Mobil yang dikendarai Jovan berhenti di depan rumah mewah keluarga Kaffi. Disusul mobil Ciko dan Alan yang beberapa saat kemudian muncul. Aisyah sempat tertegun ketika kakinya menapaki halaman depan rumah itu. Rumah bergaya modern klasik itu didominasi warna putih dengan tiang penyangga yang menjulang tinggi di depannya.
"Ayo masuk." Suara Jovan menghentikan kekaguman Aisyah. Dengan kikuk gadis itu mengangguk dan mengikuti Jovan masuk.
"Assalamualaikuuum!" Ucapan salam paling melengking berasal dari Shanum. Gadis yang dua tahun lebih muda dari Jovan itu memang memiliki kepribadian terbalik dengan kakaknya yang irit bicara.
"Omaaaa, Cha-cha pulang! Oma, di mana?!" sambung Shanum ketika tak terdengar balasan dari dalam.
"Waalaikum salam! Oma di dapur, Sayang," jawab Hana.
Shanum pun bergegas menyusul neneknya.
"Wah, makan enak nih. Kita ikut yuk. Lapar gue," ucap Ciko antusias.
Alan mengangguk setuju lalu dua cowok itu menyusul Shanum ke dapur. Bagi Ciko dan Alan rumah Jovan adalah rumah ke dua mereka. Mereka sudah terbiasa hilir mudik di rumah Jovan sejak kecil. Maklum saja, mereka besar bersama karena orang tua keduanya memang bersahabat. Jovan yang melihat itu hanya menggeleng.
Setelah Alan dan Ciko tak terlihat barulah perhatiannya beralih pada Aisyah yang kini terlihat begitu canggung. Ia merasa seperti orang asing di tempat itu.
"Kenapa?" tanya Jovan seolah ia tahu isi pikiran Aisyah.
"Nggak pa-pa. Hanya sedikit merasa asing di tempat seperti ini."
"Maksud kamu? Karena rumah aku ini?"
Mendengar nada tak suka dalam kata-kata Jovan, Aisyah menundukkan kepalanya.
"Nggak usah rendah diri gitu, semua manusia sama. Yang membedakan kita di mata Allah adalah iman."
Aisyah menatap Jovan sejenak. Lagi-lagi jawaban cowok itu begitu membuat ia kagum. Entah sudah berapa banyak ia melakukan dosa karena terlalu sering berpandangan dengan Jovan. Perasaan kagum yang diam-diam Aisyah simpan kini telah berubah jadi perasaan yang lebih dalam dari itu. hingga membuatnya tak bisa lagi mengontrol logika.
"Ayo kita susul mereka," sambing Jovan membuyarkan lamunan Aisyah.
Gadis itu mengangguk lalu mengikuti Jovan masuk ke dapur.
Begitu sampai di dapur terlihat Hana dan Bi Inah, pembantu di rumah Adit tengah sibuk membuat sesuatu. Sementara Ciko, Alan, dan Shanum sedang Asyik menyantap makanan di meja.
"Sa, sini kita makan bareng," ucap Shanum pada Aisyah ketika ia melihat gadis itu masuk bersama Jovan. Otomatis Hana dan semua orang mengalihkan perhatian mereka pada Aisyah.
"Eeh ada Aisyah. Sini sayang makan sama-sama," ajak Hana.
Aisyah mengangguk. Dengan ragu gadis itu duduk di dekat Shanum.
"Sa, kamu tidur di sini aja hari ini sama aku." Shanum memulai obrolan.
Aisyah yang tengah mengunyah makanan terdiam dan menatap Jovan sejenak.
"Tapi aku-"
Kata-kata Aisyah terhenti karena Jovan memotong ucapannya.
"Bener kata Shanum. Acara kejutannya malam nanti soalnya, biar aku yang minta izin ke Nenek Maryam kalau kamu mau nginep sini."
"Nggak?!" seru Shanum, Ciko dan Alan bersamaan. Sementara Hana yang tadinya tengah serius dengan kegiatannya kini tampak tertarik dengan obrolan empat remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Ketulusan Aisyah: Repost (Complet)
EspiritualSeri ke 3 Journey Of Love. Jovan&Aisyarah. Fersi teen. Bisa dibaca terpisah. Aisyah tidak pernah membayangkan jika perbuatan mendiang orang tuanya akan membawa kemalangan bagi dirinya. Berbulan - bulan menjadi objek bullying di sekolah, sampai kedu...