Suatu hari di sebuah ruangan sebuah keluarga tengah bencengkrama satu sama lain.
Tapi tidak dengan seseorang yang berada di pojok ruangan yang menyaksikan kehangatan keluarga tersebut.
" ne, tou-san hari ini yumi dapat nilai bagus. Lalu sensei juga memuji yumi. " Ujar Yumi kepada ayahnya.
" Wah bagus sekali yumi. Tousan bangga pada yumi. Tapi jangan terlalu memaksakan diri yumi ya. " sahut ayahnya dengan senyuman.
" Ya yumi perhatikan kesehatan mu juga ya. " Tambah ibunya.
" Hai kaa-san tou-san " Jawab Yumi antusias.
Mereka bercanda satu sama lain tanpa memerdulikan seorang keluarganya lagi.
Dia berencana ingin memberikan nilainya kepada orangtuanya , tapi dia mengurungkan niatnya.
Dia tidak mau merusak kehangatan yang sedang terjadi. Dia tidak mau membawa masalah lagi terhadap keluarganya, cukup hanya dia saja yang merasakan kesedihan.
' Mungkin lain kali aku memberikan nilainya ' ucapnya dalam hati.
Ya , dia adalah Sakura.
Dia adalah anak yang tidak diinginkan oleh ayahnya maupun keluarganya.
Walaupun begitu dia tidak membenci keluarganya sedikitpun. Dia malah menyayangi keluarganya melebihi apapun.
Akhirnya dia memutuskan untuk menuju ke kamarnya.
Di dalam kamarnya dia hanya duduk di sudut kamarnya sambil menekuk lutut dan membenamkan wajahnya di lututnya.
Dia hanya menangis dalam diam, walaupun dia menyayangi keluarganya, tapi dia tidak tahan kalau seperti ini terus.
Tidak dianggap dan tidak pernah terlihat sedikitpun dimata keluarganya.
Pernah pada saat itu dia dan adiknya kecelakaan dikarenakan dia tidak waspada ada kendaraan yang melaju kearah adiknya.
Dengan sigap dia mendorong adiknya dan alhasil adiknya jatuh membentur pohon yang di dekat jalan.
Sedangkan Sakura sendiri sudah tergeletak tak berdaya di pinggir jalan dengan bersimbah darah.Di Rumah sakit tidak ada satupun keluarganya yang menengoknya , malah ayahnya memarahinya dengan cacian
'Dasar anak pembawa sial, seharusnya kau tidak usah dilahirkan di dunia ini, seharusnya kau mati saja sana'
Dari situ dia sadar bahwa dia tidak pernah dianggap dikeluarganya dia menangis seharian.
Walaupun begitu dia tetap menyayangi keluarganya apa adanya. Walaupun setiap hari dia harus merasakan sakit di dadanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Keesokan harinya
" Ohayou kaa-san tou-san " Sapa Yumi kepada orang tuanya.
"Ohayou yumi-chan. Bagaimana tidurmu nyenyak ? " tanya sang ibu lembut.
"Hai kaa-san " sahut yumi dan duduk disebelah ayahnya.
Di meja makan hanya terdapat tiga buah piring.
Ya hanya tiga buah.
Lalu Sakura makan dimana?
Sakura selalu makan di dapur sebelum mereka bangun. Dia sudah memasak untuk dirinya sendiri dan membuat bekal untuk dirinya sendiri. Dia sudah melakukan itu dari kecil.
" Ohayou tousan kaasan " Sapa sakura dengan nada yang lemah.
Bukannya membalasa sapaan orang tua sakura malah memerhatikan yumi.
Merasa diabaikan sakura pun berangkat ke sekolah.
Di Sekolah
" Ohayou Sakura " sapa ami teman sekaligus sahabat sakura.
Hanya ami lah yang mengetahui keadaan sakura dari dulu.
Karena ami adalah teman sakura sejak TK , dan orang tua ami juga menganggap sakura sebagai anaknya sendiri, walaupun keluarga ami tidak sekaya keluarga sakura, tapi dia merasakan apa itu kehangatan sebuah keluarga.
Tapi tetap saja dia merasakan sedih , seandainya saja keluarganya bersikap sama seperti keluarga ami terhadapnya.
Dia ingin merasakan itu walaupun sekali seumur hidupnya.
"Ohayou ami." Sapa sakura dengan senyuman manisnya.
" Kamu kenapa melamun pagi-pagi sakura? " tanya ami khawatir.
"Tidak apa-apa kok ami. Hehehe"
Jawab sakura sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
" Oh begitu. " tanggap ami.
Ami tahu bahkan sangat tahu saat sakura berbohong kepadanya.
" Kalau kamu ada masalah ceritakan saja padaku sakura. Kita bukan orang yang baru kenal beberapa hari saja,aku ini teman bahkan sahabat kamu sejak kecil. Jadi kalau kamu ingin bercerita dengan senang hati aku akan mendengarkannya. " lanjut ami.
Mendengar kata-kata yang diberikan ami membuat sakura sangat terharu lalu dia segera memeluk ami sambil terisak.
" Hiks hiks hiks arigatou ami. Arigatou." Ucap sakura di tengah isakan tangisnya.
Sakura sangat tahu kalau ami sangat mengerti dirinya, walaupun begitu dia tidak ingin membebani orang lain apalagi orang yang disayanginya.
Sakura sudah menganggap ami sebagai saudaranya sendiri. Dia bersyukur setidaknya di dunia ini masih ada yang peduli kepadanya.
To Be Continue...........
KAMU SEDANG MEMBACA
No Tittle
RomanceSakura gadis yang periang dan hangat. Tapi semenjak orang tuanya meninggal dan kakaknya meninggalkannya untuk mengurusi perusahaan keluarganya semuanya berubah. Dan semua dimulai dari kejadian itu....