Chapter III

13.3K 1.2K 104
                                    


'Hinata-chan.'

'Iya ibu.'

'Jika sudah dewasa nanti, menikahlah dengan orang yang kau cintai. Jika itupun tidak bisa, maka belajarlah untuk mencintai dirimu sendiri. Karena dengan begitu kau bisa mencintai suamimu.'

Hinata kecil hanya mengangguk asal. Dia tak paham dengan perkataan ibunya. Namun, itulah pesan terakhir yang disampaikan ibunya sebelum meninggal. Mungkin sekarang saatnya bagi Hinata untuk memenuhi permintaan ibunya.

Aurora

Kediaman Hyuuga tampak disibukkan dengan pernikahan Hinata. Para tamu yang terdiri keluarga besar inti Hyuuga datang berkumpul dan juga wali dari Sasuke; Kakashi, Tsunade, Naruto dan Sakura turut datang dalam acara suci ini.

Suasana ramai namun tetap terlihat tenang teratur. Pernikahan mereka diadakan di Kuil Hyuuga. Tempat Hinata berdoa kala itu.

Jauh dari pelataran rumah, Hinata tengah duduk terdiam sembari memejamkan mata seorang diri. Tidak ada satupun orang di dalam.

Mata putih itu terbuka. Tertegun menatap cermin.

Inilah saatnya.

Hinata menatap dirinya di cermin. Kimono Shiramuku membalut tubuh Hinata, tak lupa Tsuni Kakushi yang menutup kepalanya dengan sempurna. Disentuhnya penutup kepala itu. Ia ingat perkataan salah satu pelayan saat membantu memakaikan Tsuni Kakushi. Bahwa lambang dari Tsuni Kakushi ini adalah simbol dari seorang perempuan yang akan menjadi istri yang patuh dan kesediaannya untuk melaksanakan perannya dengan kesabaran dan ketenangan.

'Saya harap Hinata-sama bisa seperti makna Tsuni Kakushi.'

Banyak orang memberinya doa bagus untuk pernikahannya. Hinata berterimakasih untuk itu. Ia tidak tahu bagaimana pernikahan ini akan berjalan, Hinata hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik. Terlepas dari pernikahan ini hanyalah sebuah misi.

Hinata tidak ingin mengecewakan orang-orang yang telah menyayanginya dengan tulus.

Hanya ada dua pilihan. Hinata yang menganggap pernikahan ini bukan sekedar misi dan belajar mencintai Sasuke atau menyelesaikan misi lalu menghilang. Bagaimanapun juga, ketika ia sudah melahirkan anak dari Sasuke. Hinata tidak dibutuhkan lagi.

Maka Hinata akan membuat pilihan ketiga.

Ia dibuang namun tak sepenuhnya menghilang.

Aurora

Upacara pemberkatan telah selesai. Sasuke membantu Hinata berjalan menuju aula utama di mana para tamu telah menunggu mereka. Hinata menatap tangan Sasuke yang mengenggam tangannya. Tidak erat malah terkesan lemah.

Orang yang kini telah menjadi pendamping hidupnya. Lelaki yang akan Hinata panggil sebagai suami selama misi. Suami? Mungkin lebih tepat Partner. Hinata ingat, ini pertama kali ia bertemu langsung dengan Sasuke setelah kejadian malam itu. Saat Sasuke memeluk Sakura. Setelahnya mereka belum berbicara satu sama lain. Hinata mungkin yang terlalu berharap Sasuke akan menjelaskan soal itu. Namun Sasuke tetaplah Sasuke yang cuek-individualis.

Di aula sudah berkumpul banyak tamu. Suasana meriah menyambut kedatangan Hinata dan Sasuke. Ucapan selamat terlontar dari semua orang. Hinata dibuat gugup dan malu karena tatapan intens mereka. Ia kurang terbiasa menjadi sorotan publik. Maka tanpa sadar Hinata mengeratkan genggaman tangannya pada Sasuke. Gerakannya pelan dan lembut tapi sukses mengambil perhatian Sasuke pada tindakan Hinata barusan.

AURORA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang