TUJUH : Berbicara

30.2K 1.4K 44
                                    

Di kelas XI-IPA 2, semua orang mulai merinding, apalagi gue, gue yang paling merinding.

“Ayo, cepat! Kita mulai berbicara sama hantu itu.” kata si Mila sambil membuka kacamata nya.

“Apa? Bicara?” kata gue.

“Iya. Kita akan mengetahui informasi tersebut melalui diri kamu yang sedang kerasukan.”

“Oh, gitu.”

“Jangan banyak omong. cepetan lo.” si Kevin menyondorkan tubuh gue dan ngebuat gue duduk di bangku itu.

Lama kelamaan reaksi pun muncul. Lagi-lagi, tubuh gue panas, mulut gue kayak mau muntah. Dan gak sadar. Si Mila bicara sama Setan yang udah ngerasukin gue. Katanya gini :

“Anda siapa?” si Mila mulai ngomong.

“Saya Maria, kelas XI-IPA 2 angkatan kemarin.” kata setan itu sambil masang wajah melotot tapi tungkul.

“Mengapa anda selalu mengganggu kami?”

“Saya hanya mau ngomongin tentang kejadian yang sebenarnya tentang bangku ini.”

“Coba, jelaskan!”

Semua temen-temen gue kecuali si Mila dan setan yang masuk ke tubuh gue ngehindar dan ketakutan termasuk si Kevin dia pipis di celananya. Si Mila nggak, jago dia.

“Saya dibunuh oleh orang yang namanya Irma.”

“Irma? Irma kelas XII-IPA 1?”

“Iya.”

“Kenapa bisa?”

Jadi, Ceritanya gini, tahun lalu.....

“Heh, lo yang namanya Maria, ya?” tanya si Irma.

“I-iya.”

“Kenapa sih, lo. Selalu aja ngebuat gue sengsara?”

“Memang apa salah saya?”

“Lo tuh, ya. Udah ngerebut si Alex dari tangan gue tau gak?.”

“Maaf, saya gak ngerebut dia dari kamu. Dianya aja yang naksir sama aku.”

“Gak percaya, gue. Dasar Pelakor, lo!!!”

“Maaf saya gak maksud gitu kok.”

“Banyak alesan, awas aja ya.”

Lanjut ke dialog antara si Mila sama si Setan itu....

“Oh, terus seperti apa?”

“Mungkin dia ngerencanain buat bunuh saya di sekolah saat malan hari.”

“Bersama teman-temannya?”

“Iya.”

“Terus?”

Lanjut ke cerita yang tadi, sore-sore tahun lalu.....

“Makasih, ya. Udah nganter aku.” kata si Maria ke si Alex.

“Sama-sama. Gue duluan, ya.”

“Iya.”

Kayaknya dia udah nganter si setan itu pulang dari sekolah, deh. Lanjut ke dialog lagi.

“Terus, apa yang terjadi?” tanya si Mila

“Malamnya ada tamu, dia adalah si Irma dan teman-temannya.”

“Terus?”

“Badan saya di kantongi sebuah karung oleh mereka.”

“Terus?”

“Saya di gusur sampai ke kelas ini dan saya di siksa di kelas XI-IPA 3 oleh mereka menggunakan kayu dan kapak.”

“Mengapa kamu tidak lari?”

“Percuma saja. Setelah itu saya lari ke kelas ini dan berhasil dikejar oleh mereka yang akhirnya saya dibunuh disini tepatnya di bangku ini ketika saya duduk untuk mengobati rasa sakit.”

“Terus?”

“Mereka menguburku di halaman belakang sekolah. Dan lari keluar sekolah dengan baju yang berlumuran darah. Dan mungkin itu berceceran dimana-mana.”

“Sampai sekarang darah itu masih berceceran?”

“Iya. Mungkin dia menginjak darah itu yang membuat saya bisa merasukinya.”

“Siapa dia?”

“Orang yang ku rasuki ini.”

“Oh, tapi mengapa setiap saya pergi ke sekolah selalu tidak ada darah?” tanya si Mila.

“Darah itu akan menempel dan terlihat jika seseorang lemah lemas dan berbadan loyo.”

“Oh, seperti itu. Tapi tadi kamu memberi kami sebuah catatan. Apa maksudnya?” kata si Mila.

“Saya mau minta tolong.”

“Untuk apa?”

“Untuk membunuh segera si Irma!!!” si Setan yang ngerasuki tubuh gue mendadak suaranya keras.

“Mengapa?”

“Saya mau balas dendam.”

“Baiklah, jika itu keinginan mu. Saya akan turuti. Namun, saya dan teman-teman tidak dapat membunuhnya. Kami hanya dapat melaporkannya ke kantor polisi saja.”

“Baiklah, jika kalian hanya bisa begitu.”

Secara tiba-tiba si Setan itu mulai ngelepasin gue. Dan gue kembali sadar.

MISTERI BANGKU KOSONG (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang