10# USANG

122 13 0
                                    

Setelah hari dimana Nara di antar Rafa pulang, dan di buntuti oleh Kafin, keduanya masih tak ada kemajuan. Dalam artian, keduanya masih sangat jauh, selalu berselisih paham meskipun itu hal-hal kecil, dan masih saling melempar tatapan cueknya.

Tapi yang tidak Nara dan Kafin sadari adalah dimana keduanya kini mulai berbalas pesan melalui Whatsapp.
Kafin tidak tahu, sejak kapan jari tangannya mulai mengetikkan pesan singkat yang isinya memicu keduanya untuk saling bertengkar kembali melalui pesan. Dan itu berlanjut, sampai sekarang.

Kafin tengah berada di koridor perpustakaan saat ini. Sambil membawa buku astronomi di tangan kirinya. Sedangkan tangannya yang lain masih sibuk berkutat dengan ponselnya.

Kafin Ardhani
Nal, lagi sama Fatin?

Nara KissyaA
Gue NARA!!

Kafin Ardhani
Dimana?

Nara KissyaA
Kantin. Udah deh lo emang kampret, ganggu gw makan. Chat sama Fatin aja napa sih?

Kafin
Gamau ganggu Fatin, ntar keselek dia kasian. Mending lo aja yg kselek.HAHA

Nara KissyaA
Mati aja lo!

Kafin tidak tahu, mengapa dirinya selalu menggunakan nama Fatin dalam chatnya dengan Nara. Mungkin karena Nara selalu membalasnya jika ada sangkut pautnya dengan Fatin!

Kafin hanya berharap, semoga Nara tidak mengiranya menyukai Fatin. Karena Kafin memang tidak menyukai Fatin. Ia lebih tertarik kepada Nara yang lebih tertutup dan misterius. Karena Nara lebih membuat Kafin penasaran dengan kehidupannya. Ya, dirinya hanya tertarik, tidak menyukai atau sejenisnya. Tapi dirinya juga masih tidak yakin dengan perasaannya.

Kafin memasukkan ponselnya kedalam saku, hendak berjalan menuju kantin, menemui Nara dan Fatin.

****
Nara mendengus jengkel, meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja kantin.
Akhir-akhir ini Kafin selalu banyak mengganggunya. Bukan menanyakan hal tentang dirinya, melainkan Fatin.
Padahal selalu yang Nara benci adalah di banding-bandingkan dan tak di anggap ada.

Satu lagi, ia juga tidak suka Kafin memanggilnya Nala. Itu hanya mengingatkannya pada bundanya dan kenangan masa lalu yang sampai saat ini masih enggan pergi.

Nara juga tidak mengerti apa maksud Kafin yang selalu menanyakan seluk beluk tentang Fatin kepadanya. Seperti kemarin, Kafin menanyakan makanan kesukaan Fatin. Tentu saja di jawab oleh Nara, tetapi bukan makanan kesukaan Fatin, melainkan kesukaannya yang kebetulan di benci oleh Fatin. Rendang jengkol.

Nara tidak bermaksud jahat, tapi ia hanya iseng.

Saat Nara memberitahukan tentang Kafin kepada Fatin. Fatin malah cengo sambil bersikap heboh dan sok manis. Sambil salting-salting nggak jelas. Nara bergidik ngeri mengingatnya.

Yang Nara pertanyakan saat ini adalah. Jika mereka berdua saling menyukai kenapa harus dirinya yang di jadikan jembatan?

Tak lama sosok Kafin muncul dengan kedua tangannya yang di masukkan ke dalam celana. Berjalan mendekat ke Nara dan fatin dengan seutas senyuman manis yang membuat Fatin heboh. Dan Nara... Entahlah kenapa dirinya sekarang jadi ikut terpaku melihat Kafin.

"Kafin manis banget, Ra," heboh Fatin sambil mengusap-usap pipinya.

"Kenapa dia jadi berubah ganteng sekarang?" tambah Fatin lagi yang semakin heboh.

"Aduh, Ra, gue meleleh nih." Fatin menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan lemas. Membuat Nara yang tadi terdiam menoleh ke Fatin.

"Lebay. Gue dong, biasa aja," Nara kemudian berdehem. Kafin sekarang sudah duduk di kursi sebelah Nara dengan manis. Mengedipkan sebelah matanya ke Nara yang di balas dengusan oleh Nara.

"Fatin kenapa? Sakit?" tanya Kafin cemas.

"Hah? Apa? Enggak kok, Gue biasa aja sehay walafiat lahir batin lillahitaala." jawab Fatin yang kembali duduk dengan tegak.

"Oh..."

"Ra? Lo nanti pulang bareng gue, di suruh Mama."

"Lah? Udah mau belajar masak hari ini?"

Kafin mengangguk. Fatin kini sudah berwajah mendung.

"Gue pingin ikut, tapi nyokap gue ngajak pergi ke acaranya."

"Lain kali aja ikut," jawab Kafin lembut. Fatin kembali tersenyum dan mengangguk dengan semangat.

Nara mendengus, mereka berdua memang sangat menggelikan.

"Ra, lo makan apa hari ini?" tanya Kafin, sontak Nara mengerutkan dahinya.

"Liat aja!" cuek Nara.

"Gue mau mesen yang sama deh."

"Kenapa gitu?" tanya Fatin bingung.

"Pengen aja."

"Oh.. "

Setelah Kafin pergi memesan makanan. Fatin menatap bingung Nara. "Dia aneh ya?" tanyanya.

"Iya. Sama kaya lo!"

****

"Ma, belajar masaknya mulai hari ini aja, Nara udah mau ke rumah pulang sekolah nanti."

"Lo kenapa Nara nggak kasih tau mama?"

"Nggak tau. Pokonya nanti mama jangan nanya apa-pun ke Nara soal dia dateng ke rumah hari ini." Kafin mendekatkan ponselnya ke mulut supaya lebih di dengar mamanya.

"jangan-jangan kamu ya yang ajak dia ke rumah? Hayo ngaku kamu?!"

Kafin jadi gelagapan. Memang sekentara itu dirinya berbohong?
"Mana ada! Orang Nara sendiri yang bilang ke Kafin. Pokoknya mama harus inget apa yang Kafin minta tadi."
Kafin mematikan ponselnya saat melihat Nara sudah berada di dekatnya.

"Ayo berangkat!"

Tanpa jawaban Nara mendahului Kafin menuju ke pintu mobil hendak masuk ke dalamnya. Tapi tangannya tertahan saat pintu mobil yang di tariknya tidak bisa di buka.

"Kenapa belom lo buka?" Nara menoleh pada Kafin.

"Suka-suka gue lah. Mobil gue!"

"Terserah Bejo deh!"

"Siapa Bejo?"

"Gue juga nggak tau." Nara kemudian masuk ke dalam mobil saat pintu sudah di buka oleh Kafin.

"Setres emang."

****

"Masuk ke dalem aja. Dapurnya ada di sebelah kiri. Kalo udah selesai belajarnya suruh mama panggil gue biar gue anterin. Pak Dadang lagi nggak ada."

"Dari mana lo tau pak Dadang nggak ada? Lo juga baru dateng."

"Bos dia siapa? Jelas gue tau lah."

"Idih." Nara berjalan meninggalkan Kafin menuju dapur yang di tunjukkan tadi. Kafin Jug berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Assalamualaikum tante."

"Waalaikum salam. Wah kamu beneran dateng Nara? Nggak nyangka tante ternyata Kafin nggak bohong kalo kamu beneran mau dateng kerumah. Padahal belum tante suruh ya. Tante seneng banget deh." jawaban tante Ratna membuat Nara senyum sambil otaknya berpikir.

Kenapa tadi tante Ratna bilang belum menyuruhnya datang?

"Yaudah ayo kita hari ini belajar masak rendang ya. Kebetulan di kulkas tante ada daging nih." Tante Ratna mengeluarkan daging segar dari lemari es dan menaruhnya di hadapan Nara.  Sekilas Nara tersentak dan kembali memulai pelajaran masaknya hari ini dengan tante Ratna.

USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang