28. Persahabatan dan Cinta

1.7K 130 26
                                    

No edit!

Aisyah tampak tengah asyik menyusuri rak-rak buku di perpustakaan. Sementara tiga sahabatnya sedari tadi asyik berdebat dan bergosip. Apa lagi kalo bukan soal Tania.

"Eh kalian pada tahu nggak kabar terakhir tentang Tania?" tanya Marsya

"Mana aku tahu. Nggak mau tahu juga," jawab Husna tak acuh sembari membalik buku dalam genggamannya.

"Serius, elah. Dari yang aku denger dia mutusin pindah sekolah pas kenaikan kelas besok."

Gerakan tangan Aisyah yang tengan berusaha mengambil buku di rak atas terhenti. Tiga sahabatnya pun menatap gadis itu seolah ingin mengetahui respons Aisyah selanjutnya.

"Bagus lah kalau dia masih punya urat malu," ujar Jesica di tengah keheningan.

"Sah, kamu nggak pa-pa?" tanya Husna memegang bahu Aisyah guna memastikan keadaan gadis itu. Namun, dia hanya merespon pertanyaan Husna dengan gelengan lemah..

Sudah seminggu ini kelas X dan XI masuk siang karena pagi hari semua ruangan digunakan untuk Try Out kelas XII. Hampir semenjak Jovan sibuk mempersiapkan UN Aisyah jarang bertemu cowok itu. Rasa rindu yang kadang hadir selalu membuat dadanya sesak. Hanya saja ia tak bisa berbuat apa-apa meski sesekali Jovan menanyakan kabarnya lewat chat.

"Sebenernya kalian nyuruh aku masuk buat apa? Nggak ada pelajaran sama sekali, tahu gini aku di rumah aja," ucap Aisyah menutupi perasaan sedihnya. Biar bagaimanapun ia dan Tania dulu pernah melalui susah senang bersama.

"Ck, kamu kok lugu di piara terus sih, Sah. Ya jelas biar bisa lihat Kak Jovan. Kita ini kan sahabat yang pengertian. Kamu nggak inget bentar lagi doi bakal ke LN? Kamu pasti kangen kan pengin lihat dia?" ucap Jesica mengingatkan.

Raut wajah Aisyah kembali sedih saat diingatkan soal kepergian cowok itu. Menghela napas, Aisyah lebih memilih kembali serius dengan buku-buku di rak. Sedang tiga sahabat gadis itu hanya saling melempar pandangan.

Tak berapa lama kemudian Marsya memberi kode pada Jesica akan kehadiran Jovan. Tiga gadis itu memilih meninggalkan Aisyah secara diam-diam. Tentu saja memutar arah melewati rak buku lain agar Jovan tak melihat mereka juga.

"Mana Si curut dua itu? Katanya lagi di perpus," gumam Jovan sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Hingga kemudian tatapannya menangkap sosok Aisyah yang tengah berusaha mengambil sebuah buku di rak atas. Dengan langkah lebar Jovan mendekati gadis itu yang tampak kesulitan.

"Jes, tolong dong ambilin buk-" kata-kata Aisyah terhenti begitu sebuah tangan terulur ke arah buku berada. Lidahnya kelu kala ia memutar tubuh dan mendapati Jovan lah yang menolongnya.

"Nih ... lain kali kalau nggak nyampe minta tolong sama petugas perpus. Untung ada aku 'kan, datang nolongin kamu," ujar Jovan dengan senyum jenaka.

Dengan wajah memerah Aisyah menerima buku itu.

"Makasih, Kak. Kakak emang malaikat aku,"

"Hah?"

Aisyah reflek membekap mulutnya yang kelepasan bicara. Gadis itu semakin menundukkan wajah sembari merutuki diri sendiri. Di depannya Jovan justru tersenyum karena ucapan spontan Aisyah.

"Kamu ngapain di sini sendirian? Yang lain mana?" tanya Jovan.

"Aku nggak-" Aisyah tak jadi melanjutkan ucapan begitu ia menengok ke balik punggung Jovan, lalu beralih ke kanan dan kiri. Tapi, tetap saja ia tak mendapati tiga sahabatnya ada di sana.

"Loh mereka kemana?" Aisyah balik bertanya bak orang linglung.

Jovan menghela napas begitu ia sadar Ciko dan Alan pun pasti ikut bersekongkol merencanakan ini. Agar ia dan Aisyah bisa bicara berdua.

Tasbih Ketulusan Aisyah: Repost (Complet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang