"Lho, Mas? Ada apa?" Aurel sedikit heran melihat Okan muncul di rumahnya sepagi ini. Sekarang baru pukul setengah enam. Tukang sayur saja belum ada yang lewat, tapi rumah Aurel sudah disambangi tukang ikan ganteng.
Okan tersenyum dan Aurel mendadak tahu makna kalimat "Senyummu cerahkan hariku" yang menjadi tagline iklan pembersih wajah. "Nggak apa-apa. Saya cuma mau memastikan soal tugas proposalmu dan Nagita. Sudah beres semua atau ada lagi yang harus saya bantu?"
"Udah beres, Mas. Tinggal di-submit aja."
Aurel dan Nagita sudah menyelesaikan riset peluang veasibility dan yakin bahwa produk schotel gurami punya kesempatan sukses yang luas di pasaran. Sepertinya nilai A dari Bu Susi sudah menanti di akhir semester.
"Alhamdulillah. Pak Primus bagaimana? Sehat?"
"Papi sehat. Sejak masuk rumah sakit sebulan yang lalu, Papi menjaga pola makan, kok. Kayaknya Papi kapok opname di rumah sakit."
"Alhamdulillah. Berarti saya bisa pamit."
Deg! Kata-kata Okan kok enggak enak didengar. Aurel tidak suka. Seolah-olah dia bisa bertemu Okan lagi setelah ini. "Pamit? Mas mau ke mana?" tanyanya.
"Bapak sedang kurang sehat di kampung. Jadi saya mau pulang ke Tegal selama beberapa hari," jawab Okan.
"Oh, lama?" Belum apa-apa, Aurel sudah merindu.
"Mungkin sekitar tiga minggu."
Ah, lama sekali. Tiga minggu tanpa bertemu dengan Okan? Sebulan terakhir ini mereka jadi semakin akrab. Okan semakin memahami Aurel. Jika menjemput Aurel di kampus, Okan akan menggunakan jasa taksi online atau meminjam mobil dari kenalannya yang punya usaha rental mobil. Sekarang, semua teman-teman Aurel percaya bahwa Okan adalah seorang pegawai bank kaya raya. Hanya Dara SGM saja yang tahu kenyataan sebenarnya.
"Naik kereta?" tanya Aurel lagi.
Okan mengangguk.
"Hati-hati," pesan Aurel. Matanya kini mencermati penampilan Okan. Polo shirt dan celana jin yang dikenakan, membuat Okan tampak santai tapi tetap ganteng maksimal. Pria itu terlihat seperti artis FTV yang hendak berlibur sejenak. Setidaknya di kereta enggak ada pramugari cantik dengan rok ketat yang akan menggoda tunangannya itu.
Okan membuka tas ransel besar yang teronggok di lantai teras, mengeluarkan sebuah kotak, lantas memberikannya pada Aurel. "Ini untuk kamu," ujarnya.
Itu bukan kotak cincin, melainkan kotak kemasan botol minuman. Aurel membukanya dan mendapati sebuah botol berwarna hijau toska
"Saya perhatikan kamu terlalu sering membeli air mineral botol. Lebih hemat kalau bawa air minum sendiri. Dan lebih ramah lingkungan."
Aurel tersenyum. "Makasih, Mas."
***
Aurel berdiri di depan gerbang Fakultas Ekonomi sambil menggulir ponsel, hendak memesan ojek online. Setelah mengumpulkan tugas mata kuliah yang diampu Bu Susi, Nagita langsung pergi untuk menghadiri acara keluarga, jadi tidak bisa ditebengi untuk pulang, sedangkan Isyana dan Jennifer masih sibuk mengurus tugas mata kuliah Bu Susi. Sungguh malang, file tugas mereka terkena virus dan akhirnya harus print ulang. Beruntung Isyana sempat mem-back up di Google Drive. Setidaknya mereka tidak perlu mengulang dari nol.
Sebuah mobil Pajero hitam berhenti di hadapan Aurel. Kaca jendela penumpang diturunkan dan tampaklah sosok sang pengemudi. Andika.
"Aurel? Lo nggak dijemput cowok lo?" tanya pria itu.
Aurel cepat mengarang alasan. "Okan sedang pelatihan di luar kota," jawabnya sambil melirik ke bahu kiri. Kebohongannya barusan dicatat malaikat sebagai amal buruk, enggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Gue Tukang Ikan
Romance[Komedi Absurd dan Gaje] Aurel Latuconsina punya dua kriteria calon suami, yaitu tajir dan hot. Namun, Andika Saputra, cowok tajir incarannya malah menolak Aurel dan membuatnya malu bukan kepalang. Panas hati, Aurel bersumpah bakal dapat cowok yang...