16

7.3K 640 19
                                    

"Berhentilah menangis Jinyoungie".

Daehwi menatap iba kepada si manis yang untuk kesekian kalinya menghapus air matanya yang jatuh. Jinyoung hanya menggeleng sambil mengalihkan pandangannya dari tatapan tajam Daehwi.

"Kau mau aku mendatangi Guanlin?".

"Tidak Daehwi, jangan , mungkin hanya aku yang berlebihan".

"Jangan menangis lagi". Daehwi langsung membawa tubuh mungil itu kedalam pelukannya sedangkan Jinyoung masih saja menangis.

Semalam Jinyoung memang menelfon Daehwi sambil mencurahkan isi hatinya, ia takut Guanlin akan meninggalkannya, pria itu masih muda, tampan dan juga kaya mana mungkin ada yang bisa menolak pesonanya?.

Sedangkan Jinyoung merasa dirinya adalah seorang itik yang tiba-tiba berubah menjadi angsa ketika sudah bersama Guanlin, apapun yang ia inginkan akan diberikan pria tampan itu.

Dan ia juga berfikir Guanlin hanya menginginkan tubuhnya bukan dirinya , mengingat pria itu jarang sekali mengatakan aku mencintaimu atau semacamnya dan hanya Jinyoung lah yang sering mengatakannya.

Karena memang dari awal perjanjian ini hanyalah seperti jika ia membutukan sesuatu maka Guanlin akan memberikannya dan ia juga tidak menerima itu secara gratis.

"Guanlin daddy hiks tidak menyukaiku". Memeluk tubuh kurus Daehwi dengan erat sambil beberapa kali sesegukan akibat menangisnya, Daehwi mengelus pelan punggung sahabatnya itu.

"Maafkan aku sudah membuatmu menjadi seperti ini". Si manis menggelengkan kepala mendengar perkataan Daehwi.

"Tidak, ini salahku yang malah menyukainya".

.

.

.

Guanlin mencium aroma kopi yang menyebar di cafe ini membuat pikirannya sedikit tenang.

Saat ini ia sedang menunggu teman lamanya yang baru pulang dari Australia, sengaja memilih cafe ini karena dapat membuat mereka mengingat masa-masa sekolah dulu.

Tak lama berselang datanglah seorang pria berambut blonde dengan bahu yang lebar duduk di hadapan Guanlin, melebarkan kedua bola matanya kemudian saling ber- highfive sambil tertawa.

"Apa kabarmu Tuan Lai?". Tertawa diakhir kalimatnya merasa geli mengatakan Tuan kepada teman yang sudah menemaninya dari kecil.

"Tidak sebaik dirimu, Daniel ". Tersenyum sampai memperlihatkan giginya yang kecil membuat Guanlin makin terlihat tampan.

"Bagaimana Australia?". Lanjutnya sambil memperhatikan Daniel yang sedang memandangi interior cafe yang tidak berubah sedikitpun dari sekitar 21 tahun yang lalu saat mereka sering bersantai disini.

"Biasa saja, lagi pula disana tidak ada pria manis".

"Maniak".

Daniel tertawa mendengar perkataan Guanlin, kemudian kembali memperhatikan sekeliling.

"Kau tau dimana Seongwoo".

"Terakhir kali aku melihatnya ketika upacara kelulusan sma". Menghela nafas berat mendengar kenyataan itu, sosok pria manis yang ia sukai sampai sekarang, ia sangat merindukannya tapi tidak tau dimana pria itu sekarang.

"Dia sangat shock ketika kau mengatakan bahwa kau suka padanya". Lanjut Guanlin santai .

"Dulu hubungan sesama jenis sangat tabu bung". Kembali tertawa sambil memperlihatkan gigi kelincinya.

"Ku dengar kau menikah dengan Doyeon kakak kelas kita, benarkah?". Guanlin mengangguk menjawab pertanyaan Daniel.
"Tapi kami sudah berpisah".

"Kau mempunyai anak?".

Sugar Daddy ↪PandeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang