Di pagi yang cerah ini. Kafin dan beberapa teman sekelasnya tengah bermain futsal. Ya, memang pelajaran pagi ini adalah olahraga. Dan seperti biasa juga, hobi Kafin saat jam olahraga adalah bermain futsal. Bersama Wira dan Gilang sahabatnya. Sambil menunggu Pak Joko, guru olahraga kelas mereka untuk memulai kegiatan olahraga.
Setelah sekitar lima belas menit Kafin dan dua temannya bermain futsal, akhirnya Pak Joko datang. Sambil membawa absen dan peluit yang di kalungkan di lehernya. Tak lupa topi berwarna biru tua yang selalu ia pakai ketika mengajar.
Tapi, kali ini Pak Joko terlihat berwajah masam. Tidak seperti biasanya. Di tambah lagi kumis tebalnya yang menambah kesan menyeramkan untuk Pak Joko.
Kafin mengernyitkan dahi saat pandangannya menangkap sosok Nara, bersama enam orang siswa lain bersamanya. Nara telat lagi?
"Ayo semuanya berkumpul! Kita mulai pemanasannya." sontak seluruh kelas Kafin berkumpul. Berbaris agar Pak Joko tidak semakin marah lagi.
"Dan kalian bertujuh. Lari kelilingi lapangan ini sebanyak sepuluh kali!" perintahnya dengan suara menggema. Membuat beberapa siswa terjingkat karena terkejut.
"Malu lah, pak. Masa di depan mereka sih." keluh salah satu siswa.
"Kalau begitu sana putari tiang bendera satu-satu sebanyak lima puluh kali!"
"Wiss. Kalem pak. Itu tambah malu-maluin."
"Kalo malu kenapa telat?"
"Jangan salahin saya pak. Salahin keadaan dong. Saya juga 'kan nggak mau telat."
"Udah jangan banyak omong. Cepet lakuin!" kemudian Pak Joko meniup peluitnya keras-keras. Dan membuat semua siswa-siswi menutup telinganya masing-masing karena suara yang cukup memekakkan telinga.
****
Nara masih terengah. Tangannya mengusap peluh di pelipisnya. Setelah berlarian memutari lapangan tadi, sekarang ia butuh istirahat.
"Nih." Nara menoleh pada Kafin yang menyodorkannya sebuah minuman dingin.
"Thanks." Kafin tersenyum dan mengangguk.
"Lo nggak papa, Ra?" tanya Kafin yanh melihat wajah pucat Nara dan keringat yang membanjiri wajahnya.
"Gue baik."
"Tapi lo pucet, Ra." Kafin sekarang terlihat panik.
"Udah ya. Gue mau ke kelas."
Kafin mengangguk. Membiarkan Nara pergi masuk kelasnya.
****
"Permisi." ucap Nara sembari masuk ke kelasnya.Pandangan seisi kelas tertuju pada Nara. Di hadapannya kini sudah ada Bu Lisa yang memasang tatapan tajam nan mengerikan ke Nara. Nara menelan salivanya sendiri. Kali ini dia pasti tidak akan selamat.
"Maaf bu saya telat." ucap Nara. Ia berusaha menyembunyikan permen karet yang berada di mulutnya.
"Sudah tahu." jawab Bu Lisa dingin.
"Saya sudah bosan menghukum kamu!""Boleh duduk dong buk?"
"Enak saja! Silahkan nyanyikan lagu Indonesia Raya sekarang!" seluruh kelas tertawa mendengar hukuman yang di berikan oleh Bu Lisa. Kecuali Nara yang membelalakkan matanya terkejut.
"Ada yang salah?" tegur Bu Lisa dan seketikan semua yang tertawa diam.
"Ayo Nara."Nara mendengus. "Buang permen karet kamu!"
Aarrrggghh. Nara menggeram dalam hati. Rasa kesalnya pada Bu Lisa kini sudah memuncak. Dan sebisa mungkin ia tahan. Tak mau membahayakan dirinya sendiri karena melawan Bu Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
USANG
Teen Fiction"Kamu adalah harapan ku yang telah lama Usang" Nara Kissya Alifia, cewek yang mendapat julukan bad girl di sekolahnya karena selalu terlambat. Tidak mempan dengan semua hukuman yang di berikan guru, terlalu santai dalam menghadapi semua masalah yan...