Extra Part

2.9K 167 43
                                    

Setahun kemudian

Suasana di depan auditorium Universitas Sakti Mandraguna ramai sesak. Manusia dari berbagai golongan dan profesi tumpah ruah, tak peduli matahari bersinar garang. Mereka bukan sedang berdemontrasi menolak Omnibus Law, apalagi memprotes polemik pegawai KPK yang enggak lolos Tes Wawasan Kebangsaan. Mereka di sini untuk menghadiri wisuda.

Dari pantauan kamera drone, tampak para wisudawan dan wisudawati sudah keluar dari auditorium. Mereka lalu berbaur dengan Kang Cilok, Kang Siomay, Kang Es Dogger. Khusus untuk Aurel, dia langsung menghambur ke pelukan Kang Ikan alias Okan.

"Selamat sudah jadi sarjana," ujar Okan gembira sambil mengulurkan buket bunga mawar.

Aurel menerima dengan wajah semringah. Di sampingnya, Primus dan Soraya juga memasang wajah berseri-seri. Mereka ikut bahagia melihat betapa cocoknya Okan dan Aurel, tinggal menunggu hari baik saja di mana Aurel akan bersanding di pelaminan dengan Okan.

"Aurel!" Seruan lantang datang dari arah jam 12 lebih seperempat. Tampak Nagita, Isyana, dan Jennifer berlari kecil menghampiri Aurel. Ketiga gadis itu sudah melepas toga dan hanya menyisakan topi toga sebagai tanda mereka adalah bagian dari prosesi wisuda hari ini.

Nagita terlihat cantik dengan kebaya warna hijau, Isyana tampil superb dalam balutan kebaya biru, dan Jennifer jadi mirip putri Solo dengan kebaya kuning. Aurel sendiri memilih warna pink untuk busana wisidanya. Biar macthing sama kemeja merahnya Okan. Mereka berlima sengaja mengambil tema Power Rangers sebagai warna outfit. Merah, pink, kuning, hijau, dan biru.

"Kita udah lulus!" pekik Jennifer sambil berjingkrak. Isyana mengulum senyum dan memilih mencium tangan Primus dan Soraya, sementara Nagita sedang cipika cipiki dengan Aurel.

"Habis ini rencana lo ngapain?" tanya Nagita. "Kirim lamaran aja deh ke perusahaan bokap gue. Nanti bokap, gue bisikin supaya nerima elo."

Aurel menggeleng. Bekerja untuk orang lain tidak semenyenangkan bekerja untuk diri sendiri. Lagipula, dia dan Okan sudah merintis bisnis yang progresnya sampai sejauh ini cukup bagus.

"Gue mau ngembangin Brainy Fish aja," jawab Aurel mantap.

Brainy Fish adalah merek dagang yang dibuat Okan bersama Aurel. Inilah cara cepat mendapatkan uang yang dimaksud Okan. Berdagang, bukan ngepet atau pelihara tuyul.

Proposal Kewirausahaan yang ditulis Aurel dan Nagita untuk tugas kuliah diwujudkan menjadi nyata oleh Okan. Mereka memproduksi berbagai makanan olahan ikan yang diklaim sebagai sumber nutrisi esensial bagi perkembangan otak anak. Karena itulah produk mereka diberi nama Brainy Fish.

Dengan teknik pemasaran yang tepat dan bakat alami Okan sebagai manajer, usaha mereka berkembang pesat. Awalnya, mereka meminjam dapur berperalatan lengkap di rumah Nagita sebagai tempat memasak, demi menekan biaya produksi. Namun, kini mereka sudah bisa membeli oven sendiri dan beberapa peralatan pendukung lainnya. Keuntungan lalu dibagi dua, Okan mengambil bagian yang lebih sedikit. Sengaja begitu supaya Aurel bisa semakin cepat mengumpulkan uang.

"Salut gue sama lo berdua," puji Nagita. "Kuy, habis ini kita makan-makan. Gue traktir sampai perut lo nggak kuat nampung makanan lagi."

***

Okan membawa Aurel ke pantai pada sore harinya. Berdua saja. Aurel bahkan masih mengenakan kebaya dengan kain jaritnya. Heels ditenteng di tangan kiri, sementara tangan kanan dilingkupi hangat genggaman Okan.

Suasana menjelang matahari terbenam memang romantis. Cahaya jingga keemasan mendominasi langit. Aurel jadi deg-degan. Mungkin Okan akan melamarnya sekali lagi dengan berlutut di pantai. Uuww... so sweet banget kayak di cover-cover novel wattpad. Kali ini Aurel sudah siap lahir batin jadi istri tukang ikan. Nggak apa-apa deh tukang ikan, yang penting ganteng.

Tapi Okan hanya membisu sambil sesekali melempar senyum. Aurel pun bingung. Mana udah jalan lama, betis udah pegel, tapi maksud dan tujuan Okan membawanya ke sini belum terungkap.

"Mas, kita mau ngapain di sini?" tanya Aurel pada akhirnya. Capek kan kelamaan penasaran.

Genggaman Okan mengencang. Pria itu lalu memutar tubuh Aurel menghadap pantai. "Pantai adalah tempat yang penting bagi kita."

"Eh, kenapa kok gitu?" Perasaan baru kali ini Okan ngajak ke pantai.

"Kamu tau arti nama saya?" Bukannya menjawab Okan malah melempar pertanyaan misterius.

Aurel tentu saja menggeleng. Baginya nama Okan itu singkatan dari orang ganteng penjual ikan.

"Nama saya berarti lautan. Sedangkan Aurel berarti emas. Pantai adalah tempat kita menjadi satu."

Okan menunjuk ke garis cakrawala, di mana laut dan langit bertemu. Matahari sudah tergelincir ke barat, bulatan raksasa keemasan itu bagai tenggelam ditelan lautan. Melebur jadi satu.

Ah, Aurel paham sekarang. Okan adalah lautan yang selalu siap menunggu si emas matahari untuk kembali ke pelukannya.

Ini sih kelewat romantis, mata Aurel sampai berkaca-kaca. Gadis itu menyandarkan kepala ke bahu Okan, membiarkan lengan sang kekasih melingkar di pinggangnya. "Mas, Aurel udah lulus. Ayo kita menikah," ujarnya ketika debur ombak menyapa ujung kuku kaki mereka.

Nggak apa-apa deh Aurel yang ngelamar. Kata Nyai Haji, perbuatan baik itu jangan ditunda-tunda. Harus disegerakan.

"Sekarang? Nikah siri dulu mau?" goda Okan.

"Bulan depan. Atau tiga bulan lagi, maksimal. Kalau perhitungan kita tepat, bulan depan laba bersih Brainy Fish bisa mencapai 10-15 juta. Dengan pembagian kita, berarti utang Aurel kurang 10 juta lagi. Nanti Aurel lunasin kalau udah nikah, deh."

"Saya bilang Bapak dan Ibu dulu. Banyak syarat-syarat administrasi yang harus diurus juga. KTP saya masih pakai alamat Tegal."

Aurel mengangguk. Uh, ngebayangin jadi istri Okan kok udah berbunga-bunga aja taman hati Aurel.

"Eh, tapi Aurel masih penasaran sama satu hal."

"Apa?"

"Kapan Mas Okan mulai jatuh cinta sama Aurel?"

Okan menarik napas panjang. "Waktu itu saya hendak makan di warung tenda Pak Primus. Belum sempat masuk dan memesan, perhatian saya tersita pada seorang gadis cantik yang sedang memberi uang pada seorang pengemis tua. Gadis itu kamu. Lalu, kamu berlari ke warung papi kamu, dan kembali lagi ke tempat si pengemis dengan sepiring nasi goreng yang masih mengepulkan uap. Saya ingat, pengemis itu sampai menangis terharu karena perlakuanmu. Mungkin saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu."

Aurel tertegun. Dia sama sekali tidak menyangka Okan menyaksikan peristiwa itu. Aurel ingat uang yang dia beri pada si pengemis tidak seberapa. Hanya dua ribu rupiah, karena hanya itu yang tersisa di kantungnya saat itu. Maka, ketika pria tua renta itu merintih dan berkata dia kelaparan, Aurel merasa kasihan lalu gegas berlari ke warung nasi goreng Primus dan meminta ayahnya membuatkan satu porsi untuk si pengemis.

Mungkin hanya satu kali itu Aurel berbuat baik, tapi bahkan dari kebaikan sekecil itu pun Tuhan memberikan balasan berlipat ganda, berupa cinta dan kasih sayang tulus dari Okan.

Hati Aurel menghangat. Lelaki inilah yang emas, bukan dirinya. Okan jauh lebih berharga daripada semua barang branded di dunia ini. Didekapnya erat lengan Okan ke dada. "Mas, nikah siri dulu nggak papa deh."


------------

Terima kasih sudah membaca. Sampai jumpa di cerita lainnya.









Cowok Gue Tukang Ikan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang