LIMA : Rencana 2

34.7K 1.5K 48
                                    

Besoknya, tepatnya hari libur. Gue dan kawan-kawan bersama-sama nyimpulin kejadian semalem di rumah si Mila. Sayangnya si Raka gak dateng, ketakutan dia.

“Jadi, kalian nemuin apa aja pas disana?” tanya si Rani.

“Gak nemuin apa-apa, cuma jalan-jalan doang.” kata si Andrian dengan wajah cuek.

“Beneran lo?”

“Iya, bener. Tanya aja sama si Joshua.” kata si Kevin

“Nemuin sesuatu kali.” kata gue.

“Apaan?” kata si Kevin, Andrian, Naura sama si Rani. Si Mila gak ada, di dapur dia. Lagi nyiapin cemilan.

“Bentar, gue buka tas dulu.” emang pas itu gue bawa tas, yang lain juga. “Nih.” gue ngeluarin buku yang gue temuin di kelas semalam.

“Buku apa itu?” tanya si Naura.

“Gak tau gue, liat aja sendiri.”

“Ada tulisannya?”

“Ada lah, tapi gue gak sempet baca.”

“oke, gue baca, ya.” kata si Naura. “Aneh, kok. Kenapa lembar per lembar satu huruf, sih?” si Naura ngeliat huruf-huruf besar yang ada di buku itu, bukan dia aja sih, gue juga, si Kevin juga, si Andrian juga, si Rani juga. Si Mila nggak, masih di dapur dia.

Dan kita baca sama-sama. Kecuali si Mila.

“T-O-L-O-N-G-S-A-Y-A.” kita baca satu persatu, halaman demi halaman.

“Tolong Saya, Maksudnya apa?” tanya si Naura.

“Oh, iya. Gue inget, waktu jam istirahat itu, dia sempet bilang itu ke gue.” kata gue.

“Dia siapa?” tanya si Andrian.

“Si Setan itu. Yang ngerasukin gue waktu itu.”

“Oh, itu. Gimana rupanya.”

“Kalo gak salah, wajahnya berlumuran darah, matanya keluar, mulutnya juga banyak darah, rambutnya lurus dan dia pake seragam sekolah kita.” jelas gue.

“Berlumuran darah juga?”

“Iya.”

“Hm, misteri ini rumit juga.” kata si Rani.

Tiba-tiba si Mila dateng bawa cemilan.

“Misterinya sudah terpecahkan?” katanya sambil bawa nampan.

“Belum sih, tapi baca deh.” kata si Naura.

“Tolong Saya?” si Mila heran.

“Iya. Gue juga gak tau apa maksudnya, kira-kira lo tau gak maksudnya?”

“Jika menurut saya.....” pas si Mila ngomong itu sambil mikir, semua orang termasuk gue langsung wajahnya serius, melotot ke wajah si Mila. “Kalian ini mengapa memperhatikan saya?” tanya si Mila.

“Kita lagi serius, Mila.” kata si Rani.

“He he he. Jika menurut saya, dia bukan meninggal karena bunuh diri. Tapi, dia meninggal karena dibunuh seseorang.” jelas si Mila.

“Masuk akal juga.” kata gue.

“Masuk akal gimana?” tanya si Kevin.

“Ya iya lah, disana kan ada kata "tolong saya", pastinya dia mati karena terbunuh.” jelas gue.

“Bener juga.”

“Yaudah, mumpung sekarang hari libur dan mumpung rumah si Mila deket sama sekolah, kita selidiki lagi aja. Mumpung masih pagi, gak terlalu serem kan jadinya.” kata si Rani.

“Yaelah, waktu malem juga lo pingsan.” kata si Naura.

“Eh, iya. BTW kenapa lo bisa pingsan?” kata si Andrian.

“Gak tau gue. Yang gue inget adalah sadar-sadar gue pas di rumah.”

“Kok lo pikunan sih?”

“Ya—gue gak tau.”

“Oke. Yuk, kita ke sekolah sekarang.” kata gue.

“Bentar dulu lah, ngopi aja dulu. Kasian Mila yang udah nyiapin cemilan malah gak di makan.”

“Eh, iya. Gue lupa. Yaudah makan aja dulu lah” kata gue.

“He he he, lo pikunan juga nih, ye?” kata si Kevin.

“GAK LUCU!!!”

“Galak amat.”

“He he he.” si Mila ketawa. Ketawanya si Mila sih emang kayak gitu, kecil. Kalo ketawa kita sih “Ha ha ha.” bunyinya besar.

MISTERI BANGKU KOSONG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang