Pagi telah menyapa ku, dinginnya kota yang orang anggap sangat sejuk ini, menambah perasaan tentram dalam jiwa ku.
Kini aku merasa sangat bahagia, karena tadi malam bunda telah mengijinkanku, berjalan-jalan dikebun teh bersama bani.Langit belum terang membiru, masih pucat kelabu.
Kini aku sudah bersiap-siap hanya dengan menggunakan rok pendek selutut berwarna hitam, dengan beberapa aksesoris pita-pita kecil berwarna-warni dibawah setiap tepinya, dan memakai baju putih lengan panjang, yang terdapat motif kupu-kupu berterbangan. Kini rambut ku hanya tergerai sambil memakai bondu berwarna putih, dengan aksesoris boneka panda kecil.
Cuaca Kota bandung ini jika pagi hari memang, lumayan dingin. Sehingga bunda memakaikanku sweater berwarna pink pastel.
Bunda juga memakaikan ku sepatu balet berwarna pink, yang kemarin dibelinnya di pasar tradisional. Jujur, aku juga punya sepatu seperti itu, hanya berbeda motif saja.
Aku hanya minum susu, dan memakan sedikit kue nastar, yang kemarin dikasih bani.
" Roti nastarnya enak, terimakasih bani" batinku.
Waktu menunjukan pukul 06.36
Tiba-tiba mba sulas menghampiriku yang sedang duduk bersama bunda di meja makan."Permisi.....neng kecil, itu ada anaknya tetangga sebelah, mau ngajakin jalan-jalan di kebun teh, katanya" ucap mba sulas sambil menundukkan kepala.
"Bani udah nyamper bun, hany pamit ya..." aku menyalimi tangan bunda dan mba sulas
"Iya hati-hati ya...jangan lari-lari, jangan kecapean, jangan macem-macem" nasehat bunda, tapi aku tidak terlalu mendengarnya karena aku langsung saja berlari menuju pintu gerbang.
Aku langsung menghampiri bani, dia terlihat sangat gemas menurut ku, bani masih memakai baju tidurnya berwarna biru dongker, dengan beberapa gambar boneka teddy bear kecil-kecil. Kulit putihnya tertutupi oleh ukuran lengan dan celananya yang panjang.
Aku tersenyum kearahnya dia pun terus memanggil- manggil nama ku didepan pintu gerbang yang belum terbuka.
"Putri kecill....putri kecil...." ucapnya lucu.
"Hy bani, aku sudah siap" aku tersenyum.
"Ayo cepat hany, ibu ku sudah menunggu" ucap bani.
"Iya....aku juga sudah siap kok" jelas ku
Aku pun keluar dari pintu gerbang, lalu bani langsung menarik tangan kananku, dia langsung mengajaku berlari, jujur sebenarnya aku belum terlalu siap, jadi aku harus menyeimbangkan dulu langkah kaki ku dengannya.
"Pelan-pelan bani" teriak ku
Nampak ibunya sudah menunggu kami di atas tanggul yang ditumbuhi banyak tanaman ilalang.
"Ibuuuu....." teriak bani sambil melambaikan tangan kanannya dan tangan kirinya masih menggenggam tangan ku.
Nampak dari atas bukit tanggul itu ibunya tersenyum ke arah kami.
Sebelum sampai ke tanggul itu, kami harus melewati sungai kecil, yang mengaliri persawahan dibawah kebun teh. Nampak banyak ikan-ikan kecil yang baru menetas.
Jalannya sangat sempit, hingga bani kini jalan didepanku dan masih memegang tangan kananku.
"Awas hati-hati" ucapnya khawatir.
"Iya ini juga hati-hati banget kok" ucap ku.
Terdengar suara ibunya bani berteriak dari atas tanggul itu.
"Baniiiii, kamu nanti nyusul saja ya....ibu sudah kesiangan ini" teriak ibunya.
"Iya buuuuu" teriak bani meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIKESAN RINDU
ChickLitTerkadang banyak kisah tentang... "Sahabat" jadi "Cinta" "Cinta" jadi "Benci" "Benci" jadi "Rindu" "Rindu"jadi "Sayang" "Sayang" jadi "Kecewa" ~-_-~ Sebuah kisah yang tertulis indah tentang begitu besar makna rasa kebersamaan, yang terpisah karena...