Di sekolah, gue dan temen-temen kali ini masuk ke gerbang depan, mumpung gak di tutup. Untungnya disana sepi, hening dan sunyi. Gue dan kawan-kawan langsung menuju kelas XI IPA 2 di lantai dua.
"Kok kita kesini, sih?" kata si Rani saat sampe disana.
"Kesini aja dulu, siapa tau dapet petunjuk." kata gue.
"Caranya?"
"Kita coba berbicara lagi." kata si Mila.
"Ah, enggak-enggak. Gue gak mau." kata gue.
"Lantas bagaimana?"
"Yang lain aja, jangan gue mulu. Noh, si Andrian aja." kata gue.
"Ogah, gue." kata dia.
"Memangnya bisa?"
"Coba aja dulu." kata gue sambil mendorong si Andrian ke bangku kosong itu.
"Eh, jangan seenaknya dorong orang dong." tanpa sadar si Andrian udah duduk di bangku kosong itu sambil gue pegangin takutnya dia kabur. "Lepasin gue." tak lama untungnya reaksi pun muncul. Kayak gue waktu itu.
“Kalian Mau apa lagi?” kata setan yang merasuki tubuhnya dengan nada datar dan menunduk.
“Apa ini masih dengan kamu, Maria?”
“Iya.”
“Mm... Mila, gue dan temen-temen ke luar kelas, ya.” kata gue.
“Yang lain boleh, tapi kamu jangan!” kata si Mila.
“Kenapa?”
“Saya butuh kamu untuk penjelasan lebih lanjut.”
“Oh, oke gue gak takut.”
“Jo, kita keluar ya. Dadah.” kata si Kevin.
“Iya. Dasar penakut.” gue duduk di samping si Mila.
“Ini maksudnya apa?” kata si Mila sambil menyerahkan surat yang tadi di temukannya di rumah.
Sontak si Maria langsung merebut surat tadi dan langsung membacanya dengan teliti, memperhatikan tulisannya dan langsung meremas dan melemparkannya sambil terbang di tempat.
“DARI MANA KALIAN DAPAT SURAT INI!!!” teriak si Maria.
Gue takut, si Mila nggak, dia jago. Gue salut sama dia sedangkan gue bersembunyi di belakang si Mila. Aduh, waktu itu gue bener-bener terhipnotis atau apa? Sampe-sampe gue merinding ketakutan, mungkin karena suara si Andrian yang terdengar keras yang membuat gue ketakutan.
“Saya menemukannya di depan pintu saya, memangnya ada apa?” jawab si Mila.
“SURAT INI PASTI DARI SI IRMA!!!” perlahan-lahan darah mengalir dari hidung dan mata si Andrian.
“Irma? Bukannya dia sudah kamu bunuh?” kata si Mila.
“DIA MENGIRIM SURAT INI KEPADA KALIAN UNTUK MEMECAHKAN MISTERI KEDUA, UNTUK MEMBUAT KALIAN LELAH DAN AKHIRNYA KALIAN AKAN DIBUNUH!!!” kata si Maria. Dia memejamkan matanya, kedua alisnya bertemu, nampaknya dia sedang sungguh marah.
“Tapi di surat itu tertulis bahwa dia akan membantu kami untuk memecahkan misteri kedua dari bangku kosong ini.” kata si Mila.
“ITU HANYA OMONG KOSONGNYA DIA!!!, JIKA KALIAN INGIN TAHU JAWABAN ASLINYA TANYA SAJA SAMA DIA.” perlahan-lahan si Maria keluar dari tubuh si Andrian. Dan si Andrian pun tergeletak lemas.
“Tunggu, bagaimana caranya...” kata si Mila, tapi terlambat karena si Andrian sudah sadar dan nggak dirasuki lagi.
“Tanya ke si Irma? Dia kan udah mati, gimana mau nanya-nya” kata gue lalu gue membangunkan si Andrian yang tergeletak lemas.
“Mungkin ini adalah petunjuk selanjutnya.” kata si Mila.
“Iya, tapi gimana? Katanya butuh gue buat penjelasan lebih lanjut.” tanya gue.
“Saya tidak jadi.” kata si Mila. “Ikut saya.” kata si Mila sambil berjalan ngejauhin gue dan si Andrian yang masih belum sadar.
“Hei, Mila bantu gue angkat si Andrian. MILA!!!” gue teriak, tapi gak di denger, terpaksa gue gotong si Andrian ke punggung gue dan langsung lari.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI BANGKU KOSONG (COMPLETED)
Horror#4 - horror (29-06-18) #1 - misteri (24-06-18) Joshua Aditya Putra, murid yang senantiasa bersama dengan teman-temannya. Namun, jika dia sedang sakit, terkadang dia selalu ingin menyendiri dan gak mau di ganggu. Masalah menimpa Joshua karena bangku...