Jovan terlihat duduk di depan musala dekat rumah sang kakek. Hari ini ia dan Shanum memilih menginap di rumah Arsyad karena kedua orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.
Cowok itu terlihat memejamkan matanya sambil menyandarkan kepala ke dekat jendela, dan sesekali menoleh mengamati gadis yang tengah bertadarus di dalam sana dengan beberapa orang wanita termasuk Shanum.
Selalu seperti ini saat lantunan merdu suara Aisyah terdengar. Ada getaran yang membuat ia gelisah. Jovan benci ini. Ia tak ingin menyebut apa yang ia rasakan sebagai perasaan antara laki-laki dan perempuan, karena ia pikir ini belum saatnya. Ia selalu teringat nasihat orang tuanya soal itu. Bukan berarti Adit atau Kayla tak memperbolehkan Jovan menyukai seseorang. Mereka hanya berpesan agar ia bisa menempatkan perasaan itu pada tempatnya.
Wajar saja jika kamu merasakan perasan suka pada lawan jenis. Tapi, berusahalah jaga hatimu hingga saatnya datang. Suka bukan berarti kalian harus berpacaran. Ada jalan lain yang lebih indah yang akan Allah berikan jika kalian berjodoh.
Begitu yang Adit bilang pada Jovan. Dan kata-kata itu selalu ia jadikan pegangan dalam kehidupan remajanya.
Jovan terlalu asyik dengan lamunan, hingga tak menyadari lantunan tadarus Aisyah kini telah berhenti. Cowok itu buru-buru melesat ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu ketika dilihatnya Aisyah berjalan ke luar musala. Kakek dan neneknya yang tengah menonton televisi di ruang tengah mengernyitkan dahi, melihat Jovan berlari tergesa-gesa masuk ke dalam kamar.
"Ada apa, Jo?" tegur Hana pada sang cucu saat Jovan keluar dari dalam kamar sambil menenteng amplop coklat.
"Nggak pa-pa, Oma," jawab Jovan singkat kemudian berlalu dari hadapan Kakek dan Neneknya.
Arsyad hanya mengedikkan bahu pada Hana saat istrinya menatap penuh tanya.
Ketika Jovan keluar, Aisyah sudah tak ada di musala. Cowok itu berdecap kesal sebelum memutuskan mengejar Aisyah yang terlihat berjalan sendirian menuju rumah.
"Aisyah, tunggu!" Seruan Jovan otomatis membuat Aisyah berhenti dan memutar tabuh menghadap Jovan. Gadis itu terlihat bingung mendapati Jovan berlari mengejarnya.
"Ada apa, Kak?" tanya Aisyah begitu Jovan telah berada di hadapannya dengan napas memburu.
"Gue ... Gue cuman mau ... kasih ini ... ke lo," ucap Jovan terengah. Cowok itu membungkuk memegangi lututnya untuk mengatur napas. Sementara tangan kanannya mengulurkan amplop yang ia pegang ke arah Aisyah.
Aisyah menatap bingung pada benda itu, sebelum Jovan berdiri dengan tegak dan menatap gadis di depannya.
"Ambil," ucap Jovan sekali lagi untuk meyakinkan Aisyah jika amplop itu memang miliknya.
"Tapi ini apa, Kak?" Jovan berdecap karena Aisyah tak kunjung menerima amplop itu.
"Ck! Ambil dulu. Nggak usah banyak tanya," ucap Jovan dengan nada kesal. Dengan terpaksa ia menarik tangan Aisyah, dan meletakkan amplop itu ke tangannya. Agar gadis itu segara menerima.
"Ini uang katring yang kemarin hilang itu." Mendengar penuturan itu Aisyah terlihat makin bingung.
"Maksud, Kakak?" Kembali Jovan hanya berdecap kesal karena gadis di depannya benar-benar lemot. Pikir Jovan.
"Ck! Udah jangan banyak tanya. Besok lo pasti tahu jawabannya."
"Tapi, Kak-"
"Ayo, gue antar lo pulang. Sekalian gue mau beli sesuatu di mini market," sambung Jovan memotong ucapan protes Aisyah. Dengan pasrah gadis itu mengangguk, mengikuti Jovan berjalan di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Ketulusan Aisyah: Repost (Complet)
SpiritualSeri ke 3 Journey Of Love. Jovan&Aisyarah. Fersi teen. Bisa dibaca terpisah. Aisyah tidak pernah membayangkan jika perbuatan mendiang orang tuanya akan membawa kemalangan bagi dirinya. Berbulan - bulan menjadi objek bullying di sekolah, sampai kedu...