4. Salawat Kerinduan

3.1K 264 45
                                    

Jam istirahat ke dua Aisyah memilih duduk termenung di taman belakang sekolah. Tempat yang tersembunyi dan jauh dari penglihatan murid lain itu, belakangan menjadi tempat favoritnya.

Sebab hanya tempat itulah yang bisa menyelamatkan dia dari diskriminasi semua orang. Selain sepi, di sana juga sejuk karena angin yang berembus menggoyangkan dedaunan, merasuk ke kalbu dan membuatnya jauh lebih tenang.

Di sana pula biasanya Aisyah akan meluapkan semua perasaan sedihnya. Ia akan mendengarkan salawat dari ponsel yang tersambung dengan headset. Gadis itu mulai memejamkan mata sambil menyandarkan kepalanya ke tembok. Menikmati semilir angin yang menerpa wajah ayunya.

Law kana bainanal habib

Ladanal-qasi wal-qarib

Min thoibatin qablal-maghrib

Tholiban qurbal habib

Aisyah mulai ikut melantunkan salawat, sementara matanya masih terpejam. Mencoba merasakan hatinya yang bergetar. Ada kerinduan di sana. Rindu akan sosok Nabi Muhamad, rindu akan ke dua orang tuanya, juga saudaranya yang yang kini terpisah. Rindu itu bercampur jadi satu, membuat dadanya semakin sesak.

Biqurbini-nafsu tathib

Wa tad'ullah fa yujib

Anwaru thoha la taghib

Ballighna liqahu ya mujib

Semakin hanyut ia dalam salawat, air matanya semakin deras mengalir. Seperti biasa saat salawat ini ia dengarkan, maka semua kesedihan dan keriduannya terasa meluap. Bagai air yang tumpah dari wadahnya, tak dapat dibendung. Lelah, rasanya ia lelah terus sendirian dalam keramaian ini.

Hudakal-kaunu rahib

Rahmatal-hadil-qarib

Hadithuka-nahurul a'zib

Jiwarukal-ghusnur-ratih

Gemuruh di hatinya semakin menggedor-gedor. Membuat ia ingin berteriak jika saja ia bisa. Tanpa sadar gadis itu menepuk dadanya yang mulai terasa sesak. Untuk sekedar bernapas saja rasanya sangat sulit.

Fadatkha-ruuhi ya habib

Muhammadun mukrimal-gharib

Biqurbikar-ruhu tathib

Ya rahmatal-lila'lamin

Ya habibi ya Muhammad

Ya thobibi ya mumajjad

Anta zul-fadhil muayyad

Jalla man solla a'laik

"Astaghfiruallah hal azim, kuatkan aku ya Allah, kuatkan aku. Aku ingin seperti Baginda Nabi yang tetap bertahan meski ia yatim sejak dalam kandungan. Meski bertubi-tubi ia kehilangan,"

"aku ingin seperti Baginda Nabi, meski setiap manusia memusuhinya, ia tetap membalas mereka dengan kebaikan dan doa ketulusan.

"aku ingin seperti Baginda Nabi. Meski hidup sebatangkara, ia tetap tak kesepian. Karena ia percaya jika Kau selalu ada. Kuatkan aku ya Allah ... kuatkan aku," lirih Aisyah memohon, sambil menepuk dadanya terus menerus. Berharap sesak yang ia rasakan berkurang. Air mata itu kini tak lagi bisa ia bendung. Gadis itu terisak dalam diam.

Ya habibi ya Muhammad

Ya thobibi ya mumajjad

Anta zul-fadhil muayyad

Jalla man solla a'laik

Bersamaan dengan lantunan salawat yang selesai, tangisnya samar-samar mulai terdengar. Ia berusaha membekap mulutnya agar isaknya tak terdengar siapa pun.

Tasbih Ketulusan Aisyah: Repost (Complet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang