Dua hari berlalu setelah penyerahan misi, artinya sisa tiga hari lagi Hinata akan menjalankan misi tersebut. Hinata menghela napas panjang dan berat. Kepalanya terangkat memandang langit sore. Di atas sana tidak ada awan putih. Hanya langit jingga yang membentang luas.
Hari ini, dari pukul tiga sore setelah berlatih seperti biasa, Hinata menghabiskan waktunya merenung sendiri di taman pinggir desa. Taman ini jarang ada yang berkunjung karena memang letaknya cukup jauh. Maka Hinata tak salah memilih tempat untuk merenung. Jauh dari kata ramai.
Tak terasa langit mulai gelap. Hinata harus bergegas pulang sebelum Hanabi membuat kegaduhan di rumah dan menyuruh pelayan mencarinya. Hinata berdiri dari ayunan taman. Cukup untuk merenungnya hari ini. Seberapa banyak Hinata berpikir tak ada jalan keluar untuk semua masalah yang terjadi pada hidupnya.
Langkah Hinata terhenti kala dari kejauhan sosok Sakura berjalan menghampiri. Masalah datang satu lagi. Sakura Haruno. Tak perlu bertanya lagi, Hinata tahu tujuan Sakura menemuinya. Mata Hijau itu mengatakannya tanpa pemiliknya harus mengeluarkan kata. Penjelasan. Gadis itu datang untuk mendengarkan penjelasan Hinata.
Aku ingin pulang
Hinata tersenyum kecil dan sopan pada Sakura. Tak ada balasan. Sakura nampak tak acuh dengan sapaan Hinata. Dugaan Hinata benar. Sepertinya, berita tentang misi pernikahannya sudah tersebar hanya dalam waktu sehari saja.
Tembok Hokage bisa bicara juga. Nasi sudah menjadi bubur, toh lambat laun ia memang harus menghadapi Sakura. Resiko menikah dengan pemuda yang disukai teman sendiri. Rasanya Hinata berubah menjadi penghianat. Ah! Ia tidak suka julukan itu.
Hinata bukan orang yang akan menyakiti teman. Mereka sama-sama diuntungkan dalam misi kebangkitan klan Uchiha. Jadi jangan sebut Hinata penghianat. Situasinya tidak memberi Hinata memilih untuk menolak.
"Hinata," panggil Sakura pelan, lemah dan sedikit bergetar. Hinata terenyak dari lamunannya.
"Ada yang ingin aku tanyakan."
Hinata menangkap nada marah Sakura meski kecil. Hinata mengangguk pelan menyetujui.
Mungkin Hinata akan pulang telat malam hari ini. Semoga Hanabi tidak membuat keributan di Masion."Kenapa?" tanya Sakura, lemah namun menuntut.
"Maaf." Hanya kata maaf yang mengisi otak Hinata sekarang.
"Aku datang ke sini tidak untuk mendengar kata maaf saja Hinata. Tolong jelaskan!"
Hinata terhenyak kaget melihat reaksi Sakura.
Seberapa besar dia mencintaimu, Sasuke? tanya Hinata dalam hati.
"Kupikir sebelum mencariku, Sakura-san sudah mengetahui semuanya dari Hokage-sama, bukan? Jadi penjelasan seperti apa lagi yang ingin kau dengar dariku?"
"Semua! Semuanya!" Mata Sakura sedikit berair. Hinata meremas jemarinya menghilangkan rasa gugup dan takutnya.
"Aku tidak ada pilihan. Aku ingin melindungi Hyuuga. Jika aku tetap menjadi calon Heiress maka akan ada perang saudara. Hyuuga terdapat dua kubu, yang mendukung Hanabi dan yang mendukungku. Kekuatan dari kubu Hanabi lebih besar. Dari sini kau paham bukan kenapa aku memilih menerima misi ini, Sakura?"
"Dibanding klan hancur karena perang saudara. Aku memilih menghapus nama Hyuuga untuk menyelamatkan klan. Apa pilihanku salah?"
Kini Sakura diam. Hinata berdiri tegas di depan gadis itu. Tangannya meraih pundak Sakura.
"Sakura."
"Lalu bagaimana dengan Naruto? Perasaanmu padanya?" tanya Sakura.
Perasaanya? Hinata tersenyum miris. Apa pentingnya? Tidak ada orang yang benar-benar peduli akan perasaan Hinata? Naruto? Bahkan pemuda itu tak sedikitpun tahu bahwa Hinata mencintainya dan menjadikkan Naruto sebagai panutannya. Tidak ada yang tahu bahwa hati Hinata hancur dengan perlakuan mereka. Di mana hidupnya diatur oleh mereka. Apa mereka peduli? Ia tidak pernah diberi pilihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA [TAMAT]
Fanfic[Selesai] Hinata tidak pernah berpikir akan mendapatkan misi konyol hanya untuk menyelamatkan dirinya dari status Bunke. Hokage memberinya misi menikah dengan Uchiha terakhir.