8# USANG

131 15 0
                                    

Semuanya masih tidak berubah. Semilir angin rooftop memang selalu yang paling menyegarkan untuk Nara. Disaat semua badannya pegal-pegal, pikiran yang lagi suntuk-suntuknya, juga isi dompet yang lagi tipis-tipisnya bisa ia lupakan untuk sejenak jika ia sedang berada disini.

Seperti sekarang, bahkan rasa nyeri di kepala dan rasa perih di perutnya belum sepenuhnya hilang. Tapi dari pada beristirahat di uks ia lebih memilih duduk diam di rooftop di temani Fatin tentunya.

Bahkan Fatin yang sungguh sangat bersemangat sampai-sampai menggelar tikar agar Nara bisa bergerak leluasa. Mau sambil guling-gulingan juga biar bisa bebas katanya. Tapi kalau tempatnya penuh sama makanan gini gimana Nara bisa guling-gulingannya?

"Ayo,Ra makan lagi. Lo kan harus banyak makan," ujar Fatin sembari membuka bungkus makanan ringan yang kesekian kali.

"Tapi ini lebih bagus di sebut warung. Gila lo, siapa yang mau ngabisin segini banyak?" Nara geleng-geleng kepala melihat kelakuan Fatin yang menurutnya sangat berlebihan ini.

"Gue sama lo. Kalo lo udah nggak mau buat gue aja! Gue kuat ngabisin kok." jawabnya sambil menyodorkan sepotong roti kepada Nara.

Nara mengambilnya mengambil bagian isi roti. Kemudian meletakkan lagi sisanya ke tempat. "Ya gue mau lah. Ntar kalo sisa gue bawa pulang."

Fatin terkekeh sejenak. Kemudian melanjutkan aktivitasnya. Hingga suara dari pintu rooftop membuatnya tersedak dan segera Nara menyodorkan botol minum ke Fatin sambil menoleh ke arah pintu.

Tak terduga, ternyata Kafin lah yang datang. Bahkan Nara serta Fatin yang baru saja tersedak masih saja mematung melihat Kafin seorang murid teladan menginjakkan kakinya di tempat keramat mereka ini.

"Ngapaian pada bengong? Wah, makanan nih. Asik deh," ucap Kafin yang ikut duduk di samping Nara dan Fatin. Kafin ikut membuka satu bungkis keripik dan memakannya dengan santai.

"Kenapa masih diem sih? Gue aneh ya? Gue ganteng? Aduh gue malu nih."Kafin memegangi pipinya seolah-olah menghindarkannya dari tatapan aneh kedua orang di depannya ini.

"Lo ngapain disini?" Tanya Nara kemudian setelah mengerjapkan matanya.

"Duduk, makan, emm.. Ketemu kalian."

"Kenapa lo jadi aneh gini sih,Fin?" Kali ini Fatin.

"Gue? Gue cuma.. Ya pengen bareng sama kalian aja. Lagian kelas gue jam kosong dan gue udah ngerjain tugas. Setidaknya gue nggak terlalu ngelanggar aturan."

"Lo nyindir gue?" Sulut Fatin dengan nada tinggi.

"Gue nggak bilang gitu."

"Tapi lo.."

"Mending lo jadi diri lo sendiri aja deh. Jangan cuma lo temanan sama kita lo jadi ikutan kayak kita juga."potong Nara dingin.

"Gue nggak gitu!" Kafin Menatap Nara yang sama sekali tak menatapnya.
"Gue cuma pengen bebas kayak kalian juga. Dan gue pengen bebas bukan karena temanan sama kalian. Tapi karena gue ingin. Kalo lo nggak nyaman sama sikap gue. Maaf."
Jelas Kafin. Bahkan dirinya tak menyangka Nara bisa berkata sedimikian. Memang apa salahnya menyesuaikan diri dengan teman?

"Kenapa jadi serius gini? Lo bileh berbuat sesuka lo kok,Fin. Emm.. Gue beli minum dulu deh. Minumannya udah abis nih. Gue aus. Bye.." Fatin bergegas keluar meninggalkan keduanya. Menurutnya Nara dan Kafin masih perlu banyak menyesuaikan diri satu sama lain. Fatin tahu Nara tak memiliki banyak teman selama ini. Itu karna kepribadian Nara yang sedikit tertutup.

"Oke." jawab Nara.

Setelah keduanya hanya berdua. Hening menyelimuti. Tak ada kata sapa di antara keduanya. Ini membuat Kafin jengah.dirinya tak bisa menahan diri untuk tidak berbicara.

USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang