2# USANG

232 17 0
                                    

Kafin telah bersiap untuk bersekolah. Padahal arlojinya baru menunjukkan puku 6:00.
Mungkin untuk siswa yang lain baru membuka mata. Atau baru akan mandi.  Tapi Kafin sudah berada di atas motor maticnya.  Sudah rapi dengan balutan seragam putih abu-abunya.  Ia tak mau lagi harus telat dan di hukum seperti kemarin.

Cukup kemarin ia terlambat.  Cukup kemarin hari paling sial yang pernah di alaminya.  Untuk hari ini,  dan seterusnya jangan. Dan Kafin akan memastikan hal itu.

Setelah sebelumnya berpamitan dan bersalaman pada ibunya. Kafin akhirnya. Menghidupkan mesin motornya. Lantas melajukannya menuju sekolah. Kondisi jalanan yang masih terbilang belum terlalu penuh.  Membuatnya sedikitlebih santai.  Namun tak kunjung membuatnya mengurangi kecepatannya.

****

Di dalam kelas xi ipa 5 yang saat ini sangat bising.  Nampak Fatin yang duduk sendiri dengan mata yang selalu fokus dan mengarah ke layar ponselnya. Fatin malah senyum-senyum sendiri.  Terkadang memekik gemas.  Kadang juga memukul-mukul mejanya karena teetawa.

Ya,  efek nonton drama korea yang katanya bikin baper itu.  Emang iya sih!

Akhirnya seorang cewek berdiri di depan Fatin. Fatin pun mendongak menatap cewk itu.  Nara terlihat sangat lelah karena peluhnya terlihat mengalir di sekitar wajah nya.

"Di hukum lagi?"  tanya Fatin.  Kemudian kembali fokus ke layar ponselnya.

Nara tak merespon.  Sudah pasti jawabannya ya.  Apalagi kalau bukan karena hukuman? Tetapi Nara seperti tak pernah jera. Ia masih saja dan selalu menjadi langganan keluar masuk bk dan mendapat hukuman setiap paginya karena telat.

Nara kemudian duduk di kursi yang berada di samping Fatin.  Lalu mencondongkan badannya ke arah Fatin. Ikut melihat apa yang Fatin tonton. Lalu tangan Fatin menggeser tangannya agar keduanya bisa melihat dengan nyaman

"Pak Broto belum masuk?" tanya Nara yang saat ini juga malah ikut fokus ke ponsel Fatin.

"Belom." jawab Fatin singkat. "Di hukum apa lo hari ini?" tanya Fatin kemudian. Seakan Nara sudah terbiasa.

"Hari ini di suruh lari di lapangan sepuluh kali. Tapi baru lima kali malah nggak di awasin.  Jadi ya gue masuk."

Fatin mengangguk mengerti. "Nggak malu lo di liatin anak-anak yang ada jam olahraga hari ini?"

Nara menggeleng. "Nggak bosen lo tiap hari nanyain hukuman gue? "

"Ya enggak lah. Emang siapa lagi yang mau nanyain lo kalo bukan gue? "

Nara tersenyum."Kantin yuk? Laper nih." ucapnya sambil mengelus perutnya yang baru saja mengeluarkan bunyi gemuruh.

"Lah lo berangkat siang ngapain aja sampek nggak sempet makan."

"Sibuk gue."

"Sibuk molor. Banyakan nonton drakor sih." ejek Fatin.

"Kaya lo nggak aja. Ayo ah gue dah laper." Nara kemudian menarik pergelangan tangan Fatin dan sontak Fatin langsung mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku.
Dan mengikuti Nara.

"Tapi bayarin ya." ucap Nara lantas nyengir ke arah Fatin.

"Ngajakin tapi minta di bayarin." Fatin memutar bola matanya menatap Nara. "Oke deh."ucapnya malas. Lantas melanjutkan jalannya ke kantin.

Nara tersenyum riang. Memang Fatin selalu mengerti keadaan dompetnya ya selalu terkena kangker.

****

Kafin tengah berdiri di depan loker nya.  Hendak mengambil handuk kecil yang selalu ada di dalam lokernya. Yang selalu ia pakai untuk mengelap tubuh dan wajahnya daribkeringat setelah ia sekesai olahraga.

USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang