BAB 10

10K 995 52
                                    

Aurora

🍀🍀🍀


Setelah mengatur emosi Hinata berjalan menghampiri Naruto dan mengabaikan Sasuke di belakang. Hinata marah tapi dia harus bersikap sopan pada Naruto. Setidaknya Hinata harus menyapa Naruto di sana daripada diam menahan amarah di samping Sasuke.

“Sore Naruto-kun. Bagaimana kabarmu? Maaf belum sempat menjengukmu.” Hinata pernah merasa jantungnya berdegug hebat hanya melihat Naruto dari jauh atau tersenyum kala lelaki itu tersenyum. Sedih jika Naruto bersedih. Sulit mengontrol kegugupannya jika berbicara berdua dengan Naruto. Hinata sudah melewati masa itu bertahun-tahun. Bahkan sebagian besar masa remajanya hanya dihabiskan untuk mencintai Naruto. Dan sekarang Hinata heran kemana perginya rasa gugup dan senang kala melihat Naruto. Hinata memang merasa ada rasa sakit yang menghangatkan hatinya seperti dulu tapi hanya sedikit. Bahkan dia tidak peduli dengan tatapan Naruto yang melihatnya tadi. Kecewa atau cemburu? Hinata tidak percaya. Terlalu banyak orang di sekelilingnya yang menampilkan sosok palsu. Hinata muak.

“Seperti yang dilihat kau sekarang, Hinata. Aku sehat. Semua tak lepas dari cakra Kurama hingga aku cepat sembuh.” Hinata selalu suka cara Naruto tersenyum. Cerah dan penuh energi. Tapi, kali ini entah senyuman itu memang tulus atau tidak. Hinata tidak bisa menilainya.

“Yoo. Teme! Bagaimana dengan tulang-tulangmu? Berapa yang patah?”

Hinata sangat ingin segera menyingkir saat mendengar langkah Sasuke makin dekat ke arahnya.

“Tidak sebanyak yang ada dipikiranmu.” Sasuke sengaja berdiri dekat Hinata hingga bahu mereka saling bersentuhan. Hinata bergeser sedikit karena kurang nyaman. Apa lagi tingkah Sasuke sekarang? Hinata memang harus sedikit membuat jarak jika tidak mau termakan permainan Sasuke lagi.

“Apa itu bisa kuartikan, kau dapat bergabung dengan Sakura dan aku untuk berlatih bersama?”
Berlatih bersama? Hinata melirik was-was pada Sasuke yang nampak menimbang permintaan Naruto.

“Kap—” bibir Sasuke terkatup ketika Hinata tiba-tiba menahan pergelangan tangannya.

“Tidak bisa!” tolak Hinata, cepat. Naruto mengerjap mata bingung. Wajahnya nampak terkejut melihat Hinata seperti ketakutan Sasuke berlatih dengannya.

“Maaf. Maksudku, Sasuke masih dalam penyembuhan total. Naruto-kun bisa sampai dua minggu. Tsunade-sama memberitahuku soal itu” 

Tsunade? Sasuke tidak ingat wanita tua itu pernah berkata soal lama proses penyembuhan lukanya. Dari mana Hinata membuat alasan seperti itu untuk menolak Naruto? kenapa? Pertanyaan Sasuke sedikit terjawab saat Hinata melemparkan senyum padanya. Senyum memohon yang anggun dan bisa membuat orang lain salah paham.

“Selama itu?!” Naruto merengut.
Hinata mengangguk pelan tanpa melepas senyum maafnya.

“Ayo lah Hinata, selagi Nenek Tsunade tidak tahu, kita semua akan aman. Aku dan Sakura juga tidak mungkin berlatih berlebihan. Kami akan menjaga Sasuke. Jika perlu kau bisa bergabung dengan kami.”

Jelas sekali ide Naruto yang mengikut sertakan Hinata dalam latihan mereka akan ditolak detik itu juga.

“Tidak. Terima kasih,” tolak Hinata, tegas.
Naruto melototi Sasuke untuk membujuk Hinata.

AURORA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang