19# USANG

117 7 8
                                    

Nara turun dari motor matic Kafin. Menyodorkan helm dengan raut muka cemberut.

"Udah kali ngambeknya, Ra. Biasanya kalo cewek di jemput sama pacarnya ke sekolah itu seneng, bukan malah ngambek kaya lo gini."

"Ya tapi lo kan udah setuju mau sembunyiin hubungan kita, Fin. Apaan pake jemput-jemput gue segala. Udah tau pacar lo ini famous." Nara makin mencebikkan bibirnya.

"Famous gegara sering telat aja bangga.HAHA."

Nara jalan mendahului Kafin jalan masuk ke kelasnya. Yang kemudian di ikuti cepat oleh Kafin.

"Lagian siapa yang perduli si, kita pacaran? Banyak kali yang pacaran satu sekolah," ucap Kafin berbisik.

"Ya tapi satu sekolah tau kita sering berantem. Gengsi kali." Nara memalingkan muka menahan tawanya.

Bahu Kafin turun. "Jadi lo malu pacaran sama gue?"

Nara kembali menatap Kafin. "Bukan, tapi gue yang takut Malu-maluin lo, Fin."

"Haha. Mana ada? Mau gimanapun kata orang, gue nggak akan perduli. Orang gue pacarannya sama lo bukan sama orang-orang."

Nara menahan tangan Kafin yang hendak berjalan lagi. "Tapi Fin.."

Kafin mendesah, menyerah. "Oke, kita Backstreet. Udah ya, kita masuk kelas." Kafin tersenyum.

Dan Nara, ia masih terdiam memandang punggung Kafin yang kian menjauh. Ia juga, merasa tidak enak hati.

****
Kafin menghela napas. Ia meletakkan tasnya dengan malas di atas meja kelasnya.

Pikirannya kembali pada perkataan mamanya tentang kemarin. Mau di pikirkan gimanapun, Kafin tetap tidak bisa menerima hal itu. Itu tetap saja tidak masuk akal.

Acara ulang tahun perusahaan yang di maksudkan mamanya adalah nanti malam. Kafin tetap harus ikut, tapi tidak untuk hal yang di bicarakan mamanya.

Kafin menunggu Nara saat sekolah sudah sangat sepi. Dan Nara juga masih belum menapakkan diri di kelas. Kafin hanya menerima sebuah pesan setelah pesan yang di kirimkannya.

Kafin: Pulang sekolah bareng lagi ya?
Nara: Boleh, tp tnggu sekolahan sepi.
Kafin: What??

Dan ternyata benar Nara baru saja memunculkan batang hidungnya setelah sekolah benar-benar sepi dan tinggal pak satpam saja di posnya.

Apakah sebegitunya Nara malu banget pacaran sama Kafin?

"Udah, ayo balik," ucap Nara santai kemudian mengambil helm di motor Kafin.

"Lo malu banget ya, Ra? Sejam gue nunggu lo keluar kelas. Lagian di parkiran sepi kali anak-anak ekstrakurikuler juga nggak bakal ngeliat sampe parkiran."

"Seenggaknya gue harus mastiin nggak ada yang ngeliat kita Fin."

"Kenapa?" tanya Kafin dengan wajah memelas.

"Jangan bahas itu lagi ya?"

****

Nara sudah selesai membereskan rumahnya. Ia baru saja berbaring hendak memainkan ponselnya, tapi Retta tiba-tiba masuk ke kamarnya. Dengan membawa sebuah baju?

"Ra, gue punya baju bagus nih. Coba gih!" ucapnya setelah duduk di pinggir ranjang Nara.

Tanpa memalingkan wajahnya dari ponsel, Nara menjawab, "males ah. Cuma suruh nyobain doang. Pas gue suka pasti gak boleh di minta. PHP lu kak."

"Yee, sotau lo. Yakin nih gak mau? Kece parah tau, Ra."

"Ih, ya maulah. Mana?" Nara sontak duduk dan melotot melihat baju macam apa yang di tawarkan oleh kakaknya. Ini sih bukan baju, tapi gaun mewah. Nggak salah nih kakaknya?

USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang