Fatin dan Kafin langsung menuju kafe untuk mulai berpikir apa yang harus mereka berikan untuk Nara di hari ulang tahunnya.
Kafin menaruh cangkir americanonya kembali ke maja setelah tadi meminumnya.
"Jadi kita masih punya waktu sampai lusa kan?"Fatin mengangguk.
"Oke, gimana kalo kita sewa kafe ini buat acara ulang tahun dia?"
Fatin menggeleng. "Nara nggak suka yang terlalu berlebihan. Bisa di diemin sebulan gue gara-gara di anggep ngabis-ngabisin duit."
"Hah?" Kafin kembali berpikir.
"Yaudah kalo gitu kejutan di rumah lo aja gimana?"
Fatin menggeleng lagi. "Nyokap gue bisa ngamuk."
"Di rumah lo?" lanjut Fatin.
"Ah, ntar nyokap gue jodoh-jodohin gue sama Nara lagi. Lo tau sendiri gimana nyokap. Gue nggak mau di paksa."
"Bukannya lo suka sama Nara?"
Kafin melotot. Kemudian kembali berusaha menetralkan ekspresinya.
"Biar gue yang bertindak tanpa bantuan nyokap."Fatin berdecih. Tapi tertawa kemudian. "Gue udah ngira si lo suka sama Nara."
"Emang kentara banget ya?"
Fatin mengangkat bahunya. "Ya menurut lo aja."
"Padahal menurut gue enggak sebegitunya," jawab Kafin
"Ngapain malah ngomongin perasaan lo sih. Ayo dong Fokus ke Nara."
"Hem, oke oke."
"Gue ada ide nih. Selama ini kita kan belom pernah tau rumahnya Nara nih? Gimana kalo surprisenya kita datengin rumahnya aja? Ya walaupun gue nggak yakin Nara bakal suka sih. Tapi siapa tau. Kita coba aja gimana?"
"Yakin dia ntar nggak marah?"
"Nggak yakin sih," Fatin nyengir. "Tapi kalo kita nggak coba kita juga nggak bakal kenal sama Nara lebih dalem dong."
"Iya ya."
"Oke besok kita kesana tanya pak satpam kompleks deh ya."
"Tapi gue agak ragu ya? Yakin nih nggak papa?" Kafin bingung. Entah kenapa ia merasa sedikit tidak nyaman dengan rencana ini.
"Semoga aja." Fatin juga sebenarnya sama bingungnya. Tapi sampai kapan Nara akan terus tertutup dengannya. Fatin ingin sahabatnya terbuka padanya. Mulai dari hal sekecil apapun itu. Ia akan mulai dari inim jika rencananya ini nanti menimbulkan masalah, ia akan bertanggung jawab.
Tapi Fatin yakin. Nara tidak akan marah padanya. Sekali lagi... Semoga saja.
Fatin meminum lagi minumannya. Ketika tangannya telah memutar-mutar sedotan minuman di gelasnya. Matanya tak sengaja melihat sosok yang sudah di kenalnya.
Itu... Rafa.
Fatin mengangkat tangannya memanggil Rafa untuk mendekat. Rafa yang melihat keberadaannya pun datang menghampiri Fatin dan Kafin. Kafin tampak terkejut.
"Lo disini?" tanya Kafin.
"Kayak yang lo liat aja," jawab Rafa malas.
"Aku nggak nyangka kamu beneran dateng," ucap Fatin sontak membuat Kafin kebingungan.
"Bentar deh, lo yang ngundang Rafa kesini? Ngapain buat apa?" Cerocos Kafin.
"Gw pikir kita bakal kerepotan kalo cuma ngerjain semuanya berdua aja. Berhubung Dia ini mantannya Nara pasti dia tau banyak dong tentang Nara. Jadi gue ajak aja. Lumayan bisa bantu-bantu. Lo nggak keberatan kan Fin?"
Rafa tersenyum miring pada Kafin.
"Nggak lah," jawab Kafin.
Fatin menceritakan kepada Rafa apa yang mereka rencanakan untuk ulang tahun Nara. Rafa mengerti. Dan dia siap membantu apapun.
"Jadi besok kita nyari tau rumah Naranya. Besoknya lagi baru kita dateng ke rumahnya kasih kejutan dan daarr, Nara pasti seneng deh," ucap Fatin antusias.
Matanya berbinar membayangkan. Begitu pun Kafin yang ikut tersenyum membayangkan hal esok. sedangkan Rafa... Dia tidak Membayangkan hal yang lain di depannya.
****
Ini hari ketiga Nara di kacangi okeh Fatin. Dan Kafin, ia juga tak pernah melihatnya sejak kemarin.
Nara tidak perduli. Mencoba tidak perduli lebih tepatnya.
Hari ini sepulang sekolah. Nara malah melihat Kafin membukakan pintu mobil untuk Fatin. Nara mengernyit. Jadi mereka sekarang semakin dekat?
Dan Nara? Sendirian?Hah, Nara masih biasa saja sejauh ini.
Nara tidak pulang cepat hari ini. Seperti biasa hari ini adalah jadwalnya untuk mengunjungi anak-anak jalanan. Dan kali ini ia harus sendiri. Nara sudah biasa sendirian. Tapi kali ini mengapa ada yang berbeda.Sesuatu mengganggu pikirannya. Dan itu muncul setelah ia melihat Kafin dan Fatin tadi.
****
Fatin turun dari mobil Kafin. Di susul Rafa yang baru datang. Sedangkan Kafin baru saja turun menghampiri Fatin.
"Nara hari ini ke anak-anak kan?" tanya Kafin memastikan. Di jawab anggukan mantap oleh Fatin.
"Itu pos satpamnya. Kita nanya. Kalo nggak di kasih tau pun. Kita bilang aja ada urusan darurat sama Nara," Kali ini Rafa. Fatin dan Kafin mengangguk setuju.
Mereka mendekati pos satpam. Tampak seorang bapak-bapak yang berkumis tebal dan bertubuh tegap berdiri. Melihat tajam ke arah mereka.
"Permisi pak, kami mau nanya alamat rumahnya Nara. Bapak bisa kasih tau kami?" Kafin bersuara.
Pak satpam melihat penampilan mereka satu persatu.
"Kami temannya pak," ujar Rafa."Kalau kalian temannya kenapa nggak tau rumah mbak Nara? Kalian bohong ya?"
"Eh eh, enggak lah pak. Kami emang belum pernah maen ke rumah Nara. Kami anak baik-baik kok pak. Yakin deh suer." Kali ini Fatin mencoba meyakinkan.
"Yakin kalian nggak tau? Nggak pernah nganter mbak Nara?"
"Pernah tapi ya cuma sampe depan aja sih pak. Ayo dong pak kasih tau dong," Fatin lagi lagi bersuara.
"Itu rumahnya." pak satpam menunjuk rumah mewah berwarna putih si pojok pos satpam.
Sontak Kafin, Fatin, dan Rafa melongo.
Jadi... Selama ini??"Rumahnya cuma disitu?" ucap mereka bersamaan.
****
"Gue bener-bener nggak nyangka. Betapa bodohnya gue selama ini? Padahal gue sering nganter dia ke rumah. Nggak pernah tau tuh dia masuk rumah itu," ucap Fatin masih terheran-heran. Mereka bertiga sekarang berada di kafe dekat kompleks.
"Apalagi gue, gue pernah pacaran sama Nara lumayan lama tapi kenapa gue nggak peka ya?" Rafa berucap. Kemudian mengaduh saat kepalanya di pukul oleh Kafin.
"Nggak usah pamer juga kali lo pernah pacaran!" Ketus Kafin.
"Mulut-mulut siapa?"
"Biasa aja dong!"
"Kenapa? Lo nggak suka? Cemburu? Lo siapanya Nara? Pacar? Bukan kali. Sans aja bro!" Sindir Rafa mutlak. Dan itu berhasil menyulut kekesalan Kafin.
"Sekarang bukan, liat nanti aja!" Kafin tersenyum miring.
"Kalian kenapa sih? Alay banget deh cowok dua ini. Heran gue." Fatin berteriak melerai keduanya.
"Dia tuh yang mulai," ucap Kafin.
"Nggak kebalik? Butuh replay?" jawab Rafa lagi.
"UDAH WOY STOP!! DASAR BOCAH!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
USANG
Teen Fiction"Kamu adalah harapan ku yang telah lama Usang" Nara Kissya Alifia, cewek yang mendapat julukan bad girl di sekolahnya karena selalu terlambat. Tidak mempan dengan semua hukuman yang di berikan guru, terlalu santai dalam menghadapi semua masalah yan...