3# USANG

192 16 0
                                    

Seperti biasa, pukul 06:15 Kafin sudah berada di atas motornya. Hendak menghidupkan mesin motornya untuk ia kendarai ke sekolah.

"Kafin, nggak di bawa bekalnya? " teriak mama Kafin yang sudah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Ma, udah kesiangan. Nggak keburu." lantas Kafin bergegas melajukan motornya dan meninggalkan area rumahnya.

Rita yang diam lantas berfikir. "Sejak kapan jam enam lewat di bilang udah siang?"

Bukannya Kafin menolak bekal dari mamanya. Tapi hampir setiap hari mamanya selalu memaksa Kafin untuk membawa bekal. Kafin hanya bosan. Mamanya memang selalu membawakannya bekal. Tapi menunya tidak pernah berubah. Selalu nasi dan telur mata sapi. Dan menu itu telah menemaninya selama kurang lebih hampir dua tahun Kafin sekolah di Smanya.

Dan akhirnya hari ini Kafin terbebas dari telur mata sapi yang mengerikan itu.

Setelah Kafin memarkirkan motornya. Ia berjalan menuju kelasnya. Saat ia berjalan pada koridor kelas sepuluh. Tak jarang adik kelas perempuan menyapa Kafin. Dan di balas senyuman seadanya oleh Kafin. Kafin memang tampan. Tapi ia cenderung pendiam. Sehingga tak banyak yang mengenalnya di sekolah. Dan kebetulan ia menjadi salah satu atlet taekwondo andalan di sekolahnya. Jadi dirinya sedikit-sedikit menjadi bertambah tingkat kepopulerannya. Namun masih tak menghilangkan sifat pendiamnya.

"Malaikat penolong dateng gaes, ayo serbu! " seru Wira saat Kafin baru menginjakkan kakinya di dalam kelasnya.

Kafin memutar bola matanya malas. Ia sudah paham dengan teman-temannya. Kafin selalu di andalkan teman sekelasnya karena tergolong siswa yang cerdas dan rajin mengerjakan tugas. Selain itu Kafin juga selalu berangkat pagi. Jadi teman-temannya menjadi termudahkan saat hendak mencontek pr Kafin.

Kafin menyodorkan bukunya. "Nih." lantas ke bangkunya untuk duduk sambil menunggu bel masuk berbunyi.

"Woy bagi! Tau diri dong."

"Sini in geh! Jangan curang."

"Ini juga udah!"

"Mana gue liat."

"Ntaran aja lo liat punya gue! Gue lagi nyalin nih."

Dan masih banyak lagi keributan yang terjadi saat salin-menyalin tugas itu terjadi. Kafin hanya mengehela nafas kasar. "KALAU BUKU GUE SOBEK GANTI SEPULUH BIJI PLUS CATETANNYA! " kafin berteriak memperingatkan.

"Iye-iye bawel amat."

"Ntar gue kredit ya Fin."

****

Nara dan Fatin sedang berjalan bersampingan di sepanjang koridor menuju kantin. Fatin yang sedari tadi melirik Nara dengan kotak bekal yamg di bawanya pun hanya bisa mengerutkan dahinya. Ia heran. Sebenarnya apa yang akan di lakukan Nara sambil membawa kotak itu. Padahal kan di kantin banyak makanan. Kenapa harus repot-repot membawa makanan sendiri. Apa Nara sedang tidak ada uang? Batin Fatin.

"Ra, lo nggak perlu repot-repot bawa bekal kalo lagi nggak ada duit. Biasanya lo juga minta traktir gue?" tanya Fatin akhirnya setelah tidak tahan lagi.

"Aduh Fat, lo diem deh."

Fatin jadi tambah heran dengan sahabatnya yang satu ini. Nara itu selalu sulit di tebak. Dan kali ini Fatin sama sekali tidak bisa memikirkan apa sebenarnya yang akan dilakukan Nara.

Sesampainya di kantin yang terlihat sangat ramai. Nara melihat ke seluruh penjuru kantin. Ia tersenyum kemudian. Lalu menoleh pada Fatin.
"Pesen makan gih. Gue ada urusan bentar."

"Kalo masih mesen makan ngapain lo bawa bekal si Ra? Kadang lo aneh ya?"

"Udah nurut aja sih." Fatin pasrah. Kemudian meninggalkan Nara untuk memesan makanan.

USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang