BAB 18

8.9K 974 88
                                    


Gelap perlahan menghilang. Sasuke mencari cahaya dalam ruangan persegi yang tidak dia ketahui. Sasuke tersentak kala Kusunagi sudah berada di genggaman tangannya. Suara perempuan mengalun di dalam ruangan memanggil namanya. Sasuke mencari namun tidak menemukan siapapun. Hingga kemunculan Hinata di depannya menjelaskan situasi. Wajah Hinata penuh luka. Mata itu menyorot kosong. Sasuke kebingungan ketika bibir Hinata terbuka seperti mengatakan suatu kalimat yang tidak bisa dia dengar. Apa yang ingin disampaikan Hinata? belum sempat Sasuke untuk bertanya. Dia dikejutkan melihat adegan selanjutnya. Hinata memuntahkan darah. Perempuan itu mati ditusuk pedang oleh Sasuke.

Peluh menghias wajah Sasuke. Dia terbangun dari mimpi buruk. Ini mimpi ketiga Sasuke mengenai Hinata yang mati dalam genggamannya. Setengah sadar Sasuke mengamati langit-langit kamar. Dia menoleh ke samping ingin melihat apa sosok Hinata masih ada di sana. Kosong. Sasuke menghela nafas lega. Setidaknya Hinata tidak perlu mendapati Sasuke terbangun dari mimpi dalam keadaan kacau. Sasuke bangkit dan mencoba menenangkan diri. Dadanya masih menggebu karena ketakutan. Mimpi itu jelas aneh. Sasuke tidak pernah berpikir untuk membunuh Hinata. Untuk apa Sasuke memberi cakra pelindung pada Hinata jika pada akhirnya Sasuke membunuh nyawa perempuan itu.

Cakra pelindung yang Sasuke berikan tak lebih ungkapan terima kasihnya karena Hinata telah merawatnya di rumah sakit. Dari pada itu Sasuke masih merasa tersentuh ketika semua orang berlari menyelamatkan Naruto saat menjalankan misi di desa Yukigakure, Hinata meski terlambat dia orang pertama yang menyadari Sasuke sekarat dan berlari ke arahnya. Sasuke memang tidak pernah mengucapkan terima kasih pada Hinata. Namun sebagai gantinya Sasuke akan melindungi Hinata. Lalu bagaimana perjanjian misi yang mengharuskan Hinata diasingkan padahal Sasuke akan melindunginya. Sasuke menunggu waktu. Dia akan membuat keputusan setelah melihat jalan mana yang akan Hinata pilih.

Kamar Hinata terletak dekat dengan pintu masuk. Ketika Sasuke keluar dari kamar sayup-sayup mendengar Hinata sedang berbincang dengan seseorang. Di ambang pintu masuk sosok Ino Yamanaka tengah tertawa renyah dengan Hinata. Kehadiran Sasuke yang dengan rambut acak-acakan dan terpenting dari arah kamar yang sama ketika Hinata keluar menyambut Ino.

"Astaga!" Ino melirik Sasuke dan Hinata bergantian. Senyumnya menggoda.

"Aku bersumpah jika aku tidak bisa membaca jam. Sepertinya aku datang kepagian. Karena aku sudah selesai. Kalian bisa melanjutkan aktivitas yang aku ganggu."

Hinata kelabakan menyangkal tuduhan Ino. Dia tahu apa maksud perkataan Ino. Tapi untuk menjelaskan situasi sebenarnya Hinata tersendat oleh perjanjian misi.

"Jangan malu begitu. Wajar. Kalian suami istri."

"Ini tidak seperti yang Ino-san pikirkan."

"Kenapa? Memang apa yang aku pikirkan?" Ino menyenggol Hinata sembari mengerling menggoda. "Semoga berhasil," bisik Ino menyentuh perut Hinata. Sasuke di belakang berdiri menyandarkan tubuh di tembok dengan kedua tangan terlipat. Sasuke masih lumayan kesal pada Ino karena insiden kemarin malam. Apalagi memojokan Sasuke dan Hinata dengan pertanyaan menyebalkan. Sasuke tahu Ino sengaja melakukan itu. Tujuannya sudah pasti ingin Sasuke menunjukkan perhatian pada Hinata. Tapi, Ino salah memilih lawan. Sasuke tidak semudah itu untuk mengikuti permainannya.

"Terima kasih," balas Hinata, canggung. Bagaimana juga di mata Ino pernikahannya dengan Sasuke meski tidak di dasari oleh cinta adalah pernikahan wajar seperti pada umumnya. Jadi jawaban terima kasih sudah lebih dari cukup.

"Oi, Sasuke-kun, maaf untuk kemarin malam. Haha." Ino tertawa pelan. Dari ucapannya Sasuke merasa Ino tidak bersungguh-sungguh. Ino meledeknya. Lihat saja seringai kemenangan di bibir Ino yang dilemparkan hanya untuk Sasuke.

AURORA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang