12# USANG

123 14 0
                                    

Ternyata Fatin tidak hanya sering menghilang,  tapi juga hari ini Fatin juga menjauhi Nara. Nara sendiri bingung dengan tingkah Fatin kali ini.  Padahal biasanya Fatin tidak bisa sebentar pun jauh dari Nara.

"Fatin." Nara mencekal tangan Fatin yang hendak pergi lagi meninggalkan kelas. Fatin menoleh.  Tampak salah tingkah.

"Apa?"

"Lo lagi sibuk ya?"

Fatin terlihat belingsatan, menggaruk kepalanya."I-iya gue emang lagi sibuk akhir-akhir ini.  Sorry ya. Oiya gue harus pergi lagi nih."

Nara mengerti, lantas melepaskan cekalan tangannya. Sebenarnya Nara juga jadi bergidik sendiri. Apa yang di lakukannya barusan sama seperti adegan Ftv yang suka di tonton Retta.

"Bye, Ra gue pergi." Fatin berlari lagi meninggalkan Nara sendiri. Padahal Fatin juga tidak tahu dirinya mau kemana setelah dari kelas tadi.

Fatin terus berjalan, menyusuri sepanjang koridor. Ia memutuskan akan ke kamar mandi saja kali ini.
Tapi ketika ia hendak berbelok ke arah kamar mandi untuk wanita. Ia bertemu Kafin yang baru saja keliar dari kamar mandi pria.

"Kafin."

"Ya?"

"Gue mau ngomong sesuatu nih sama lo, bisa?"

"Ngomong aja," ujar Kafin santai.

"Ya nggak disini juga kali, depan kamar mandi gini.  Di kira ngapa-ngapain ntar. Kantin yuk? Sekalian makan kebetulan pas bel istirahat gue langsung lari kesini."

"Lo ngejar gue?" tanya Kafin curiga.

"Hah? Ya nggak lah,  ngapain juga gue ngejar lo sampe kamar mandi gini. Iya sih lo ganteng tapi nggak segitunya juga."

"Hehe, yaudah ayo."

Keduanya jalan beriringan. Setelah mereka sampai di kantin dan memesan makanan, Fatin kembali menatap Kafin.

"Mau ngomong apa?" untung saja Kafin peka dan segera menanyai Fatin.

"Jadi..."

"Bentar, lo kenapa nggak barengan sama Nara? Biasanya kalian berdua selalu bareng,kan? Lo berantem sama dia?"

"Diem dulu. Itu juga yang mau gue omongin sama lo, tentang Nara."

"Ooh..."

"Jadi sebenernyaa... Gue lagi bingung nih. Nara lusa ulang tahun. Gue nggak tau harus ngapain, gue keabisan ide, makanya gue jauhin dia. Udah berapa hari ya? Satu, dua, tiga. Oh dua hari ini. Gue pikir bisa dapet ide bagus,  ternyata sama aja."

"Nara ulang tahun ya?" Kafin nampak berfikir.

Tak lama pesanan mereka datang. Kantin tidak begitu ramai kali ini karena sekarang jam istirahat kedua.

Kafin meminum es jeruk pesanannya. Kemudian menjentikkan jarinya. Membuat Fatin yang tengah serius memperhatikannya jadi terkejut.

"Apa? Lo nemu ide?"

Kafin menggeleng "Lo makan dulu aja."

"Yah, sialan lo."

"Apa yang di suka Nara selain masak?" tanya Kafin semabari memakan makanannya.

Fatin berpikir."Gue nggak tau. Nara tertutup banget anaknya. Gue lama temenan sama dia aja nggak pernah tau alamat rumahnya."

Kafin mengangguk.  Memang benar, Nara memang mempunyai kepribadian yang tertutup. Bahkan Fatin teman dekatnya pun tidak tahu hal paling sederhana dari Nara.

"Lo nggak pernah nanya?"

"Nanya apa? Alamat rumah?" Kafin mengangguk.

"Pernah lah,  dulu banget. Tapi dia bilang jangan nanya itu. Itu rumah bokapnya.  Jadi dia nggak mau ngasih tau. Padahal kan rumah bokapnya rumah dia juga ya? Tapi yaudah lah, Nara punya privasi yabg nggak harus kita tau mungkin."

"Terus, kita mau kasih suprise apa dong?"

"Ah, iya. Nara suka coklat."

Kafin mengangguk lagi. Sepertinya dia sudah menemukan ide yang pas.

****

Mama Kafin:
Nanti ke rumah ya Nara,  masak lagi kita

Nara: Oke tan, sepulang sekolah ya?

Mama Kafin:
Oke ntar bareng Kafin aja kesininya, biar gmpng.

Nara berpikir sejenak sebelum membalas pesan dari mama Kafin. Kira kira apa dirinya akan bisa melawan gengsinya?  Tapi ini juga buat mamanya. Nara mengangguk mantap.  Lantas mulai mengetikkan balasan kembali.

Nara:Oke siap tante.

Nara menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia kembali menyandarkan tubuh lelahnya pada kursi. Baru kali ini dia betah di kelas.
Biasanya Fatin akan mengajaknya berkeliling area belakang sekolah hanya untuk mencari tempat yang nyaman untuk makan dan bercerita.

Tapi kali ini dia harus diam di kelas karena Fatin yang biasa mengajaknya sudah dua hari menjauhinya. Nara bukannya tidak punya teman lain selain Fatin, tapi dia memang tidak nyaman bersama teman selain Fatin.

Nara baru sadar, ternyata sebegini sepinya di hindari satu-satunya orang yang tidak pernah bosan bersama dengannya selama ini.

Nara menghela napas. Sudah cukup dia berpikir. Mungkin memang dirinya memang semembosankan itu sampai teman terdekatnya sekarang ikut menjauhinya.

****

Kafin terkesiap saat Nara mulai berjalan ke arahnya. Mau apa Nara mendatanginya.

"Woy," teriak Nara.

"Apaan?"

"Gue ikut balik ke rumah lo. Mama lo yang nyuruh."

Kafin melotot. Padahal hari ini dia mau pergi bersama Fatin untuk menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Nara.

"Oh itu. Mama bilang nggak jadi. Mama mau nyusulin papa ke kantor. Abis itu ke butik mama," sangkal Kafin. Masalah dia di marahi mamanya sepulang nanti terserah deh. Itu biar jadi urusan nanti.

Nara nampak berpikir, membuat Kafinsudah bersiap mencari alasan lain.

"Oh, kok mendadak gitu ya. Mama lo juga nggak kasih tau gue. Yaudah deh. " Nara jadi malu setengah mati sekarang ini.  Kemarin pas Nara nggak di suruh mamanya dateng ke rumah malah di surug dateng. Giliran sekarang malah nggak jadi.

Sementara itu Kafin tampak lega. Nara lagi-lagi mudah percaya padanya.
"Kalo gitu gue balik duluan deh ya."

"Terserah lo."

USANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang