Hyemi POV
"Ayahmu mabuk dan menusuk pria tersebut menggunakan pisau." Ucap salah seorang polisi yang aku temui malam itu. "Kau seharusnya tau ada berapa banyak kasus dalam hal ini. Pertama, ia menimbulkan keributan karena mabuk.
Kedua, ia membawa senjata tajam.
Ketiga, ia melukai orang lain.
Saat ini korban masih belum sadar. Berdoa saja semoga korban tidak meninggal." Tegasnya.Aku sengaja tak mengajak Hani ke kantor polisi, aku tidak ingin Hani ikut memikirkan hal-hal seperti ini.
"Hyemi-ya, tolong keluarkan Ayah dari sini." Pinta Ayah, saat aku menemuinya di pagi berikutnya. "Ayah tidak ingin berada disini."
"Kenapa Ayah melakukannya?" Tanyaku dingin.
"Ayah tidak sengaja, Sayang. Ayah benar-benar tidak sadar saat melakukannya."
"Lalu kenapa Ayah melakukannya? KENAPA AYAH MABUK? KENAPA AYAH TERUS MINUM ALKOHOL?" Kesalku sambil menangis. "Kalau saja Ayah berhenti mabuk. Kalau saja Ayah punya sedikit rasa tanggung jawab. Aku dan Hani tidak akan pernah menderita."
"Ayah akan lebih bertanggung jawab. Ayah akan berhenti mabuk. Tapi keluarkan Ayah dari sini, Ayah tidak suka tempat ini, Hyemi-ya."
Aku sudah tidak percaya pada kata-kata Ayah.
Ayah terus meminta untuk dikeluarkan dari tempat itu, yang hanya aku pandangi sampai waktu kunjungan habis.
Aku kembali bekerja dicafe setelahnya, mencoba se-profesional mungkin untuk fokus.
***
Author POV
Hani dipaksa tetap masuk sekolah hari ini. Tatapannya lurus pada papan tulis di depan sana, tapi ia tidak bisa fokus dan terus memikirkan Hyemi.Dengan adanya masalah ini pasti kakaknya akan lebih kesulitan. Pikir Hani.
Sampai bel istirahat berbunyi, Hani yang memang sedang tidak selera makan hanya menidurkan kepalanya di meja."Guys, ingin dengar berita seru?" Teriak salah satu siswi yang menimbulkan kehebohan.
Hani tidak penasaran dengan hal-hal seperti itu. Jadi ia melanjutkan kegiatan yang baru akan memejamkan matanya sebentar. Namun ia mendengar kerumunan siswa yang berbisik-bisik menyebutkan namanya juga beberapa tawa mengejek.Saat ia membuka matanya dan mengalihkan pandang pada kerumunan siswa tersebut, ia menemukan banyak pasang mata yang memang menatapnya tidak suka atau mungkin jijik.
"Apa ada masalah denganku?" Tanya Hani masih dengan senyumannya.
Siswi yang memulai kehebohan di ruang kelas itu pun mangangguk dan menjawab pertanyaan Hani dengan sinis. "Hidupmu sepertinya memang bermasalah."
"Maksudmu?"
Siswi itupun mendekati Hani dan menunjukan sebuah foto di handphone nya.
Didalam layar handphone tersebut terdapat seorang perempuan dengan pakaian yang sangat minim, sedang menggandeng lengan seorang pria yang lebih muda.
Respon Hani sangat biasa, wajahnya dingin tanpa ekspresi.
"Ibumu kan?" Tanya siswi tersebut.
Hani hanya mendaratkan tatapannya pada siswi itu. Yang kemudian dibalas tawa ejekan.
"Aku bertemu dengannya semalam. Untuk perempuan yang sudah bersuami bahkan memiliki anak, aku rasa busana Ibumu kurang pantas apalagi dia terus bergelayut manja pada laki-laki yang usianya terpaut jauh dari dirinya."
Hani mengepalkan tangannya.
"Seperti tidak punya harga diri. Oh bukan, mungkin lebih tepat ku sebut, pelacur?"
PLAK
Sudah berdiri dari duduknya, Hani baru saja menampar pipi siswi di hadapannya.Hani bahkan mendorong pelan siswi tersebut hingga membuatnya terhuyung.
"Kau menamparku?" Tanya siswi tersebut.
Hani masih tak mengeluarkan kalimat apapun, ia hanya terus memberikan tatapan tajam pada siswi tersebut dengan melangkah maju menyudutkan siswi tadi.
Sang siswi yang kesal mengangkat tangannya berniat untuk balik menampar Hani, namun ditahan dengan sigap oleh Jihoon.
"Berani sentuh dia, kau berurusan denganku." Ucap Jihoon dingin dengan masih menahan tangan siswi tadi.
Hani sedikit terkejut dengan datangnya Jihoon yang kini sudah berada di tengan Hani juga siswi tersebut.
"Ini urusanku dengannya, jangan ikut campur." Ucap siswi tersebut.
"Urusan Hani, menjadi urusanku." Jawab Jihoon tegas.
Setelah melepas cengkramannya pada tangan siswi tadi, Jihoon membawa Hani keluar dari ruang kelas yang sudah semakin ramai karena banyak siswa/i lain yang datang melihat.
Hani menurut saja, sampai mereka tiba di parkiran sekolah dan dengan tenang Jihoon segera memakaikan helm pada Hani lalu melajukan motornya setelah Hani sudah duduk dikursi belakang.
Entah kemana Jihoon akan membawa Hani pergi, tapi Hani bahkan tidak berselera untuk sekedar mengeluarkan suaranya.
"Sudah sampai." Ucap Jihoon yang mengharuskan Hani turun dari motornya.
Restoran Sup Iga. Batin Hani membaca tulisan dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRUGGLE [SELESAI]
FanfictionRank; 180518 #49 - {struggle} 310718 #25 - {struggle} 130219 #11 - {struggle} Ketika mereka bersama, mereka sangat bahagia. Mereka benar-benar bebas tertawa, pergi kemanapun dan sejauh apapun sambil terus berpegangan tangan. Tapi, begitu mereka be...