurel dari balik punggung sang tukang ojek. Lagian, ancar-ancar si abang Gojek aneh banget.

"Mau ngapelin pacar ya, Neng?"

"Kagak."

"Lah itu udah bawa biskuit Kong Guan. Pasti mau ngeteh sore sambil celap-celup."

Aurel mengernyit, omongan abang Gojek bermakna ganda. Kan ada tuh kegiatan celap-celup yang nggak melibatkan teh atau minuman apa pun.

Ojek yang ditumpangi Aurel berhenti di depan sebuah rumah dengan sebuah motor roda tiga terparkir di halaman. Aurel turun dan membayar ongkos. Dia memandang sekeliling.

Suasana sore di kampung tempat tinggal Okan tak jauh berbeda dengan kampung Durian Manis. Anak-anak asyik mengejar layangan, bersepeda atau bermain sepak bola. Ibu-ibu berdaster sibuk berbagi kabar terhangat seputar artis sinetron ataupun cicilan panci.

Cowok Gue Tukang Ikan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang