CHAPTER 39

1.2K 49 27
                                        

Tanah basah dengan taburan bunga di atas nya serta langit yang mendung seperti akan menumpahkan semua airnya membuat bertambah merasakan kedukaan yang mendalam.

BRYAN ANDREW. Nama itu tertulis di batu nisan yang tertancap di tanah makam. Suara tangis tak lagi terdengar karena derasnya hujan dan suara petir yang menggelegar.

Satu cewek yang masih setia duduk sambil memeluk batu nisan Bryan, serta satu cowok yang tetap memegangi payung untuk si cewek.

Becca. Dia tak henti-hentinya menangis dan selalu menyalahkan dirinya atas kematian Bryan. Kipe. Cowok itu tetap setia memayungi Becca dari awal hujan hingga saat ini.

~flashback on~

Semua orang berlarian memasuki gedung bernuansa putih dengan bau obat yang menyeruak dimana-mana. Mengikuti seorang suster yang mendorong sebuah brangkar*tulisannya benar kah?

"Apakah kalian teman-teman korban?" Tanya seorang dokter yang terlihat tergesa gesa.

"Ya dok, kami temannya." Ucap Angga membuat semua berkumpul mengrlilingi dokter itu dan menganggukkan kepalanya.

"Begini. Pasien sepertinya mengalami luka yang serius dibagian kepala belakangnya. Dan kami harus segera melakukan tindakan oper...."

"Lakukan semua dok. Lakukan biar Bryan selamat dok"
Belum sempat dokter melanjutkan bicaranya. Becca langsung memotong ucapan dokter tersebut sambil tetap menangis.

"Baiklah. Kami akan melakukan operasi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien. Dan tolong ke bagian administrasi" Angga langsung menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju bagian administrasi.

"Kak maaf, bukan maksud gue buat deketin Bang Bryan. Tapi memang gue sama Bang Bryan ga ada apa apa. Sebenarnya gue ini Fifi, adik sepupu Bang Bryan. Dan tadi gue cuma mau curhat sama dia" Fifi. Gadis itu menundukkan kepalanya sambil meremas baju yang dia pakai.

Sedangkan Becca hanya bisa diam dan duduk di lantai dengan kepala yang ditenggelamkan di antara lutut nya

"Fifi!!"
Seseorang dengan nada khawatir memanggil Fifi membuat semua yang berada disitu menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Mami" Fifi langsung memeluk wanita paruh baya yang dipanggil dengan mami.

"Apa yang terjadi Fi,? Kenapa Abang kamu bisa kecelakaan. Ya Allah, tolong selamatkan anak ku" wanita paruh baya itu adalah ibu dari Bryan. Dia terlihat khawatir dengan keadaan anaknya setelah mendapat telfon dari Fifi.

Fifi segera melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya walaupun air mata itu tidak akan berhenti.

Becca yang mendengar suara Mami dari Bryan langsung mendongakkan kepalanya dan berdiri. Dia berlari menghampiri Mami Bryan dan langsung memeluk Mami Bryan.

"Tante saya minta maaf. Hikss.. ini semua salah saya tante. Hikss.. Kalo aja Becca ga kabur hiikkss Bryan ga akan kecelakaan hiikss tante hikss maaf"

Mami Bryan yang mendengar penuturan Becca hanya dapat menghelas napas. Sedikit kecewa, namun dia tidak bisa menyalahkan Becca. Ini semua sudah takdir. Jika takdir sudah berjalan, kita bisa apa?

"Sudah sayang. Tante ga marah kok sama Becca. Ini sudah takdir sayang. Mending kita doakan Bryan ya." Mami Bryan melepaskan pelukan Becca dan menyeka air mata yang keluar dari mata pacar anaknya ini.

Seketika setelah beberapa jam berlalu, lampu di depan pintu ruang operasi mati. Semua orang bersiap berdiri di depan ruangan untuk menunggu hasil dari dokter.

Dokter keluar ruangan dengan melepas maskernya. Wajahnya terlihat lesu yang membuat semua orang cemas menunggu hasilnya.

"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, tuhan berkehendak lain. Kita hanya bisa menunggu waktunya" semua orang terkejut mendengar penuturan dokter tersebut.

Semua yang ada disitu hanya menunggu dokter tanpa mau memotong kata-kata yang keluar dari mulut dokter.

"Dia sudah sadar, namun keadaannya tidak memungkinkan. Gumpalan yang bersarang di otaknya membuatnya tidak bisa mengatakan apapun walau sebenarnya dia ingin mengatakannya. Dengan keadaan itu kita tidak bisa melakuka operasi atau semacamnya, jadi kita hanya bisa menunggu anugerah tuhan"

Ucapan dokter bagai bom untuk semua orang. Semua yang ada disana tidak bisa berbuat apa-apa. Termasuk Mami Bryan yang sudah pingsan.

Bryan hanya bertaha selama 3 hari. Dan selama 3 hari itu Mami Bryan, Fifi, dan juga Becca tidak ada yang beranjak dari rumah sakit.

~Flashback off~


*****

Sudah sudah, segini sajo ye. Nanti next selanjutny insya allah scene MandaAngga yah. Tunggu semua.

Jan lupa voment ny selalu kutunggu.
Kecup salam dari jodohnya Kim Jongin😚😚

This Is My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang