DUA PULUH : Dalang

20.5K 987 24
                                    

Gue dan temen-temen ngikut ke rumah sakit, disana gue, Cindi sama si Raka nunggu di luar ruang si Andrian, sedangkan si Rani, Mila sama si Naura nunggu di luar ruang si Kevin.

"Jo, lo masih pengen mecahin misteri itu?" kata si Raka dengan nada rendah.

"Iya, gue bakalan mecahin misteri itu." kata gue. Si Kevin diam, gak bisa ngomong lagi.

"Kenapa kamu bersikukuh ingin mecahin misteri itu?" kata si Cindi dengan suara keras.

"Kesempatan kita cuma hari ini, Cin." kata gue.

"Lo gak sadar, TEMEN-TEMEN LO UDAH JADI KORBAN GARA-GARA LO PENGEN BANGET MECAHIN MISTERI ITU!" si Cindi berkata keras. Baru kali ini, dia ngomong pake kata "lo" ke gue.

"Habis gimana lagi, Cin. Dia udah ngancem kita, ngancem nyawa kita, emang kita harus diam aja, hah?" kata gue.

"Lo masih percaya sama surat itu?" kata si Cindi.

"Iya, walaupun katanya itu hanya omong kosongnya saja. Gue bakalan tetep mecahin misteri itu." kata gue.

"Udah, udah. Ini di Rumah Sakit, jangan ribut-ribut." kata si Raka.

"DIAM KAMU! Lo bener-bener keras kepala, Jo." kata si Cindi sambil memalingkan wajahnya. "Kita Putus!" katanya lagi sambil berjalan menjauhi gue dengan wajah marah. Gue gak nyangka dia bakal ngomong gitu ke gue.

"Jo?" kata si Raka.

"Biarin aja, gue gak peduli. Yaudah, gue duluan, Ka." kata gue.

"Lo mau kemana?"

"Ke sekolah buat mecahin misteri itu lagi. Sendirian." kata gue sambil berjalan menjauhi si Raka.

***

Gue jalan menaiki motor ke sekolah sendirian, malam-malam. Di jalan sunyi karena berhubung jam dua pagi, di tengah jalan motor gue mogok. Untungnya gak jauh dari situ, ada warung yang masih buka, gue titip motor gue disana dan lanjut pergi ke sekolah sambil berjalan. Di tengah jalan, gue ngedenger suara cowok ketawa-ketiwi dan gue ikutin suara itu, sampe-sampe gue ada di tengah hutan. Gue ngintip dari balik pohon sambil ngeliat apa yang orang itu lakuin.

"Apa yang harus saya lakukan lagi untuk jadi kaya?" kata si cowok itu sambil duduk.

Setelah itu dia ngobrol sama seseorang yang suaranya gak bisa gue denger, mereka kayaknya lagi ngobrol tapi gue gak bisa denger orang yang ngobrol sama cowok itu.

"Baiklah, saya akan lakukan." katanya lagi sambil pulang ke suatu tempat.

Gue ngikutin lagi langkahnya, sampe-sampe gue ada di sebuah rumah, mungkin rumahnya. Dia masuk ke rumah itu sedangkan gue ngintip lewat jendela rumahnya.

"Haah, Lo bener-bener hebat, Lex." katanya sambil duduk di sofa. Gue ngira-ngira, namanya pasti Alex. Gue kayak pernah denger nama itu, oh, iya, dia adalah pacar si Maria waktu dulu.

Gak lama, dia ngambil sebuah koper dan langsung membukanya, isinya duit semua, gue gak peduli. Tapi di sisi tembok rumahnya gue ngeliat foto-foto orang yang gue gak kenal, namun salah satunya gue kenal yaitu Maria. Gue ngeliat foto Maria di salah satu sisi rumah itu.

"Lo hebat, Lex. Duit banyak, rumah besar, mobil banyak, ha ha ha, siapa lagi korbannya, ya?" katanya sambil memandangi foto-foto itu.

Disana gue baru nyadar, ternyata foto-foto itu adalah korbannya si Alex. Ternyata, Maria adalah salah satu korban si Alex.

"Haah, oh, iya. Gue telepon si Irma aja, dah. Gue gak pernah menghubungi dia lagi semenjak membunuh si Maria." katanya sambil memegang handphone-nya dan memanggil si Irma. Ternyata dia belum tau bahwa si Irma sudah mati. "Kok, gak diangkat. Gue coba lagi aja, dah." gak lama lagi dia mencoba menelepon si Irma. "Aah, Gak diangkat mulu. Gue gak peduli, yang penting sekarang gue bahagia." katanya sambil bersandar di sofanya.

Gue bergegas pergi dari rumah itu, dan akhirnya gue tau dalang dari misteri ini adalah Alex. Sekarang gue butuh penjelasan dari si Irma, sebenernya apa yang terjadi? Kenapa dia bisa bersekongkol dengan si Irma?

Gue langsung berlari ke sekolah dan langsung menuju kelasnya si Irma, sekarang gue gak peduli dia jadi hantu kayak wujud gimana pun, gue gak peduli dia bakal ngebunuh gue atau tidak karena sekarang gue uah tau dalang dari balik misteri ini.

"IRMA!!! IRMA!!!" teriak gue di lantai tiga, tepatnya di kelas si Irma. Gak lama dia datang dengan tampilan layaknya siswi pada umumnya. Wajahnya gak hancur, kepalanya gak buntung plus dia gak bawa pisau.

"Ada apa?" dia datang dari balik pintu masuk. Gu langsung menghampirinya.

"Gu-Gue tau dalang di balik semua ini." kata gue.

"Siapa?" katanya dengan nada datar.

"Alex, dia adalah dalang dari semua ini. Sebenernya apa yang terjadi?" kata gue dan dia langsung balik badan.

"Sebenernya, gue gak ada maksud buat ngebunuh si Maria." katanya.

"Terus, kenapa lo ngebunuh dia?" gue terus melontarkan pertanyaan.

"Itu perintah si Alex, dia nyuruh gue buat ngebully si Maria dan membunuhnya dengan alasan dia udah ngerebut Alex dari gue padahal gue gak pernah suka sama dia."

"Terus kenapa lo turutin." kata gue. Dia langsung membalikkan badan.

"Karena kalo gue gak turutin apa maunya, dia bakalan mengancam nyawa gue." katanya.

"Terus kalau lo udah tau dalang dari semua ini, kenapa lo bikin surat yang mana kita harus nyari dalang itu?" kata gue.

"Itu bukan surat dari gue, itu surat dari si Maria. Surat dari gue adalah dua surat yang pernah gue kirim ke kalian. Gue kirim surat itu buat kalian bilang ke si Maria bahwa gue gak bermaksud ngebunuh dia, tapi dia malah ngebantah kalian."

"Oh, Terus waktu sebelum lo diam di kelas ini, lo duduk disana lagi maen hp, itu lagi ngapain?" kata gue sambil nunjuk bangku yang pernah waktu itu dia duduki.

"Gue lagi ngomong ke si Alex soal orang-orang yang pernah gue bunuh bahwa gue gak pengen lagi membunuh orang walaupun nyawa gue diancem sama dia." katanya. Lantas gue kaget.

"Jadi, lo udah ngebunuh banyak orang? Terus lo gak di tangkep polisi?"

"Nggak, karena gak ada yang tau soal pembunuhan itu."

"Emang gak ada yang nanyain keberadaan mereka?"

"Nggak, Aneh banget, kan. Mungkin si Alex membuat kejadian yang aneh lainnya."

"Terus kenapa lo maksa gue sama temen-temen gue yang mana lo sampe hampir ngebunuh kami semua hanya untuk memecahkan misteri itu?" kata gue tegas.

"Itu lah sebabnya gue ingin kalian cepat-cepat memecahkan misteri itu, dan sekarang akhirnya terpecahkan. Makasih, ya." katanya.

"Kalau lo pengen cepet memecahkan misteri ini, kenapa kami di ganggu? Kalo gak di ganggu kan bakalan cepet, lo tinggal ngomong baik-baik."

"Gue waktu itu nyerang kalian sampe nunjukin wujud asli gue itu karena waktu itu kalian terlalu bersekongkol sama si Maria."

"Iya, tapi kan lo tinggal bilang."

"Gue gak bisa nunjukkin diri gue yang kayak gini ke banyak orang, hanya bisa ke satu orang, yang lo liat gue sekarang ini, itu adalah pengaruh penglihatan dari gue supaya lo bisa ngeliat wujud gue sebelum gue mati."

"Maksudnya? Sebenernya lo ini gak berkepala?"

"Iya, coba lo lihat ke cermin itu." berhubung di kelas itu ada cermin, entah punya siapa, tiba-tiba aja ada, dia nunjuk cermin itu tepat di meja sisi gue berdiri.

Gue mengambil cermin itu dan langsung mengarahkannya ke wajah si Irma dan bener dia gak berkepala di cermin itu. Lantas gue lempar cermin itu dan langsung ngeliat si Irma yang wujudnya masih cantik.

"Lo harus cepat kabarin ini ke temen-temen lo, Sekarang!!!" katanya.

"Kenapa?"

"Gue bakal kembali ke wujud asli saat fajar datang sedangkan gue bakal biasa seperti ini dan gue gak jahat sebelum fajar dan setelah tengah malam. Cepatlah, lo kabarin sebelum gue......" tiba-tiba dia langsung menunduk ke bawah. Wah, sepertinya ini tanda-tanda dia bakal kembali ke wujud aslinya.

Gue langsung lari dari kelas itu, menutup pintunya, lari dari lantai tiga menuju ke rumah sakit buat kabarin kabar bahwa gue hampir mecahin misteri itu.

MISTERI BANGKU KOSONG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang