BAB 4

125 22 4
                                    

Saat di kelas
Pukul 12. 00

Aku hanya duduk berdua dengannya

Daniel merasa bersalah padaku, "Maaf ya, Al. Tiba-tiba aku mengajak kamu buat jadi panitia."
"Gak apa-apa sebenarnya aku memang mau ikut, kok. Lagian Viona dan Diandra juga ikut kok," Balasku.
Lalu ia mengambil buku ku, melihat gambar-gambarku, "Duh, gambar kamu bagus banget," Ucap Daniel.
Senyum mengembang di bibirku "Terima kasih. Bukannya kamu juga bisa gambar ya?"

Tanpa ku sadari, Daniel memandangiku.

Tiba-tiba ada suara seseorang datang saat kami berdua sedang asik berbicara.

"Heh, sudah dzuhur belum?!" Marah diandra.

Daniel langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Siap," Hormat Daniel pada Diandra.
"Maju jalan!" Perintah Diandra.

Daniel pergi meninggalkan kami bertiga

Diandra memberikan permen padaku, "Ini Al, permen titipan lo. Kayaknya lo tiap hari makan permen ini deh. Gak apa-apa tuh?"
"Biar gak ngantuk ra. INSYALLAH gak apa-apa, makasih ya," Balasku, sedikit bercanda.

"Eh ra, Daniel itu sepupu lo kan ya?" Tanya Viona.
"Iya, karena umur yang beda cuma 1 tahun. Makanya kita bisa akrab banget ditambah dengan rumah kita yang berdekatan," Ucap Diandra.
Viona meledek Diandra, "Tapi walaupun saudaraan kenapa bisa beda banget ya? yang satu ramah, yang satu lagi galak."
Aku pun mengangguk-angguk.

Diandra tak terima Viona meledeknya, " Aduh, plis deh Vi! Daniel itu STANDAR mukanya emang senyum. Makanya banyak yang ketipu sama muka ramahnya Daniel, dasar raja tebar pesona."

"Btw, akhir-akhir ini dia lagi aneh, suka senyum-senyum sendiri gitu. Kayaknya lagi naksir seseorang," Diandra menoleh ke arahku.
"Oh gitu, menurut kalian kira-kira gue masih punya kesempatan gak, ya?" Tanya Viona padaku dan Diandra.

Aku hanya terdiam, mendengar apa yang dikatakan oleh Viona barusan.

Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang