18. Kejutan Tak Terduga

2K 137 22
                                    

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang hari raya. Aisyah dan dua sahabatnya tengah asyik berbincang setelah sekian lama. Sebelum suara Tania tiba-tiba terdengar menginterupsi obrolan mereka.

"Ooh ternyata dah ada yang akur lagi? Seneng dong ya, yang dua sahabatnya dah balik. Setidaknya ada dua temen yang bakal ikutan di-bully karena lo," ucap Tania mengejek Aisyah. Ia lantas berjalan menuju ke tempat duduknya diikuti Cika dan Dita.

"Kita nggak akan takut lagi sama ancaman lo mulai hari ini, Tan. Sekalipun kita harus ikut di-bully karena Aisyah," jawab Marsya tegas.

Perkataan Marsya membuat Tania tersenyum sinis sambil menatap tiga gadis itu.

"Oh, ya? Kita lihat aja nanti. Siapa yang akan tertawa terakhir," balas Tania.

Husna hendak membalas lagi cibiran Tania jika saja Aisyah tak menegur gadis itu dengan mengelus bahunya. Berusaha menenangkan Husna agar lebih sabar.

"Udah nggak usah di ladenin," ucap Aisyah mengingatkan. Dengan berat hati Husna menutup mulutnya meski gadis itu ingin sekali membalas ucapan sinis Tania.

Beberapa saat setelah itu Bu Fatimah masuk bersama seorang gadis di belakangnya. Semua murid cepat-cepat duduk di bangku masing-masing termasuk Aisyah. Aisyah tertegun ketika menatap kedepan dan mendapati Jesica di sana. Meski hanya sekali mendengar nama dan bertemu, ia masih ingat nama gadis itu.

"Assalamualaikum, anak-anak!"

"Waalaikumsalam, Bu!"

"Hari ini kita kedatangan murid baru. Dia pindahan dari Amerika."

Semua murid berdecap kagum mendengar itu. Para cowok mulai berkasak-kusuk karena mengagumi kecantikan Jesica.

"Tan, bisa tuh kita tarik jadi anggota geng kita yang ke empat," bisik Cika memberi usul.

"Bagus ide lo." Tania setuju. Gadis itu lantas tersenyum culas.

"Silakan perkenalkan diri kamu," perintah Bu Fatimah pada Jesica.

Gadis yang disuruh mengangguk dan tersenyum ramah pada semua orang. "Selamat pagi teman-teman. Salam kenal. Nama aku Rachel Jesica Anderson. Semoga kita bisa berteman baik dua tahun ke depan," ucap Jesica dengan senyum riang.

"Kamu duduk di sana nggak apa kan? Bareng Aisyah," ucap Bu Fatimah menunjuk tempat duduk di samping gadis berhijab itu.

Jesica terdiam dan mengamati Aisyah sejenak. Ia pun merasa familier dengan wajah Aisyah.

"Ya, Bu." Jesica berjalan menuju tempat di mana Aisyah duduk.

"Duduk bareng gue aja, Jes!" seru Tania sok akrab ketika Jesica melewati bangkunya. Tania bahkan menyuruh Cika yang duduk dengannya agar pindah ke belakang bersama Aisyah. Tentu saja Cika memajukan bibirnya karena kesal.

"Nggak usah, aku duduk bareng Aisyah aja," jawaban Jesica menghentikan gerakan Cika yang hendak bangkit.

Aisyah mengeser duduknya ke dekat jendela agar Jesica bisa duduk.

"Hai, gue Jesica. Kita belum sempat kenalan 'kan, waktu itu," Jesica membuka percakapan ketika ia telah duduk.

Aisyah menatap Jesica sejenak karena ucapan barusan, ia tak menyangka Jesica masih ingat dengannya setelah malam itu. Setelahnya Jesica mengulurkan tangan ke arah Aisyah disertai senyum tulus.

Aisyah pun menatap uluran tangan gadis itu dengan sedikit ragu.

"Panggil aja aku Aisyah," jawabnya sambil menyambut uluran tangan Jesica.

"Ah, syukurlah kita sekelas. Aku harap kita bisa jadi teman baik."  Jesica terdengar senang.

Aisyah hanya membalas ucapan Jesica dengan anggukan dan senyum samar. Kenapa takdirMu selalu tak terduga ya Allah. Dari sekian banyak orang kenapa harus dia yang duduk di sini. Batin Aisyah. Gadis itu lantas mengembuskan napas pelan. Seolah bersiap-siap dengan hatinya yang akan kembali patah. Secara otomatis ia mungkin akan sering melihat Jovan bersama gadis di sampingnya. Obrolan mereka terhenti karena Bu Fatimah memulai pelajaran.

Tasbih Ketulusan Aisyah: Repost (Complet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang