Nara tidak tahu hari ini dirinya harus disibukkan dengan mengunjungi anak-anak jalanan. Dirinya mengurus semuanya sendiri hari ini. Entah kemana perginya dua teman yang biasanya membantunya itu. Yang jelas. Dia sudah sering sendirian akhir-akhir ini. Tak apa, selagi ia masih bisa hidup walau sendiri.
"Udah mau maghrib, kakak pulang dulu ya?" Nara mulai mengemasi buku-buku yang ia gunakan untuk mengajar.
"Yahh, masih pengen sama kak Nara," ucap Asep. Salah satu anak murid Nara.
Nara tersenyum."Karna ini pertemuan terakhir kita di minggu ini. Jadi kita ketemu minggu depan ya. Sekarang Kakak mau pulang. Udah mau malem."
"Kak, bentar deh." anak bernama Asep tadi berlari. Entah kemana Nara tak tahu. Tak lama Asep kembali lagi sambil membawa sesuatu di balik punggungnya.
Kemudian anak-anak yang lain ikut berdiri di samping Asep. Menunjukkan deretan gigi mereka.
"SELAMAT ULANG TAHUN KAK NARA."
Nara terkejut. Menganga, ia sungguh sangat reekejut. Anak-anak yang di ajari olehnya mengingat hari yang bahkan di lupakan oleh orang-orang seperti dirinya sendiri dan ayahnya.
Nara menitikan air mata. Terharu. Asep memberikan sesuatu yang tadi di sembunyikan olehnya.
"Ini kado buat kak Nara. Kami buat sendiri loh." Nara menerima kado itu. Sebuah kardus yang di bungkus dengan koran. Tidak rapi sama sekali. Tapi Nara sudah sangat senang dengan ini.
"Kakak buka ya?" ucap Nara. Kembali ia terkejut sampai air matanya semakin deras keluar.
Itu adalah gambaran tangan dari masing-masing anak. Gambarnya bervariasi. Tapi temanya semua sama. Yaitu saat mereka bersama Nara.
"Terimakasih, kakak seneng banget." Nara memeluk mereka semua.
****
"Jadi gimana? Udah ada tanda-tanda Nara pulang? Udah magrib nih," ucap Fatin yang tengah memegang kue tar di tangannya.
Kafin menengok ke belakang. Memberi intruksi kepada Fatin agar tidak brisik. Siapa tahu nanti Nara tiba-tiba datang.
"Diem bentar bocah satu ini," kata Kafin.
"Hehehe. Sorry."
"Keburu meletus ini balon," ucap Rafa kali ini.
Sudah sekitar tiga jam mereka menunggu Nara pulang. Tapi sampai sekarang masih tidak terlihat batang hidungnya.
"Eh eh itu tu. Nara pulang. Bawa kardus apa-an ya?" ujar Kafin yang tengah mengintai.
"Udah cepet siap-siap. Nyalain dong lilinnya. " Fatin mulai bergegas.
Setelah terlihat Nara sudah masuk ke dalam rumah. Mereka bertiga jalan secara mengendap-endap ke rumah Nara.
Menurut intaian Kafin sejak tiga jam yang lalu tidak ada tanda-tanda orang lain yang masuk ke rumah Nara. Entah itu papanya, atau siapapun. Jadi mereka berharap apa yang mereka rencanakan hari ini bisa berjalan lancar.
Fatin memberi aba-aba. Rencananya setelah fatin memencet bel dan Nara membuka pintu mereka akan mengejutkan Nara bersama.
****
Nara yang hendak mandi harus kembali terkesiap. Bel pintu rumahnya berbunyi. Ia harus membukanya. Siapa tau itu dalah tamu penting papanya atau kakaknya. Yang jelas bukan untuknya. Karena Abraham melarang Nara membawa temannya ke rumah.
Nara membuka pintunya perlahan. Rasa lelah yang membuatnya tak se sigap biasanya.
"HAPPY BIRTHDAY NARA."
KAMU SEDANG MEMBACA
USANG
Teen Fiction"Kamu adalah harapan ku yang telah lama Usang" Nara Kissya Alifia, cewek yang mendapat julukan bad girl di sekolahnya karena selalu terlambat. Tidak mempan dengan semua hukuman yang di berikan guru, terlalu santai dalam menghadapi semua masalah yan...