Jovan dan dua sahabatnya terlihat keluar dari dalam kelas. Tiga cowok itu berjalan bersama menuju parkiran sekolah. Tapi, ketika langkah mereka baru sampai beberapa meter terlihat Aisyah tengah berdiri tak jauh dari kelas Jovan. Gadis itu tampak tengah menunggu seseorang dari gelagatnya.
"Eh, itu bukannya Si Teroris. Ngapain dia berdiri di situ?" tanya Alan yang pertama kali menyadari ada Aisyah. Reflek mereka menghentikan langkah dan menatap Aisyah penasaran.
"Dia pasti lagi nunggu Jovan. Secara kan dia fans-nya," timpal Ciko yang disambut tawa menggema Alan. Mendengar kegaduhan itu Aisyah mengalihkan pandangan ke arah mereka. Gadis itu mulai diserang rasa gugup sekaligus cemas ketika tiga cowok tersebut berjalan mendekat ke arahnya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Jovan ketika ia sampai di depan gadis itu.
"Sa-saya ... Saya ...," ucap Aisyah terbata. Ciko dan Alan saling berpandangan melihat tingkah Aisyah. Wajah gadis itu bahkan tampak memerah karena malu."Ck, kita duluan deh ya, Jo. Barang kali lo mau kencan sama Si Teroris." Mendengar ucapan Alan, Jovan menyenggol bahu sahabatnya. Lalu dua cowok itu menatap Aisyah dan Jovan sekilas sebelum pergi.
"Hati-hati lo sama dia. Siapa tahu di dalam tasnya ada bom, ucapan Ciko disambut tawa menggema oleh Alan. Lalu mereka melangkah pergi meninggalkan Jovan dan Aisyah. Beruntung sekolah sudah sepi. Hanya terlihat beberapa murid yang berlalu-lalang. Hingga mereka tak perlu jadi bahan tontonan. Setelah dua sahabatnya menjauh, tatapan Jovan beralih pada Aisyah.
"Maafkan dua sahabat gue. Mereka emang suka keterlaluan kalau bercanda," ucap Jovan menjelaskan. Aisyah hanya menjawab dengan anggukan. Aisyah memang sudah terbiasa dengan ledakkan yang demikian. Ia menundukkan kepala malu-malu saat tatapan mata mereka bertemu. Jovan tak jauh beda, cowok itu tampak menggaruk tengkuknya yang tak gatal merasa canggung dengan situasi yang mereka hadapi sekarang.
"Ada apa?" tanya Jovan memecah keheningan. Otomatis Aisyah kembali tersadar dengan tujuan awalnya menemui Jovan.
"Saya mau mengembalikan ini," jawab Aisyah sambil mengulirkan tas plastik yang berisi jaket. Jovan menerima uluran tangan Aisyah sedikit bingung. Tapi, ketika ia melihat isi tas itu baru lah ia tahu.
"Maaf, baru sempat mengembalikannya ke Kakak," sambung Aisyah yang dijawan anggukan kecil cowok itu.
Lagi, terjadi keheningan diantara mereka. Aisyah bahkan terus menundukkan kepala dan meremas tangannya karena terlalu gugup. Jovan yang melihat hal itu hanya tersenyum samar. Gadis ini selalu saja bikin gue penasaran karena tingkahnya. Batin Jovan tanpa sadar. Karena gadis di depannya tak kunjung membuka suara Jovan memutuskan bertanya lebih dahulu.
"Ada lagi yang ingin lo bicarakan sama gue?" Mendengar pertanyaan itu, Aisyah mendongkak menatap cowok dihadapannya yang memiliki tinggi sekitar seratus tujuh puluh lima centi itu. Tubuh aisyah yang kecil hanya sebatas dada Jovan.
"Emm ... sa-saya hanya ingin berterima kasih untuk semua yang Kakak lakukan. Terima kasih sudah menolong saya selama ini. Insyaallah saya akan berusaha membalas semua kebaikan Kakak." Jovan hanya mengangguk mendengar ucapan Aisyah.
"Lo mau balas pake apa?"
"Hah?!" Aisyah sedikit kaget mendengar pertanyaan Jovan yang spontan. Karena gadis itu pun bingung harus membalas kebaikan cowok di hadapannya dengan Apa. Sedangkan Jovan memiliki segalanya. Pikir Aisyah. Melihat kebingungan Aisyah Jovan kembali menyunggingkan senyum samar. Gadis di depannya benar-benar sangat polos. Pikirnya.
"Sudahlah, nggak perlu dijawab kalau lo bingung. Ayo kita pulang." ajak Jovan pada akhirnya. Aisyah hanya mengangguk, lalu dua remaja itu berjalan bersisian.
![](https://img.wattpad.com/cover/148561484-288-k607686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Ketulusan Aisyah: Repost (Complet)
SpiritualSeri ke 3 Journey Of Love. Jovan&Aisyarah. Fersi teen. Bisa dibaca terpisah. Aisyah tidak pernah membayangkan jika perbuatan mendiang orang tuanya akan membawa kemalangan bagi dirinya. Berbulan - bulan menjadi objek bullying di sekolah, sampai kedu...