BAB || 6

12.6K 1.3K 174
                                    

Aurora

-
Kritik dan Saran sangat dirindukan oleh saya 😁
-

Hinata belum beranjak dari kursi yang berada di samping ranjang Sasuke sejak Sakura pergi. Mungkin sudah lewat lima belas menit Hinata habiskan untuk duduk diam menatap jendela kamar rumah sakit yang menampilkan suasana malam musim semi tanpa berhenti berpikir mengenai dirinya yang terjebak dalam kehidupan cinta Sasuke, Sakura dan Naruto. Seharusnya Hinata tidak ada di sana untuk mengacaukan tali percintaan mereka yang rumit. Hinata tersenyum getir membayangkan hidupnya yang seolah menjadi pelengkap cadangan yang kehadirannya tidak sungguh-sungguh dibutuhkan.

Sejujurnya, Hinata tak pernah meminta hal aneh atau sesuatu yang muluk-muluk pada Tuhan. Hatinya sungguh masih sekuat baja untuk menerima fakta klan Hyuga tak menyukainya atau saat Hinata salah paham pada Hiashi dan berpikir beliau seorang ayah pilih kasih yang sangat membencinya. Hinata masih bisa bertahan bahkan saat Naruto lebih memilih mencintai Sakura, hati perempuan Uchiha ini masih senangtiasa menerima kenyataan itu dengan lapang dada. Hinata tidak bisa memaksa kehendak dan dia sangat tidak suka sikap seperti itu. Jadi, saat Hinata menerima begitu banyak penolakan selama hidupnya, dia tidak pernah mencoba memaksa mereka menerima dirinya dalam kehidupan mereka. Tidak'kah Tuhan bisa berbelas kasih pada Hinata untuk memberi sedikit kebahagiannya setelah semua yang Hinata lalui?

Hinata juga seorang perempuan  yang ingin dicintai. Tidak perlu Naruto, siapapun itu Hinata hanya ingin ada orang yang memberi hatinya dengan tulus padanya. Seperti Sakura yang dicintai Naruto dan Sasuke yang dicintai Sakura.

"Kau dan Sakura begitu cocok satu sama lain namun juga sama bodohnya. Terlalu angkuh dan selalu merasa dicintai."

Hinata menatap wajah Sasuke dalam remangnya temarap lampu kamar.

"Aku iri."

Pada Sakura juga dirimu, Sasuke.

"Sasuke." suara Hinata tersapu heningnya malam. Bibirnya digigit gelisah. Di dalam kamar inap ini Hinata menyerukan rasa penasarannya yang telah lama menghantuinya.

"Apa kau mencintai Sakura?"

Setidaknya, sekali saja berpikir 'mungkin aku bisa mencoba membalasnya.'

Pernah'kah?

****

Tidur Hinata terganggu saat suara korden jendela rumah sakit di buka cukup kencang hingga menimbulkan suara gesekan gigi-gigi korden yang memekikkan telinga. Mata Hinata mengerjap untuk menghalau silau sinar matahari pagi yang masuk.

"Pagi Hinata."

Hinata masih berusaha untuk melihat siluet perempuan yang berdiri di dekat jendela. Perempuan itu tampak menggunakan seragam hitam dan menggendong seekor babi kecil. Euh Babi?! Hinata cepat-cepat bangun.

"Sizune-san?!" panggil Hinata, membuka mata lebar-lebar. Dia berdiri canggung sembari merapihkan rambut. Hinata meruntuki dirinya karena bangun kesiangan dan membuat orang lain yang notabennya seorang tamu-meski Sizune adalah asisten Tsunade yang mengurus perawatan Sasuke-harus mendapati dirinya baru bangun tidur.

"Santai saja, Hinata. Aku datang untuk mengecek kondisi Sasuke. Hasilnya cukup ada perkembangan dan kondisinya makin membaik. Bukan begitu, Sasuke?"

Buru-buru Hinata membuang wajahnya pada Sasuke yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang sembari menatapnya. Hinata menyapa Sasuke namun terdengar seperti tengah bergumam tidak jelas. Hinata kaget dengan kedatangan Sizune lalu ditambah Sasuke yang tersadar tanpa melepas tatapannya pada Hinata. Sizune tersenyum gemas melihat Hinata yang nampak salah tingkah. Tidak mau menganggu pasangan baru menikah ini, Sizune pamit untuk pergi.

AURORA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang