Gue paham banget isi pesan itu, mungkin dari si Irma, tapi gue gak yakin setan bisa sms-an? Gue ngerasa aneh, emangnya setan punya hp? Gue emang sial banget, ketambah sama pacar gue yang balik ke indonesia, gue jadi gak bisa deketin cewek.
Besoknya hari senin, gue sekolah. Kuatin aja, lagian lukanya juga udah hampir sembuh, kalau yang lain gak tau. Di lapangan upacara, gue baris paling depan. Pas petugas upacara lagi bacain ikrar, gue ngeliat seseorang di depan petugas itu melotot ke arah gue, mungkin dia si Irma.
“Hah? Hah? Siapa tuh?” gue ketakutan sambil nunjuk ke arah setan itu.
“Heh, kamu, kenapa kamu teriak?” kata pak kepsek.
“Itu, pak. Itu...”
“Siapa?”
“Dia melotot ke saya, pak.”
“Melotot?” pak kepsek heran banget ngeliat tingkah gue, yang lain juga. Tiba-tiba si Kevin ngomong ke pak kepsek.
“Maaf, pak. Anak ini baru keluar dari rumah sakit, mungkin dia masih sakit.” katanya terus semua orang ketawa, gue nggak.
“Apaan sih, lo. Gue oke, nggak sakit, lo gila ya?”
“Heh, kalian malah ribut. Sekarang kalian dihukum, berdiri di depan sekarang!!!” tegas pak kepsek.
“Tapi saya gak salah, pak.” kata si Kevin.
“CEPAT!!!”
Mau ngapain lagi? Gue jalani aja hukumannya. Pas gue mau jalan kedepan gue ngeliat lagi setan itu, lalu dia natap gue lagi, kali ini dia ngelepasin kepalanya dan langsung ngelempar kepalanya ke arah gue.
“Waaaa.......” gue teriak dan jatuh dan juga nggak sadar.
“Kamu kenapa lagi?” kata pak kepsek.
Kata temen gue kisahnya gini. Gue kesurupan lagi sambil marah, lalu gue mencekik petugas upacara yang baca ikrar itu.
“MAU APA LO DISINI?” kata gue sambil mencekik.
“Joshua, hentikan, Jo. Udah jo.” kata si Kevin.
Gue ngelempar badan si Kevin pake tangan gue sampe jatuh ke tanah. Gue bener-bener gak sadar.
“LO HARUS MUSNAH!!!!” kata gue sambil mencekik lagi.
“Heh. Hentikan!!!” kata pak kepsek sambil mukul gue dan gue jatuh. Tiba-tiba gue ngebales dengan mencekik kedua-duanya.
“Hentikan, Joshua. Sudah.” kata bu Risma.
Pas gue selesai, mencekik kedua orang itu, gue langsung jatuh ke tanah dan masih gak sadar. Katanya nyawa si petugas itu gak selamet, dia meninggal. Gue gak paham apa yang terjadi.
Sadar-sadar gue lagi-lagi ada di Rumah Sakit, disana gue bingung, kenapa gue gak di bawa ke UKS aja. Ternyata gue paham, mungkin karena mereka ketakutan kalo gue kesurupan lagi.
“Sayang, kamu udah bangun.” kata pacar gue, Cindi. Lebay banget dah.
“Hm, udah.”
“Tadi kamu kesurupan, lho.”
“Kok, kamu tahu?” gue bangkit dan dudik di tempat tidur gue.
“Aku ngeliat sendiri di sekolah. Aku khawatir banget tau gak?”
“Hm, iya.”
Tiba-tiba, polisi datang dari pintu ruangan gue. Disana gue gak tau apa-apa, ada apa dengan gue?
“Dik, Anda kami tahan.” kata pak polisi itu.
“Kenapa, pak? Apa salah saya?” gue kaget.
“Anda sudah melakukan pembunuhan.”
“Pembunuhan? Saya gak ngebunuh, pak.”
“Lalu, ini apa?” polisi itu menunjukkan poto gue mencekik petugas upacara itu.
“Hah? Sumpah, pak. Saya nggak sadar, saya nggak salah dan saya nggak pernah membunuh orang.”
“Lalu, kapan terakhir kali anda sadar?”
“Tiba-tiba saja, saya disini pak.”
“Ada lagi? Waktu di sekolah mungkin.”
“Oh, iya. Saya dihukum sama pak kepsek pak, terus gak sadar.”
“Hm. Anda kenapa, ya?”
“Saya sehat, pak.”
“Dia kesurupan, pak.” kata si Cindi.
“Kesurupan?”
“Iya, entah siapa yang ngerasuki tubuh dia, pak.”
“Hm, sudahlah. Bapak pusing ngedengernya.”
“Jadi, saya nggak di penjara kan, pak?”
“Terserah kamu, aja! Saya pusing.” kata pak polisi itu sambil ngelangkah pergi.
“Yessss......” gue bersorak gembira. Si Cindi ketawa kecil.
Kok aneh sih, ngebiarin gue gitu aja. Nggak di penjara, biasanya kan kalau sudah ada yang fiks hukumannya, langsung di tahan. Kok gue nggak, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI BANGKU KOSONG (COMPLETED)
Horror#4 - horror (29-06-18) #1 - misteri (24-06-18) Joshua Aditya Putra, murid yang senantiasa bersama dengan teman-temannya. Namun, jika dia sedang sakit, terkadang dia selalu ingin menyendiri dan gak mau di ganggu. Masalah menimpa Joshua karena bangku...