Aurora
By Oktavia
🍀🍀🍀
Kedatangan Lee dan Tenten meski mendadak dan cukup mengejutkan-tidak untuk Sasuke. Lelaki ini sudah tahu ketika langkah pertama mereka memasuki halaman depan rumah. Sasuke sengaja tidak memberi tahu-Hinata tetap merasa bahagia dengan kehadiran mereka di rumahnya.
Hinata buru-buru menghampiri kedua temannya yang nampak canggung. Lee bahkan keras kepala ingin pulang. Takut menganggu Hinata dan Sasuke yang tengah sibuk berlatih. Bermesraan. Lee tersenyum penuh makna.
"Ini tidak seperti kalian pikirkan. Kami sedang berlatih. Hanya itu," bantah Hinata, memerah. Pikirannya melayang pada dua arah. Menyakinkan Lee dan Tenten jika tadi bukan hal serius sekaligus tersadar dia telah menindih Sasuke dan menjadi tontonan kedua tamu tidak diundang itu.
"Dan kami datang pada waktu yang salah," sambung Tenten, menaikkan alis menggoda Hinata. "Bukan begitu, Sasuke-san?" tanya Tenten, melempar perhatiannya pada Sasuke yang berjalan menghampiri.
"Apa masih perlu jawaban?" tanya Sasuke sembari menyimpan kembali pedangnya.
Tenten dan Lee merengut tak suka."Sasuke!" Hinata menggeleng memperingati Sasuke agar tidak keterlaluan dalam berbicara pada tamu. Sasuke mengedikan bahu cuek.
"Bisa gila aku kalau meladeni peringaimu." Tenten mendesah pendek.
"Sudahlah." Lerai Lee. "Maaf baru bisa datang menjenguk. Kami baru saja pulang dari misi dan langsung ke sini setelah mendengar kabar kau sudah pulang ke rumah. Jadi, bagaimana kondisimu saat ini?"
"Menurutmu bagaimana?" jawaban Sasuke menyulut emosi Tenten. Di telinga Tenten semua pilihan kata Sasuke terdengar seperti menguji kesabarannya.
"Sehat. Setidaknya masih bisa untuk diajak duel. Aku sudah lama ingin berduel denganmu. Bagaimana Sasuke-san?" Mata hitam Lee berbinar bahagia. Lelaki ini berubah menjadi penuh semangat jika menyangkut adu kekuatan. Sasuke tertawa pelan meremehkan ajakan bertarung dari Lee. Bukan karena kekuatan Lee tapi sifat orang itu yang masih sama saja seperti dulu. Ya, orang tidak mungkin akan berubah banyak. Meski secara fisik perubahan bisa sangat berbeda saat masih kecil. Namun, watak manusia adalah hal yang sulit dirubah.
Tenten mendesah lebih panjang dari sebelumnya, "Jangan mulai lagi, Lee!"
"Mau bagaimanapun aku sudah berlatih banyak selama ini. Salah satu tujuan hidupku adalah bertarung dengan Sasuke."
Tidak ingin obrolan berujung dengan kekerasan di saat ada tubuh yang terluka. Hinata yang sedang dalam kondisi otak paling normal mencoba menyudahi obrolan. Namun, Sasuke membuka suara lebih dulu.
"Kau atur saja waktunya. Yang jelas untuk dua minggu ke depan aku tidak bisa. Hinata ingin aku tinggal di rumah. Melakukan semuanya di sini. Agar pemulihanku lebih cepat." Hinata menatap Sasuke tak percaya. Hinata yakin Sasuke tidak sebodoh itu untuk mengartikan maksudnya. Kenapa Sasuke membuat Hinata nampak menjadi orang kejam? Orang pasti akan salah paham ketika mendengarnya. Begitu juga dengan Tenten dan Lee. Mereka menatap Hinata memastikan apa perkataan Sasuke benar adanya.
"Bukan begitu," sangkal Hinata, lemah. Kebingungan perempuan itu tak ayal memberi kesenangan untuk Sasuke. Bibirnya tidak berhenti tersenyum menyeringai, bahkan saat Hinata melempar tatapan merenggut kesal padanya.
🍀🍀🍀🍀
Setelah membersihkan diri Hinata menyiapkan makan siang bersama Tenten dan Lee. Lebih tepatnya Hinata dibantu seala kadarnya oleh Tenten. Lalu Lee sibuk duduk di meja makan memperhatikan Hinata dan Tenten. Sedangkan Sasuke memilih pergi membersihkan tubuh.
Di dapur Hinata dan Tenten mulai menuangkan masakan yang sudah matang ke dalam piring atau mangkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA [TAMAT]
Fanfiction[Selesai] Hinata tidak pernah berpikir akan mendapatkan misi konyol hanya untuk menyelamatkan dirinya dari status Bunke. Hokage memberinya misi menikah dengan Uchiha terakhir.