No Edit.
Hari ini SMA Taruna Bangsa tengah menggelar acara pesantren kilat. Semua panitia terlihat sibuk berlalu lalang karena acara itu melibatkan seorang Ustaz kondang sebagai pengisi ceramah. Selain diisi tausiah juga ada beberapa penyanyi religi turut memeriahkan acara itu. Termasuk grup gambus yang tengah melejit namanya. Tak ayal semua murid terlihat begitu antusias.
Tapi, tidak dengan Aisyah yang terlihat memilih duduk menyendiri di depan kelasnya setelah acara tausiah selesai. Hari ini adalah hari terakhir sekolah, karena besok libur panjang hari raya. Entah untuk alasan apa ia merasa sedih kali ini.
"Sa," sapa suara Husna mengagetkan Aisyah.
"Ya." Aisyah terdiam begitu ia memutar kepala mendapati Husna dan Marsya tengah berdiri di belakangnya. Bahkan dua gadis itu tersenyum ke arah Aisyah. Senyum yang dirindukan gadis itu sejak beberapa bulan ini. Aisyah tertegun begitu Marsya mendekat lalu memeluknya.
"Aku minta maaf. Maaf karena mengacuhkan kamu beberapa bulan ini. Aku nyesel, Sa," ucap Marsya penuh sesal. Gadis itu memeluk Aisyah begitu erat.
"Aku juga minta maaf, Sa. Maaf membiarkan kamu sendirian menanggung beban ini. Maaf," sambung Husna yang juga ikut memeluk Aisyah. Tiga gadis itu saling berpelukan dan menangis haru. Aisyah tersenyum dalam pelukan dua sahabatnya. Syukurlah semuanya kembali. Batin Aisyah penuh syukur.
"Ya, aku ngerti kenapa kalian menjauh. Nggak pa-pa. Aku udah maafin kalian dari sebelum kalian minta maaf. Bagaimanapun juga itu lebih baik buat kalian. Dari pada aku harus lihat kalian ikut di-bully," jawab Aisyah tulus tanpa melepas pelukannya.
"Syukurlah. Kami lega sekarang," ucap Husna. Gadis itu mengurai pelukannya di susul Marsya.
"Sa, aku kangeeen banget sama kamu," ucap Marsya menggenggam tangan Aisyah dengan senyum lebar seolah mereka tak pernah bertemu.
"Huh, sekarang aja bilang kangen. Kemarin di ajak ketemu Aisyah nggak mau," cibir Husna yang dijawab dengkusan Marsya. Aisyah hanya tersenyum melihat tingkah dua sahabatnya.
"Aku juga kangen kalian. Kangen kita bersama," jawab Aisyah dengan senyum lebar.
"Oh ya, hubungan kamu sama Kak Jovan gimana? Ada kemajuan?" tanya Husna tiba-tiba. Wajah Aisyah berubah merona ketika mendengar nama Jovan disebut dalam pembicaraan mereka.
"Apaan, sih, kalian. Ngaco deh," jawab Aisyah tersipu.
"Cieeee yang lagi jatuh cinta. Nggak usah malu-malu gitu kali sama kita," ledek Marsya makin menjadi.
"Ih beneran. Kita cuman berteman nggak lebih. Lagian ... nggak mungkin banget lah Kak Jovan suka sama teroris kayak aku," jawab Aisyah dengan nada lirih. Marsya dan Husna saling berpandangan.
"Aku yakin pemikiran Kak Jovan nggak sepicik itu. Lagian asal kamu tahu, yang bikin kita akhirnya sadar dan memutuskan meminta maaf adalah dia, Sa." Ucapan yang dilontarkan Husna membuat Aisyah terdiam dan menatap dua sahabatnya tak percaya.
"Ya, Kak Jo yang nasehatin kami. Dan kalau aja kamu lihat ekspresinya Kak Jo pas negur kita. Aku yakin kamu bakal jatuh cinta berkali-kali, Sa. So sweet banget," sambung Marsya menimpali. Wajah Aisyah semakin merona karena ucapan dua sahabatnya. Perutnya terasa tergelitik mendengar hal itu. Apa sampai segitunya Kak Jovan belain aku? Tanya Aisyah dalam hati.
"Oh ya, aku lupa bilang makasih juga karena kalian dah mau bicara jujur di depan pak Arman. Dan aku penasaran kenapa kalian bisa tahu Tania yang mengambil uang iuran itu?" ucap Aisyah mengalihkan topik. Ia tak sanggup jika dua sahabatnya terus menyebut Jovan dalam pembicaraan mereka. Ia takut akan semakin berharap pada angan yang tak pasti. Lagi pula baik Jovan atau dirinya tak mungkin berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Ketulusan Aisyah: Repost (Complet)
SpirituellesSeri ke 3 Journey Of Love. Jovan&Aisyarah. Fersi teen. Bisa dibaca terpisah. Aisyah tidak pernah membayangkan jika perbuatan mendiang orang tuanya akan membawa kemalangan bagi dirinya. Berbulan - bulan menjadi objek bullying di sekolah, sampai kedu...