MISTERI BANGKU KOSONG 2 : Surat misterius

29.3K 1.2K 8
                                    

Lega, lega dan lega. Setelah misteri itu terpecahkan. Akhirnya gue bisa sekolah dengan aman tapi gue gak tau itu bangku masih tetep angker atau nggak.

1 minggu kemudian dan hari libur juga, pagi hari di rumah si Mila. Gue dan kawan-kawan mengobrol, bercanda dan lain-lain. Seperti biasa si Mila nyiapin cemilan buat yang lain di dapur.

“Ha ha ha. Yaelah, cuma ngeliat hantu kayak gitu aja pake sakit segala.” tawa si Andrian ke si Raka.

“Bukan sakit, tapi gue cuma takut aja.” jawab lemas si Raka.

“Takut? Tuh, cewek-cewek aja pada ikut, lo kalah sama cewek jadinya. Ha ha ha.” tawa si Kevin.

“Mungkin dia takut celananya basah.” kata gue.

“Kenapa?” kata kevin sama si Andrian.

“Ngompol di celana.” kata gue.

“Ha ha ha .” semuanya ketawa, grup cewek juga.

“Lo lemah, ka. Jadi cowok strong, dong. Kuat dan gagah, kalau bisa perhatian sama cewek.” kata Rani sambil senyum-senyum.

“Ha ha ha. Mentang-mentang lo jomblo langsung aja naksir ke si Raka.” kata gue.

“Bener tuh, setuju.” kata Kevin.

“Ih, siapa juga yang naksir ke si Raka. Di luar juga banyak yang lebih cakep dibanding dia.” kata Rani.

“Lebih cakep?” kata Andrian.

“Iya.” kata Rani.

“Berarti si Raka udah cakep bagi lo, dong. Ha ha ha.” si Andrian ketawa.

“Ha ha ha, setuju-setuju banget.” kata gue sambil ketawa terbahak-bahak.

Tak lama setelah perbincangan seru itu, si Mila datang sambil bawa nampan berisi cemilan.

“Sedang membicarakan apa?” kata Mila sambil meletakkan nampan di atas meja.

“Eh, Mila. Ini lagi pada ngomongin si Raka.” kata Naura.

“Raka, apa yang terjadi padanya?” kata Mila.

“Tanya aja sama orangnya, tuh. Gue sih gak ikut campur.” kata si Naura sambil baca buku.

“Memangnya ada apa?” kata Mila ke si Raka.

“Tanya aja sama mereka.” kata Raka dengan nada datar.

“Yaelah, kenapa jadi tunjuk tanya ke orang-orang gini?” kata Rani.

“Dia yang mulai, tuh.” kata Raka ke si Naura.

“Kok jadi gue?” kata Naura.

“Emang awalnya dari lo, kan?”

“Yaelah, pake berantem segala. Mending kita makan cemilan, kasian tuh si Mila. Udah nyiapin cemilan malah gak dimakan.” kata gue.

“Eh, gue lupa.” kata si Naura.

“Serbuuu....” kata si Andrian.

Semua menyerbu cemilan itu, namun si Kevin malah diam dan bermain game di hp-nya. Jadinya dia gak kebagian makanan.

“Jangan di abisin, yaelah. Gue belum makan satu pun.” kata si Kevin.

“Lo sih telat, makanya kalau ada makanan langsung serbu. Noh, jadi di serbu orang, kan?” kata si Andrian sambil makan.

“Iya, sih. Tapi sumpah gue laper banget.”

“Yang sabar. Ini ujian buat lo, supaya lo nggak..... Apa ya?” kata gue.

“Telmi, lo ngomongnya.” kata si Andrian.

“Telmi itu apaan?”  kata si Kevin.

“TELAT MIKIR!!! Dasar Kudet, lu.” kata gue.

“Lah, Kudet itu apaan?”

“Ah, udah ah. Lo emang bener-bener Kudet, deh.” kata gue.

“Yang sabar, ya Vin. Ngadepin orang yang pemarah kayak dia.” kata si Andrian sambil ketawa.

“Apa kata, lo. Hah?” kata gue.

“Enggak, Jo. Enggak.” kata si Andrian kayak yang ketakutan sama gue.

Pas kita semua selesai makan dan ngobrol, tiba-tiba bel rumah si Mila berdering. Si Mila langsung kesana dan membuka pintu.

“Siapa?” katanya. Namun, saat dia ngebuka pintu, disana nggak ada siapa pun. Cuma ada sebuah amplop yang diletakkan di keset rumah depan pintu. Lalu si Mila kembali.

“Surat dari siapa?” kata gue.

“Saya tidak tahu.” kata Mila.

“Sini, gue lihat.” kata si Rani. Terus dia membacanya. “Kalian belum selesai, Saya tahu dalang dari semua kejadian minggu lalu.” si Rani membacanya.

“Maksudnya apa?” kata si Naura.

“Gak tau.”

“Kejadian minggu lalu? Minggu lalu kan gue sama si Mila mecahin misteri itu berdua.” kata gue.

“Eh, Iya. Benar.” kata si Mila.

“Mungkin, ini petunjuk lain kita buat mecahin misteri itu, kali.” kata si Andrian.

“Mungkin, gue gak berani, ah.” kata si Raka.

“Dasar penakut, lo.” kata gue.

“Lo harus ikut, ka.” kata si Rani.

“Kenapa?” kata si Raka.

“Mungkin dia suka sama lo, ka.” kata si Andrian.

“Ha ha ha, bener juga.” kata si Naura.

“Apaan, sih.”  kata si Rani.

“Yaudah, kita mesti mecahin misteri ini lagi.” kata gue.

“Kenapa harus kita?” kata si Rani.

“Yang pertama mecahin misteri itu kan kita. Bukan yang lain.” kata gue.

“Kan bisa yang lain aja.”

“Eh, tunggu. Ada tulisan lagi.” si Naura membaca surat itu lagi. “Kalian harus memecahkan misteri ini lagi.”

“Tuh, kan. Harus kita yang mecahin.” kata gue.

“Ngomong aja lo takut, ka. Lo juga Rani.” kata si Andrian

“Eh, sebelum gue baca kalimat yang kedua tadi, gue nggak ngeliat tulisannya. Cuma kalimat pertama tadi aja yang ada.” kata si Naura.

“Maksud, lo?” kata gue.

“Iya, kalimat “Kalian harus memecahkan misteri ini lagi.” itu sebelumnya nggak ada di suratnya. Cuma ada kalimat “kalian belum selesai dan seterusnya” aja.”

“Jadi, maksud lo. Tulisan itu muncul sendiri?” tanya gue.

“Iya. Soalnya tadi sebelumnya gak ada tulisannya.”

“Wah, parah nih.” kata si Kevin.

“Parah apaan?” kata gue.

“Ini pasti surat dari setan.”

“Ah, kenapa ada lagi, sihh....” kata si Rani sambil menjambak rambutnya sendiri.

“Dia pasti denger pas tadi kita ngobrol.” kata si Kevin.

“Wah, gawat nih. Oke, besok kita kumpul di sekolah lagi buat mecahin misteri itu.” kata gue.

“Tunggu, tulisannya muncul lagi.” kata si Naura. “Kalian harus mecahin misteri itu sekarang.” si Naura baca surat itu.

“Sekarang? Haah.” kata si Rani.

“Eh, gue harus pulang, banyak kerjaan di rumah. Selamat tinggal.” kata si Raka sambil lari ke arah pintu dan kabur.

“Wah, dia kabur. Dasar penakut!” kata gue. “Oke, kita ke sekolah sekarang!” kata gue lagi.

Sekarang perasaan gue gak lega lagi. Dia ada lagi, Maria? Bukan. Dia baik ke kita. Terus siapa dia? Seenaknya datang dalam hidup orang buat mecahin misteri itu lagi. Ya, kalau gak di turuti pasti ada apa-apa.

MISTERI BANGKU KOSONG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang